Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Balada Perempuan Pemanjat Kelapa 2 "Ujian Memanjat"

19 Januari 2019   05:17 Diperbarui: 19 Januari 2019   07:38 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku termangu di depan pintu rumahku yang terbuat dari kayu. Ucapan salamnya kubalas lirih. Kubiarkan Jek melenggang pergi dari rumahku dengan aura wajah senang. Senyumku terkembang, kuberikan agar dia bisa melaksanakan tugas meliputnya tanpa ganjalan pikiran. Padahal pikiranku melayang, hatiku resah tak karuan.

Ajakan Jek menemui mamanya nanti sore betul-betul  buatku termangu. Aku janda, meski tak ada anak, usiaku lebih tua delapan  tahun darinya. Di KTA pers yang sempat kuintip tersurat usianya masih 24 tahun, sedangkan aku sudah kepala 3. Ini menurutku tentu akan jadi masalah bila dipaksakan bersatu.

Meski kata Jek dari pihak mamanya tak ada masalah, aku masih ragu untuk itu. Tak mau larut dalam pikiran, kupakai lagi seragam kebesaran, training kolor. Kaus lengan panjang, jilbab kumal. Siap memanjat kelapa seperti rutinitas harian yang selama ini kujalani. 

Baru mau melangkah ke kebun kelapa di belakang rumah kudengar suara lelaki mengucapkan salam.

" Assalamualaikuuum."

" Iya, wa alaikum salam, eh Uda Zamzami,  maaf kelapanya belum saya ambilkan, tadi ada tamu, silahkan duduk dulu Uda." Kujawab salam sembari mempersilahkan dia duduk.


Ternyata yang datang Uda Zamzami, tetangga kampung sebelah yang kemarin pesan kelapa sepuluh butir,dia bilang mau dipakai hajatan khitan anaknya.

"Mbak mau ke mana nih,  tidak seperti biasanya." Sapa Uda Zam menyapaku. Dia memanggilku Mbak, bukan Uni karena dia tahu aku keturunan Jawa dan memang aku lebih suka mengenalkan sebagai Mbak saja, bukan nama atau panggilan lain. Dengan dipanggil Mbak aku merasa dekat dengan leluhurku yang mewariskan ilmu panjat kelapa ini. Pesisir pantai pulau Malang Selatan, itu asal usul moyangku kata emak suatu hari padaku.

" Tak kema-mana pun,  ini mau berangkat ambilkan  kelapa buat Uda."

" Kok cantik."

" Oh ya? Ih Uda ini ada-ada saja." Tersipu aku, tak biasa dipuji lelaki langsung begitu. Duh rupanya sapuan make up ku tadi belum kuhapus pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun