Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Content Writer

💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Nakalnya Laki-laki Dimaklumi, Rusaknya Perempuan Dihakimi: Siapa yang Sebenarnya Rusak?

8 Juli 2025   22:18 Diperbarui: 8 Juli 2025   23:07 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Tulisan ini akan menyinggung banyak pihak, apabila tidak dibaca dan dipahami dengan pemikiran yang terbuka. Fenomena mewajari dan memaklumi laki-laki yang perilakunya rusak dan nakal itu, memang telah ada sejak dulu, bertahun-tahun, dan berpuluh-puluh tahun yang lalu. Begitu juga pada saat ini, bahwa perempuan akhirnya dihakimi, dilabeli murahan, dikatakan tidak layak dicintai, bahkan hancurnya masa depan seorang perempuan, yakni ketika ia secara sadar dan sengaja untuk berperilaku nakal dan rusak, namun dipandang perilaku yang ekstrem di masyarakat kita, karena perempuan seperti ini bukanlah perempuan yang bisa menjaga kehormatan dan dipandang perempuan yang kotor.

Apa kabar dengan laki-laki yang nakal dan rusak? Apakah masyarakat kita melabeli, bahkan menghukum laki-laki yang rusak dan nakal, seekstrem sanksi sosial yang ditujukan kepada perempuan? Bisa temen-temen jawab sendiri, dan lihat dengan adanya perbedaan yang begitu signifikan antara laki-laki dan perempuan di pandangan masyarakat kita. Di sini, saya bukan membela bahwa perempuan yang rusak dan nakal itu tidaklah buruk, itu adalah tetap tindakan yang buruk, apalagi dilakukan dengan sengaja dan secara sadar, namun yang tidak dilihat oleh masyarakat kita adalah bahwa laki-laki yang nakal dan rusak itu juga memalukan, itu juga buruk, itu juga layak dan pantas untuk diberikan hukuman sanksi sosial yang begitu ekstrem, juga sama halnya dengan perempuan nakal dan rusak. 

Tapi, kan itu tidak terjadi, justru laki-laki yang nakal dan rusak, mereka itu mendapatkan pembelaan, seolah-olah pembebasan mengeksplorasi kenakalan dan kerusakan yang ia lakukan dengan sengaja dan sadar atas dirinya, di masa depan ia tetap dinilai laki-laki yang keren, atau apapun lah sebutannya, karena seolah-olah kenakalan dan kerusakan yang ia lakukan terhadap dirinya itu, dipandang sebagai sesuatu yang bisa diterima di masa depannya. Barangkali, saya ingin ceritakan satu kasus yang menjadi sebuah kesimpulan saya. Di mana ceritanya, adalah bahwa laki-laki ini sudah akan serius dengan seorang perempuan dan memang posisinya mereka sudah tunangan. 

Kemungkinan besar, pastilah ada obrolan atau perbincangan terkait diri masing-masing, di mana memang dari sisi perempuan, dia sudah bisa memaafkan dan menerima masa lalu laki-laki tersebut, lalu tentunya perempuan ini mantap untuk serius terhadap laki-laki tersebut ke jenjang pernikahan. Nah, yang jadi permasalahan adalah bahwa, ternyata masalah masa lalu laki-laki ini, yang diakibatkan kenakalan dan kerusakan yang ia lakukan sebelumnya di masa lalu, itu tidak diterima oleh keluarga dari perempuan, yang jelas pastinya keluarga perempuan tidak mau anak perempuannya ini punya pasangan yang bibit, bobot, bebetnya itu buruk, istilahnya kenakalan dan kerusakan terhadap calon dari pasangan anaknya ini sebegitu tidak bisa diterima.

Walaupun, besar kemungkinan ada pembelaan bahwa laki-laki yang nakal dan rusak itu diwajarkan dan dimaklumi, akan tetapi jangan senang dulu, karena kemungkinan besar laki-laki yang nakal dan rusak ini, tidak akan diterima dan tidak akan lulus sensor dalam pandangan keluarga calon dari pasangan perempuanmu kelak. Jadi, bukan hanya soal embel-embel "keperawanan" perempuan yang dijadikan alasan untuk memilih pasangan, akan tetapi juga dilihat dari seberapa menjaganya seorang laki-laki dengan embel-embel "keperjakaan", karena walaupun calon pasangan kamu memaafkan dan menerima masa lalu kamu, bukan berarti kamu bisa diterima apa adanya oleh keluarga dari calon pasangan kamu.

Begitu juga sebaliknya, bahwa perempuan yang nakal dan rusak dengan sadar dan sengaja melakukan itu, kalian harus tahu bahwa masyarakat kita akan sangat menghardik perempuan nakal dan rusak, apalagi posisinya adalah ketika sebagai perempuan kita akan masuk ke dalam fase peralihan, yaitu jenjang yang lebih serius (pernikahan). Pandangan soal keperawanan perempuan masih menjadi tolak ukur memilih pasangan terbaik, karena perempuan yang nakal dan rusak itu, di masyarakat kita sebagai suatu pandangan aib dan pendosa ulung, karena memang sanksi sosialnya begitu besar dan itu akan abadi sebagai jejak digital seorang perempuan nakal dan rusak.

Jadi, menurut saya wajar dan sah-sah saja, ketika siapapun ingin mendapatkan pasangan yang tidak nakal dan tidak rusak. Entah, itu laki-laki yang nakal dan rusak, juga dengan perempuan yang nakal dan rusak, itu tidak diterima sebagai calon pasangan, bukan berarti kriteria calon pasangan kamu yang tidak menerima itu adalah hal yang jahat, karena setiap orang itu ada standar dan kriteria, apalagi ini adalah menyangkut masa depan, dan ketika kita sebagai perempuan ataupun laki-laki, kita tidak menjaga diri kita sebaik-baiknya, tentu konsekuensi yang kita lakukan di masa lalu adalah tanggung jawab kita, dan ketika calon pasangan kita memandang masa lalu kita sebagai sesuatu yang tidak bisa diterima dan akhirnya tidak berlanjut ke jenjang yang lebih serius, jangan merasa hal itu adalah hal yang jahat, karena itu adalah bagian dari konsekuensi yang harus diterima.

Pesan saya untuk teman-teman semua, baik itu laki-laki dan perempuan, begitu juga untuk diri saya sendiri, bahwa jangan kita biasakan untuk menyepelekan hal-hal yang nakal dan rusak sebagai normalisasi yang wajar, karena kita masih muda, butuh mengeksplorasi, karena tanpa sadar hal-hal yang mungkin disebut penasaran, tapi akhirnya kebablasan, dan berujung pada konsekuensi yang jauh buruk di masa depan kita, itu akan menyakiti diri kita sendiri, karena kita tidak menjaga harga diri dan kehormatan kita, sehingga ketika kita akan ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan, akhirnya harus kandas, karena tidak bisa diterima.

Penerimaan itu cukup sulit, ketika keikhlasan itu tidak muncul di dalam benak dan hati seseorang. Ketika kita sebagai manusia mungkin di masa lalu memang banyak kesalahan, dan akhirnya di masa depan kita ragu untuk merasa layak dicintai dan mencintai, maka cukuplah untuk kita mulai menyadari bahwa kita tetap layak dicintai, walaupun tidak semudah itu penerimaannya, tapi semoga dengan pelajaran yang ada di masa lalu, teman-teman yang merasa bahwa telah melakukan pelanggaran, cobalah untuk introspeksi diri dan berusaha untuk memperbaiki diri, dan jangan lagi mengulangi kesalahan yang sama, sehingga perbaikan diri yang sungguh-sungguh itu menjadi kehormatan yang bisa dihargai sepenuhnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun