Mohon tunggu...
Anggrita Lismawati Santoso
Anggrita Lismawati Santoso Mohon Tunggu... Universitas Negeri Yogyakarta

Hallo semua, izinkan saya memperkenalkan diri, saya Anggrita dari Universitas Negeri Yogyakarta yang berdomisili di Yogyakarta. Salam kenal semua

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mencari Jalan Kembali Pulang Dari Jurang Kenakalan dan Penyimpangan Sosial di Kota Pendidikan

10 Mei 2025   22:44 Diperbarui: 10 Mei 2025   22:44 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menolak Obat Terlarang Untuk Masa Depan Cemerlang. Sumber foto: Freepik.com 

Dalam zaman globalisasi ini, remaja Indonesia masih menghadapi krisis nilai yang nyata di tengah pesatnya arus globalisasi. Kenakalan remaja merupakan suatu perilaku yang menyimpang dari aturan yang seharusnya dan dilakukan oleh anak-anak yang sedang mencari jati dirinya. Penyimpangan perilaku ini biasanya terjadi di masa anak anak memasuki usia remaja sekitar umur 10-19 tahun. Kegiatan tersebut dapat dianggap sebagai perilaku menyimpang karena melanggar norma sosial, hukum, atau etika yang berlaku di masyarakat.. Perilaku yang masih sering terjadi ditengah arus globalisasi dan pesatnya teknologi saat ini adalah tawuran dan penyalahgunaan narkoba yang menjadi hal yang tidak asing terjadi dikota besar bahkan di desa. Namun, ironisnya tindakan ini sering dianggap sebagai bagian dari pencarian jati diri sesungguhnya. Keadaan ini menjadi ancaman bagi masa depan Indonesia, mengingat setiap remaja yang seharusnya berperan sebagai agen perubahan dalam bangsa justru terjebak dalam lingkungan negatif yang merusak identitas dan semangat kebangsaan.

Kenakalan remaja yang saat ini sering muncul terkadang disebabkan oleh lemahnya kontrol sosial dan lemahnya pengawasan lingkungan setiap remaja. Banyak cerminan bahwa banyak remaja yang hidup dilingkungan keluarga yang memiliki tingkat emosional yang tinggi atau keluarga yang renggang secara emosional antara warganya. Banyak juga remaja yang hidup dilingkungan yang kurang tegas atau kurang terkendali terhadap perilaku menyimpang. Remaja yang terbawa pergaulan bebas akan terbawa arus itu dan mendapat tekanan dari teman sebaya sehingga mudah terbawa arus negatif. Aktivitas seperti perundungan, balap liar dan vandalisme masih sering dianggap menjadi pelampiasan emosi setiap remaja yang kurang mendapatkan perhatian di lingkungan keluarganya atau dikarenakan masalah sosial yang lain. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang sering terlambat dalam menyadari bahwa hal-hal kecil dalam kenakalan remaja dapat membawa efek yang begitu besar seperti berkembangnya hal kecil menjadi kriminal yang lebih serius. 

Saat ini, tawuran antar pelajar dan penggunaan narkotika masih menjadi masalah yang sering terdengar terutama di lingkungan daerah Jogja yang mendapat sebutan menjadi kota Pendidikan. Dalih "kota pendidikan" terkadang tertutup oleh seringnya beredarnya berita mengenai adanya siswa atau mahasiswa yang terlibat kenakalan remaja khususnya tawuran dan penggunaan narkotika. Tidak sedikit remaja yang menjadikan tawuran sebagai ajang pembuktian diri dan merasa bangga karena telah terlibat dalam aksi tersebut. Lebih menyedihkan lagi, terdapat kelompok atau perkumpulan yang mensyaratkan penerimaan anggotanya dengan memaksa mereka untuk terlibat dalam tawuran atau bentuk kenakalan remaja lainnya.. Dan mirisnya, banyak media massa yang justru ikut menyebarkan informasi negatif yang masih sering terjadi. Hal tersebut akan menyebabkan banyak remaja yang memiliki literasi yang buruk akan ikut-ikutan terlibat demi eksistensi dirinya. Minimnya filter informasi akan menyebabkan banyak remaja terbawa arus dalam hal negatif tersebut. Hal tersebut menyebabkan nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan perlahan akan memudar tergantikan oleh semangat fanatisme suatu kelompok. 

Ancaman yang tak kalah serius dalam dunia remaja adalah penyalahgunaan narkoba yang masih menjadi topik pembicaran pada zaman globalisasi ini. Menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan bahwa penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja semakin meningkat yang awal mulanya hanya 20% meningkat menjadi 24- 28%. Banyak dari mereka yang mengkonsumsi zat adiktif karena rasa ingin tahu atau mendapat tekanan dari teman bahkan ada yang disebabkan karena tidak mampu mengatasi stres dan masalah pribadi yang dialaminya. Narkoba bukan hanya merusak tubuh, tetapi juga menjadi awal mula hancurnya pendidikan dan karier. Parahnya, banyak remaja yang kesulitan keluar dari lingkaran negatif tersebut karena minimnya peran orang tua seperti edukasi dan rehabilitasi yang baik dari lingkungannya. 

Akar dari semua permasalahan ini terletak karena minimnya pendidikan karakter dan kurangnya penanaman nilai-nilai kebangsaan. Lembaga pendidikan sebagai pendidik kedua setelah orang tua masih sering melakukan pemfokusan hanya pada akademik saja tanpa melibatkan pentingnya pendidikan karakter siswa. Masih banyak remaja yang kurang mendapatkan figur teladan yang baik sehingga menyebabkan mereka mencari figur tersebut dari media sosial. Namun pada kenyataannya, media sosial tak selalu menyebarkan informasi yang positif. Jika nilai-nilai Pancasila dan wawasan kebangsaan tidak ditanamkan sejak dini dan secara konsisten maka setiap remaja akan tumbuh dengan fondasi moral yang tidak kuat dan mudah tergoda terbawa kedalam arus negatif yang ada. 

Solusi dari permasalahan ini harus melibatkan dari semua pihak demi tercapainya harapan yang diinginkan. Di dalam lingkungan keluarga diperlukan peran orang tua untuk menjaga komunikasi dan menjaga kedekatan emosional dengan anak. Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mengintegrasikan pendidikan karakter melalui pendidikan pancasila atau melalui setiap kegiatan pembelajaran. Pemerintah sebagai lembaga perlu memperluas akses terhadap kegiatan yang positif seperti pelatihan kepemimpinan, seni, olahraga atau kegiatan positif yang lainnya yang dapat digunakan untuk menyalurkan ekspresi siswa tanpa harus melalui kegiatan negatif. Ketika setiap individu merasa dihargai maka potensi ke arah negatif akan terus berkurang. Remaja adalah harapan bangsa yang diharapkan dapat menjadi generasi emas yang memiliki intelektual yang cerdas dan tinggi serta memiliki karakter dan mental yang kuat. Oleh karena itu diperlukannya peran seluruh elemen bangsa dalam menyelamatkan generasi muda dari krisis moral agar remaja mampu berdiri sebagai pemimpin yang bermartabat di masa depan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun