Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pembiasaan Akhlak Terprogram, Tidak "Angel" Membentuk Karakter Pemuda

29 Oktober 2020   15:46 Diperbarui: 29 Oktober 2020   15:52 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banner deklarasi (doc.pri)

Seperti telah ada kesepakatan, menasehati anak jaman sekarang itu uangel tenan. Angel angel tuturane, persis seperti idiom yang berlaku kekinian, berkembang karena viral. Berkat lagu jawa Angel temen tuturanmu.

Bila ada anak yang membantah atau seseorang yang diberitahu tapi tidak mengerti bahkan enggan melaksanakan, maka cap angel tenan tuturanmu akan mudah melayang.

Hal yang umum ditemui di sekolah-sekolah, setingkat SD atau SLTP.  Sebuah tempat yang dihuni oleh teenagers, usia remaja. Masa transisi menuju dewasa. Masa abu-abu menentukan benar salah, masa pencarian jati diri, masa ikut-ikut atas seseorang untuk melakukan sesuatu.

Beberapa kasus membuktikan hal itu. Tawuran antar sekolah, kriminalitas pembegalan oleh oknum geng motor, bullying teman  di sekolah hingga kekerasan sexual pada seseorang yang dilakukan gerombolan anak muda, membuktikan itu semua.

Harter (dalam Shaffer, 2005) mengatakan bahwa remaja yang terlalu kecewa atas penggambaran diri mereka yang tidak konsisten akan bertindak keluar dari karakter dalam upaya untuk meningkatkan citra mereka atau mendapat pengakuan dari orang tua atau teman sebaya. Anak pada usia ini rawan untuk melakukan beberapa hal negatif dalam rangka pencarian jati diri mereka. Bimbingan dan pengarahan baik dari orang tua maupun guru juga diperlukan bagi anak pada tahap ini, agar mereka dapat menemukan jati diri mereka sebenarnya.

Diakui menjadi sesuatu yang dibutuhkan oleh remaja usia tersebut. Mereka adalah para pemuda harapan bangsa, harus ada upaya mengarahkan agar tak terjadi penyimpangan. Memberikan pendidikan karakter sarat nilai kebaikan mutlak dilakukan, seperti termaktub dalam kurikulum sekolah. Bahwa pendidikan karakter harus ditanamkan bahkan untuk semua mata pelajaran.

Namun, apa cukup hanya ketika pembelajaran  di kelas saja diberikan? Penanaman karakter itu butuh disiram dan dipupuk agar terus hidup dan berkembang. Menjadi sebuah kepribadian, kebiasaan yang tak kan luntur meski dalam keadaan apapun.

Misal berbicara sopan, menghormati orang yang lebih tua dengan panggilan pak, bu, mbak, mas, memberikan dengan tangan kanan, makan dengan duduk, berkata terimakasih, mengucap nuwun sewu atau permisi, ringan meminta maaf bila salah dan seterusnya.

Itu semua butuh dilatih, bahkan kalau perlu dipaksa dengan hukuman. Membiasakan karakter baik itu sulit maka perlu upaya terus menerus tanpa kenal putus asa untuk melakukan.

Cuci tangan

Wajib cuci tangan dan bermasker, lingkungan bersih (doc.pri)
Wajib cuci tangan dan bermasker, lingkungan bersih (doc.pri)
Tidak percaya? Bahkan orang dewasa dan tua juga harus terus dilatih agar mereka terbiasa melakukan sesuatu. Lihat pada kampanye gerakan memakai masker dan cuci tangan. Membudayakan itu susahnya minta ampun. Sampai-sampai aparat harus memberikan hukuman.

Terkait hal tersebut sesuatu saya dapati di sebuah sekolah Boarding Arrohmah Putra Kabupaten Malang. Terdapat banner deklarasi di dinding sekolah. Poin-poinnya ala-ala Sumpah Pemuda. Tapi butirnya semua mengacu pada membentuk karakter hidup bersih. Sesuatu yang memang mau tidak mau saya akui susah membudayakan.

Awalnya saya tersenyum membaca tulisan di Banner tersebut. Tetapi kemudian menyadari bahwa hidup bersih itu memang sulit penanamannya. Buang sampah sembarangan, seolah budaya bangsa Indonesia. Sehingga kalau ada ide membuat deklarasi dengan bunyi seperti di banner itu sesuatu yang brilliant.

Poin bunyi deklarasinya seperti ini,
..., kami berkomitmen untuk
1. Berperan aktif dalam menjaga kebersihan, kerapian, keindahan, keamanan dan kenyamanan di lingkungan SMP Ar-Rohmah
2. Membuang Sampah di Tempat Sampah
3. Menjadi pelopor kebersihan di lingkungan Ar Rohmah
4. Menyukseskan program LSLA, Lihat Sampah Langsung Ambil

Dengan deklarasi, apalagi ditanda tangani banyak siswa, mereka, kaum muda ini akan berupaya melaksanakan sepenuh hati. Ada sugesti, juga beban moral untuk melaksanakan. Bertanggung jawab atas apa yang mereka tanda tangani.

Bersih dan nyaman (doc.pri)
Bersih dan nyaman (doc.pri)
Hasilnya, waw. Lingkungan di sekitar sekolah cling. No sampah. Satu sampah akan terlihat menyolok. Tak ada sedikitpun bahkan sebungkus permen. Misal ada, para muda itu malah berlomba memungut dan membuangnya di tempat sampah yang banyak disediakan di berbagai sudut tempat.

Saya krasan berada di tempat tersebut. Sejauh mata memandang keindahan dan kebersihan. Kalau saya saja yang orang luar krasan apalagi penghuninya.

Stereotipe kehidupan pesantren itu "kumuh" dipatahkan oleh tempat ini. Membuat pemuda  bisa menjadi pelopor kebersihan mengagumkan saya. Mereka ternyata bisa pula diajak melakukan kebiasaan baik. Terlihat sepele, namun bila dilaksanakan konsisten itu akan mempengaruhi kepribadian pula.

Memasukkan penanaman karakter dalam sebuah program kampanye gerakan saya pikir menjadi solusi cerdas. Boarding School Ar-Rohmah sudah membuktikan. Membiasakan akhlak baik, menjadikan sebagai program sekolah memudahkan membentuk karakter siswa yang notabene adalah pemuda. Dengan judgment angel tuturane.

Karakter disiplin dan bertanggung jawab bisa didapatkan dengan model deklarasi seperti ini. Sesuatu yang bisa diterapkan di tempat lain. Bukan hanya di sekolah atau pesantren kalau perlu di instansi-instansi pemerintahan semacam kantor desa, bahkan di pasar bisa juga. Tempat yang biasanya banyak sampah berserakan, tempat yang dipenuhi orang  dengan sebenar-benar "angel tuturane."

Anis Hidayatie, Ngroto 29/10/2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun