Tapi saat itu aku marah. Aku sangat marah, ketika Ibu mau ke kamar mandi dan dia ada di hadapanku masih telungkup anak saja, sementara aku baru pulang dari rumah sakit, aku beberes rumah dan aku pula yang harus membawa Ibu ke kamar mandi.Â
Saat itu aku berteriak "Mas bangun, Ibu mau ke kamar mandi" Suaraku agak keras.Â
"Iya" Dia bangun dengan sangat lambat.Â
Ibu sudah tidak tahan dan akhirnya tercecer lah kotoran Ibu di dalam kamar. Sontak aku kaget, capek, dan akhirnya menangia sambil menyusui Ali di kamarku.Â
Aku tidak peduli apa yang terjadi setelah itu. Aku marah pada Mas Rangga. Dia membersihkan semuanya.Â
"Aku mau pembantu Mas" Aku meneteskan air mataku.Â
"Iya sayang aku lagi berusaha. Nyari pembantu itu susah."
Memang susah, memang sulit. Saat itu aku tidak berfikir berapa uang yang harus aku bayarkan jika aku membayar tenaga pembantu.Â
Beberapa orang yang sudah datang kerumah tak mau menolongku karna harus mengurus Ibu. Padahal sudah ku jelaskan, urusan cuci, masak, dan Ali adalah tanggung jawab ku. Tetap mereka menolak.Â
Suatu malam tiba, Ali sudah tidur dan setrikaan ku segunung. Aku menyetrika saja saat itu, ditemani Ibu duduk dikursi dan mengobrol ringan.Â
"Teh Rika udah berapa bulan Bu? " Ku buka obrolan ku dengan menanyakan istri dari kakak suamiku yang tengah hamil muda.Â