"Ohya mas, tadi Indah beli coklat. Ini untuk mas Akbar. Kan mas Akbar dulu suka banget sama coklat."
Indah menyodorkan coklat padaku. Aku menerimanya dengan hati berbunga. Aku tidak ingin menghabiskan coklat ini cepat-cepat.
"Terima kasih Indah. Indah masih ingat kesukaanku yang bikin banyak orang repot."
Tidak terasa kami ngobrol banyak hal sampai akhirnya angkutan ini sampai di depan rumahku. Aku turun di sini dan berpamitan pada Indah.
"Main-main ke rumah lah mas."
Aku mengangguk. Rasanya tidak perlu tawaran lagi, aku juga ingin berbincang lebih banyak dengan gadis cantik itu.Â
Sesampai di rumah, aku disambut semua anggota keluarga, termasuk kakek dan nenek.
"Bagaimana perjalananmu le?" tanya kakek seperti biasa ketika cucu atau anakku baru sampai.
"Baik mbah. Untung tadi masih dapat angkutan."
Lalu aku ceritakan bahwa aku bertemu dengan Indah di angkutan tadi. Yang membuat aku heran, saat aku cerita aku bertemu dengan Indah, malah semua orang memandangku seakan tidak percaya.
"Indah anaknya pak Andik?" Tanya kakekku seakan tidak percaya dengan ceritaku.
"Iya kek."
Sejenak suasana menjadi hening. Semua orang seakan tidak berani berkata-kata. Aku malah bingung. Ada apa ini?