Mohon tunggu...
Anggun Kurnia Likawati
Anggun Kurnia Likawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Merupakan seorang mahasiswi dari salah satu perguruan tinggi di Bandung. Memiliki ketertarikan dalam kepenulisan, baik creative writing maupun scientific writing, sejak tahun 2019 silam. Saat ini, sedang berfokus pada bidang kepenulisan artikel mengenai kesetaraan gender, lingkungan, edukasi, dan topik lainnya yang masih mendukung perkembangan SDG's di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

WLGA: Upaya Menciptakan Ruang Kepemimpinan Perempuan di Masa Mendatang

29 Oktober 2021   12:35 Diperbarui: 29 Oktober 2021   12:42 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Poster Women Leadership Great Academy (WLGA) 2021/Dokpri

Bandung - Pada Jumat (15/10), UKM Gender Research Center UPI atau biasa disingkat sebagai GREAT UPI, resmi membuka pendaftaran suatu acara pelatihan kepemimpinan perempuan yang disebut dengan Women Leadership Great Academy (WLGA). 

Dalam bookletnya dijelaskan bahwa acara ini tidak hanya berbentuk lokakarya, namun peserta juga diajak untuk mengikuti Focus Group Discussion (FGD) dan Kolokium yang akan diadakan selama kurang lebih 9 hari, dari tanggal 30 Oktober 2021 hingga 7 November 2021.

Di hari pertama launching acara tersebut, antusiasme para perempuan muda, terutama yang masuk dalam lingkungan UPI pada pendaftaran acara ini sangatlah tinggi. 

Berdasarkan laporan yang diungkapkan oleh Ketua Umum UKM Great UPI, Sheila Jasmine (20/10) bahwa, "(per-hari ini) Sudah mencapai 50% target yang diharapkan. Karena nanti para peserta yang sudah mendaftar, masih akan diseleksi melalui formulir (dan persyaratan) yang telah dipenuhi untuk dapat mengikuti acara ini."

Namun, apa sebenarnya alasan dari diresmikannya acara WLGA yang akan diadakan ini?

"WLGA hadir dari keresahan kita terhadap dampak kontruksi gender mengenai kepemimpinan perempuan, khususnya di UPI. Perempuan biasa dihantui streotype dalam setiap langkahnya, seperti perempuan itu cenderung emosional dan tidak dapat mengambil keputusan, sehingga kerap kali dia dianggap tidak capable dalam memimpin. 

Pun juga selalu ada anggapan bahwa memimpin itu adalah tugasnya laki-laki dan perempuan (layak) menjadi pengikut saja." ungkap Sheila dalam wawancara tidak langsung melalui telepon seluler.

"...hal ini juga terjadi pada Pemilu REMA UPI 2020, mengenai bagaimana ketika ada calon perempuan yang ingin mencalonkan dirinya sebagai Presiden REMA UPI, banyak publik yang akan menyerangnya bukan karena kapabilitasnya, namun karena dia merupakan seorang perempuan." sambungnya.

Bukan tanpa alasan, Sheila juga menambahkan tentang bagaimana akhirnya publik ini memberikan ayat-ayat suci ataupun hadist yang melarang perempuan menjadi pemimpin sebagai pendukung argumen mereka. "Padahal maksud turunnya ayat-ayat suci tersebut, bukan hanya untuk dipahami secara tekstual, namun juga kontekstual."

Masih terkait dengan kepemimpinan perempuan, Sheila mengungkapkan hasil riset yang dilakukan oleh GREAT UPI, bahwa dari 67 Badan Eksekutif Mahasiswa yang ada pada setiap fakultas di UPI, hanya terdapat tujuh pemimpin perempuan yang berpartisipasi dalam kursi strategis tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun