Konflik antara Thailand dan kamboja berawal dari ketidakjelasan batas-batas wilayah antara Thailand dan Kamboja pada peta yang dibuat berdasarkan pemerintahan. Sengketa tersebut meluas ke kompleks Ta Moan Thom. Perseteruan ini merupakan perebutan wilayah seluas lima meter persegi, dimana tempat kuil Preah Vihear berada.Sengketa ini sudah berlangsung sejak lama. Pada tahun 1962, mahkamah internasional menyatakan bahwa wilayah tersebut milik Kamboja.Pad Juli 2008 UNESCO memberikan keputusan status warisan budaya dunia kepada kuil Preah Vihear sebagai bangunan yang dimiliki oleh Kamboja dan pernyataan tersebut memicu kembalinya perseteruan antara Thailand dan Kamboja.
Konflik tersebut berlangsung lama dan berlangsung selama beberapa tahun. Konflik ini melibatkan bentrokan antara pasukan militer kedua belah pihak negara negara di wilayah perbatasan. Akhirnya pada tahun 2013, Mahkamah Internasional mengumumkan keputusan yang diberikan kepada Thailand dan Kamboja untuk memutuskan di antara mereka sendiri mengenai status wilayah dekat candi yang menjadi sumber konflik terakhir. Baik dari negara Thailand maupun Kamboja untuk mengklaim meraih kemenangan terkait keputusan tersebut. Meskipun demikian, hubungan antara Thailand dan Kamboja semakin membaik setelah itu.
Realisme offensive memandang bahwa kekuatan militer sebagai kunci jika negara dalam  menjamin keamanan dan survivalitas negaranya di tengah struktur internasional yang anarki. Artinya yaitu memaksimalkan kekuatan negara sebesar-besarnya, sehingga setiap negara akan berlomba untuk menjadi negara hegemon, setidaknya di level regional dan pada akhirnya di level global.realisme offensive juga menekankan pada sikap maksimalisasi kekuatan negara.
Seperti kasus Thailand dan kamboja merupakan termasuk ke dalam realisme offensive karena negara-negara tersebut dianggap menggunakan kekuatan untuk saling memperoleh kemenangan mereka, mengamankan wilayah atau bahkan memperluas wilayah.