Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inilah Sensasi Mempunyai Buku Bertulis Nama Sendiri

18 Desember 2018   05:35 Diperbarui: 18 Desember 2018   05:59 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anis Hidayatie/Dokpri


Sebagai newbie yang baru memulai dalam ranah penulisan, tentu mempunya buku dengan nama terpampang di cover depan menjadi impian. Demikian juga denganku. Berhenti menulis sejak lebih duapuluh tahun rasanya kaku. Lupa cara membuat paragraf dari prolog hingga epilog. Banyak hal dalam dunia tulis menulis yang membuatku seperti orang awam.

Hanya modal nekat dan semangat memulai yang kupunya dalam ranah penulisan ini. Berbagai jenis tulisan kucoba memasuki, lewat platform digital rasa blog dan media sosial aku berkarya, Kompasiana salah satunya, tempat yang dihuni banyak penulis handal, cermin bagiku untuk banyak belajar. Intens aku menayangkan tulisan. Hariku tak ada jeda, ragam tulisan kutayangkan, puisi, esai, fiksi reportase semua genre kucoba sebelum aku akan memilih satu yang membuatku paling nyaman karenanya.

Jujur aku merasa sangat bahagia ketika tulisanku mendapatkan label biru pilihan, penanda tulisanku bisa masuk diterima, paling tidak layak baca. Ini melecutku terus berkarya, mencoba menyajikan yang terbaik dari yang bisa kupersembahkan.

Tulisanku dibaca, dikomentari, diapresiasi positif oleh penulis lain, karya fiksiku Salikah dan cerita koplak diterima pembaca, mereka menghubungiku, mengajak membuat buku. Ide ceritaku mereka ikuti, dalam tokoh dan latar yang sama, dengan alur cerita sesuai imajinasi penulisnya, seperti tautan simpul, kami menulis sambung menyambung hingga terciptalah sebuah novel antologi dan menjadi buku pertama yang kuterbitkan sendiri.

Dua buku sudah jadi, bertajuk Salikah dan Negeri Somplak, keduanya pernah kutayangkan di Kompasiana bersama penulis lain. Menyusul pula tulisan buku Biografi seorang Kyai yang kuhasilkan  setelah bekerja sama dengan tim penulis pesantren setempat dan kisahnya pernah kutayangkan di Kompasiana ini pula. 

Rasa senang bisa menerbitkan buku  menyemai keinginan untuk terus berkarya. Meski baru bisa menerbitkan secara indie, bagiku ini adalah awal bergaungnya literasi di dada ini, untukku agar tak henti turut larut dalam geliat menulis, melanjutkan mimpi ketika masih kuliah dahulu, saat aku pernah menjadi jurnalis.

Niat dan Percaya diri bagiku adalah kunci, ilmu menulis akan terus kupelajari, bersama kesalahan aku belajar, memperbaiki kualitas tulisan, ada editor yang mendampingi, ada kurator yang tak pelit berbagi, menilai kelayakan serta memberi masukan apa yang harus diperbaiki. Ini menyenangkan, memberiku spirit, untuk terus berkarya menulis dan menulis, membuat buku lagi sebagai jejak  dokumentasi bahwa aku pernah melakukan sesuatu, kutuangkan dalam buku.

Sungguh mempunyai buku sendiri menimbulkan sensasi bahagia yang sulit kulukiskan. Bayanganku buku ini bisa kuwariskan hingga anak cucu nanti, bahwa neneknya pernah menulis buku, dan inginku mereka nanti bisa mengikuti jejakku, berbagi manfaat lewat sebuah buku.  

Keinginan itu sepertinya setapak demi setapak sudah mulai kuwujudkan. Bersama teman teman yang seiring sejalan. Antologi kami masih akan terus terbit, dengan nuansa berbeda, ada esai, puisi, cerita berbahasa daerah, dan beberapa tema. Ada pula yang kutulis sendiri berdasarkan permintaan instansi atau lembaga untuk membuat sebuah buku yang menggambarkan keberadaannya.

Tak pernah berhitung uang ketika aku menulis, bagiku itu adalah nomor sekian, bisa menyelesaikan karya  merupakan kebahagiaan yang tak bisa dinilai dengan uang. Bila toh memang aku mendapatkan, bagiku itu adalah bonus lain, hadiah Tuhan dari rizki yang tak kuperhitungkan. 

Berapapunyang kuperoleh kan keterima dengan mengucap rasa syukur tak terhingga pada yang kuasa. Masih diberi kesempatan berkarya, meski tak muda lagi usiaku mengawalinya. Bagaimana dengan anda? Salam literasi dari seorang penulis pemula, mohon bimbingannya.

Al Amin, Prenduan- Sumenep, 18122018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun