Rahasia umum yang banyak didengar oleh masyarakat bahwa puncak Jayawijaya memiliki salju abadi. Satu-satunya salju di Indonesia yang merupakan negara beriklim tropis. Alasan mengapa pegunungan Jayawijaya dapat memiliki salju adalah karena puncaknya yang sangat tinggi sehingga menyebabkan suhunya menjadi rendah dan mendekati titik beku.Â
Namun, tidak semua pegunungan yang memiliki ketinggian puncak memiliki salju. Hal itu dikarenakan tingkat kelembaban suatu tempat sangat mempengaruhi apakah tempat tersebut dapat membentuk salju atau tidak. Hal yang sangat disayangkan bahwa semakin hari salju di pegunungan Jayawijaya kian menipis.Â
Pemanasan global membuat suhu Puncak Jayawijaya menjadi hangat sehingga sebagian besar gletser mencair. Dahulu luas permukaan salju di daerah tersebut mencapai 2000 hektar.Â
Namun, kini luasnya tidak mencapai 100 hektar. Artinya, luas daerah permukaan salju berkurang lebih dari 90 persen. Angka yang begitu besar. Para peneliti memprediksi bahwa salju akan hilang di beberapa pegunungan dalam kurun beberapa tahun kedepan. Pegunungan Jayawijaya dan Gunung Kilimanjaro (gunung tertinggi di benua Afrika) masuk dalam ramalan menyedihkan tersebut.
Awalnya, gunung di Papua ini tidak bernama Jayawijaya. Carstensz Pyramid adalah nama pertama yang melekat dan diberikan pada gunung ikonik Indonesia itu. Nama tersebut di berikan untuk menghormati orang yang pertama kali menemukan Gunung Jayawijaya. Jan Carstensz adalah seorang Belanda yang menemukan pegunungan Jayawijaya pada tahun 1623.Â
Dia diejek dan dianggap pembohong karena mengatakan bahwa dia melihat ada salju di puncak gunung kawasan khatulistiwa. Carstensz juga menyebutkan beberapa fitur lain di sepanjang pantai utara Australia. Carstensz menemukannya saat dalam pelayaran melintasi pantai selatan Laut Arafura. Selain itu, Jayawijaya sempat mendapatkan nama Sukarno hingga pada akhirnya bernama Jayawijaya.
Setelah kita mengetahui siapa penemu pegunungan Jayawijaya, maka tentu kita harus tahu siapa orang yang pertama kali menapakkan kakinya di puncak pegunungan tersebut. Dengan cuaca dan jalur yang sangat ekstrim, para pendaki harus berpikir dua kali untuk dapat mendaki dengan selamat. Tentunya, seorang pendaki harus menyiapkan dan memperhitungkan apa yang ia akan hadapi.Â
Seorang pria asal Austria bernama Heinrich Harrer berhasil mencapai puncak Jayawijaya untuk pertama kalinya pada tahun 1962. Pendaki profesional tersebut memimpin pendakian bersama rekan-rekannya, yaitu Russell Kippax, Bertus Huizenga dan Robert Philip Temple.Â
Selain mendaki, Heinrich Harrer juga sangat mencintai olahraga ski. Tidak hanya itu, Heinrich Harrer juga seorang penulis. Beberapa karya yang pernah ditulis oleh Heinrich Harrer antara lain Seven Years in Tibet, The White Spider, Lost Lhasa, dan masih banyak lagi.Â
Heinrich adalah petualang sejati yang tidak hanya menaklukan Puncak Jayawijaya saja, tetapi juga menaklukan beberapa pegunungan. Ia juga merupakan pendaki pertama Gunung Debora dan Gunung Hunter di Alaska pada tahun 1954.