Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sosialisasikan Ekspor Pertanian

22 Mei 2019   23:57 Diperbarui: 23 Mei 2019   00:07 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wisnuvegetarianorganic.wordpress

Sebagai orang yang hidup tengah petani, saya tahu persis bahwa mereka sering kali mengalami kesusahan ketika harga jual rendah. Sementara ongkos perawatan sangat mahal. Tak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Maka saya menjadi sedih ketika hasil pertanian itu terbuang percuma. Kalaupun produk pertanian itu masih bisa dimanfaatkan, maka alternatifnya adalah dengan memberikan hasil pertanian tak laku jual itu kepada hewan ternak semacam sapi atau kambing.

Ini memiriskan saya tentu saja. Bukan gagal panen yang mereka alami secara hasil pertanian mereka kualitasnya bagus dan kuantitasnya memenuhi estimasi tapi gagal jual. Permintaan pasar yang tak sebanding dengan melubernya hasil pertanian membuat petani bukannya memperoleh keuntungan ketika panen, malah buntung. Kerugian besar membayang di depan mata. Modal tak kembali, tenaga terbuang percuma, bisa jadi hutang menumpuk akibat meminjam modal ketika sedang menggarap lahan atau merawat tanaman pada masa sebelum panen.

Dalam pandangan saya, andai hasil pertanian itu ada yang bersedia menampung dengan harga pantas, tentu petani petani tersebut tak akan mengalami kerugian.

Memang ada KUD, Koperasi Unit Desa yang keberadaannya cukup membantu petani, dengan menyediakan pupuk dan obat-obatan, namun untuk membeli hasil pertanian dalam skala besar, KUD rupanya belum bisa melakukan. Keterbatasan gudang, kemampuan memasarkan limpahan hasil pertania menjadi catatan kendala yang tak bisa diabaikan.

Maka andai ada pemikiran untuk melakukan ekspor terhadap hasil pertanian mereka, tentu para petani itu tak lagi direpotkan dengan masalah penjualan. Ada badan khusus yang menangani hasil pertanian mereka untuk ekspor. Ada binaan pada mereka tentang jenis pertanian yang laku diekspor serta bagaimana cara agar produk pertanian itu memenuhi standar ekspor.

Kalaupun pemerintah belum bisa menyediakan itu semua, paling tidak pengetahuan tentang prosedur ekspor perlu disosialisasikan lebih intensif kepada petani.

Petani di sini bukan hanya mereka yang menggarap lahan pertanian saja, tetapi para pengusaha yang bergelut di bidang pertanian. Bukan tidak mungkin masih ada pengusaha yang belum tahu atau paham prosedur ekspor pertanian, khususnya pada perizinan dan pernak-perniknya. Saya yakin itu, karena kalau ada pengetahuan, tentu hasil pertanian yang melimpah ini tak akan terbuang percuma. Ini hanya tentang masalah ketidak tahuan saja.

Sosialisasi tentang ekspor pertanian dan prosedurnya itu, urgent dilakukan. Supaya pengusaha dan petani semakin bersemangat serta tidak ragu lagi saat ingin mengekspor produk pertanian yang dimilikinya. Ada kepercayaan diri untuk bertani dengan harapan ketika panen bisa memperoleh keuntungan sebagaimana yang diprediksikan.

Pengetahuan tentang ekspor pertanian ini sangat penting bagi petani, juga dukungan pemerintah untuk melakukan proteksi hasil pertanian mereka supaya tidak kalah bersaing dengan produk luar negeri. Seperti beras dari Vietnam, Thailand, atau buah buahan dari negara negara maju, yang menjadi primadona buah impor.

Pemberitaan terhadap aktifitas ekspor pertanian ini seperti dua sisi mata uang. Di satu sisi, pemerintah serius menggenjot ekspor komoditas pertanian, tetapi di sisi lain pemerintah juga masih mengimpor beberapa komoditas pertanian yang dirasakan tidak perlu dilakukan dengan alasan kurang masuk akal. Hal semacam itulah yang membuat kepercayaan diri para petani menurun.

Harapan untuk serius bertani, lalu menuai hasil yang diinginkan, terkadang harus berbenturan dengan tak pandainya mereka mencari terobosan pemasaran. Mengandalkan permainan harga hasil pertanian di tingkat pasaran lokal mengakibatkan ketergantungan terhadap tengkulak. Hukum pasar berlaku. Suply and demand yang timpang mengakibatkan petani sering kali kalah bernegosiasi. Menyerah. H

arga ditetapkan berdasarkan hukum pasar yang berlaku.
Ini tak akan terjadi jika mereka mempunyai pengetahuan yang baik tentang cara mengekspor produknya. Jadi dalam hal ini bagi saya, selain pengetahuan tentang meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian, tak kalah pentingnya yakni. Memberikan pengetahuan kepada petani tentang prosedur ekspor. Supaya tak lagi ada ketergantungan terhadap tengkulak lokal, sebagai satu satunya eksekutor harga pertanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun