Mohon tunggu...
ANGRA PRIYA
ANGRA PRIYA Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi Menonton Dan Review Film

Selanjutnya

Tutup

Film

"Pulung Gantung: Pati Ngendat" Horor atau Komedi Tak Sengaja?

11 Februari 2025   19:16 Diperbarui: 11 Februari 2025   19:16 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://www.imdb.com/title/tt35111036/reviews/

Saat menonton Pulung Gantung: Pati Ngendat, rasanya seperti dilempar kembali ke era horor Indonesia tahun 2000-an---tapi bukan dalam arti nostalgia yang menyenangkan. Film ini penuh dengan segala elemen khas horor lawas: akting yang kaku, jumpscare yang terlalu niat, dan CGI yang lebih cocok jadi meme di media sosial ketimbang menciptakan ketegangan.

Salah satu aspek yang paling bikin geleng-geleng kepala adalah banyaknya adegan gantung diri, yang bahkan tidak disertai trigger warning. Bukannya menambah atmosfer kelam, malah terasa berlebihan dan tidak sensitif. Ditambah lagi dengan visual banaspati yang lebih mirip meteor jatuh ala efek Indosiar, film ini sukses bikin satu studio ketawa bukan karena lucu, tapi karena absurd.

Dari segi cerita, Pulung Gantung juga terasa setengah matang. Tidak ada penjelasan yang kuat soal asal-usul terornya, dan karakter-karakter di dalamnya pun terasa hambar dan tanpa pengembangan yang jelas. Sayangnya, bahkan nama-nama yang sudah sering muncul di dunia film horor seperti Chiska Doppert dan Erry Sofid masih mempertahankan formula lama yang sudah tidak relevan dengan standar film horor masa kini.

Jumpscare yang muncul pun lebih mengganggu daripada menyeramkan. Alih-alih membangun ketegangan secara alami, film ini seperti sibuk melemparkan efek suara mengejutkan setiap beberapa menit sekali. Musiknya pun berantakan, dengan scoring yang terlalu berlebihan sehingga malah menghilangkan nuansa mencekam yang seharusnya ada.

Sebagai film horor, Pulung Gantung: Pati Ngendat gagal menghadirkan ketakutan yang efektif. Sebagai drama, film ini pun tidak mampu membangun emosi yang kuat. Justru, film ini lebih terasa seperti FTV dengan bumbu horor yang dipaksakan. Sayangnya, dengan semua kekurangan yang ada, film ini lebih cocok dijadikan bahan roasting di media sosial ketimbang ditonton sebagai pengalaman horor yang sesungguhnya.

Rating: 0,5/10 -- Lebih seram mikirin harga tiket bioskopnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun