Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Haru Biru Buku

9 Januari 2019   19:37 Diperbarui: 9 Januari 2019   19:42 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lian Gaisi. doc.pri

Operasinya ditunda, ada masalah dengan kondisi seputar hatinya, harus disembuhkan dahulu, sebelum eksekusi operasi dilaksanakan. Semangat hidupnya justru membuatku terharu, kupikir dia sedang rapuh, ternyata dia masih produktif.

Tak mau berlama di kamar Rumah Sakit, di memilih obat jalan, sembari beraktifitas biasa untuk melupakan sakit yang diderita.

Ini membuatku ingin berada di sampingnya, berbagi pelukan, memberikan kekuatan. Bahkan dia  bisa menghasilkan tulisan. Dalam kesakitan dia menghibur diri denganmenulis, beberapa puisi dia hasilkan. Setelah melalui seleksi ketat, puisinya bisa masuk dalam buku Antologi puisi Suwung bersama Kompasianer sekaliber Saifullah Syahid. Luar biasa, semangat hidup Lian Gaisi membuatku terkesima.

Kedua, buku ini adalah Pilot Project, kegiatan penerbitanku yang pertama, tak menyangka secepat itu bisa sampai ke tangan pemesannya. Kabar telah diterimanya buku ke tangan pihak pemesan sungguh melegakan.

Harus kuakui ada sedikit kekhawatiran, sebab semua dilaksanakan online. Ijab Qabul jual beli, online pula. Ini sesuatu yang baru bagiku. Aku memang katrok, masih terbawa nostalgia masa lalu ketika  internet belum ada, ketika transaksi hanya ada di dunia nyata. Paling canggih hanya telepon berbasis suara atau teleconference bila ingin saling bertatap muka. Zaman now ini memudahkan banyak hal ternyata. Sisi positif yang aku mulai suka.

Aroma buku selalu membuatku rindu, itulah alasan kenapa aku terkesan menggebu membuat buku. Meski media online bertebaran, bagiku dia bukanlah saingan, malah menjadi partner menyenangkan. Setelah membaca di layar, keinginan memeluk buku, menyentuh kertas, membuka lembar demi lembar halaman, sebagai pengantar tidur malam merupakan ritual indah yang kerap kulakukan.

Begitulah haru biru buku, aku masih  merindukankannya selalu. Kutu buku, ah sepertinya aku mulai seperti itu, julukan yang pernah disematkan ibu padaku. Kini tak hanya membaca, aku mulai pula terlibat menuliskannya, menjadi bagian dari terciptanya sebuah buku. Aku suka, menyenangkan ternyata.

Bagaimana dengan kalian? Yuk gandeng tangan, kita buat buku bersama. Salam suka menulis dan membaca, untuk Indonesia jaya.

Ditulis Anis Hidayatie, untuk Kompasiana, 09012019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun