Mohon tunggu...
Anggita Tyaswuri
Anggita Tyaswuri Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Dalam perjalanan menuju keabadian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Cakrawala Baru dalam Kesehajaan

3 Januari 2020   11:17 Diperbarui: 3 Januari 2020   11:22 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah satu dekade lebih, Bik Tari menjadi asisten rumah tangga di kota yang terkenal dengan ondel-ondelnya. Bik Tari setia menemani anak Tuannya dari sejak bayi merah hingga sekarang telah menjelma menjadi pemuda gagah dan pemudi cantik. Bik Tari menjadi sosok orang kepercayaan kedua dan juga dapat diandalkan untuk anak-anak Tuannya.

Selain menemani, Bik Tari juga memanjakan mereka terutama untuk pemudi cantik yang biasa dipanggil Putri Bungsu. Putri sering meminta Bik Tari untuk mengantarkannya ke sekolah dan menemaninya tidur. Sedangkan Pemuda Gagah saat ini tidak lagi manja ke Bik Tari karena sudah pergi meninggalkan rumah untuk menempuh pendidikan di kota lain. 

Bik Tari bekerja pada Tuan Besar yang lebih mementingkan pekerjaannya dan sering meninggalkan keluarga untuk pekerjaannya. Kadang Tuan Besar pergi dalam waktu yang lama hingga berbulan-bulan tanpa pulang ke rumah, tetapi juga kadang Tuan Besar hanya pergi dalam beberapa jam saja.

Suasana di rumah pun terkesan lebih suram ketika Tuan Besar tidak ada di rumah. Kedua anak Tuan Besar sudah terbiasa hanya ditemani asisten rumah tangga. Suasana rumah akan menjadi riuh kembali saat Tuan Besar kembali atau anak pertama Tuan Besar, kembali dari perantauannya. Terkadang Putri juga turut meramaikan rumah dengan mengundang teman-temannya bermain dan menginap.

Kedua anak Tuan Besar sungguh rupawan dengan rona muka berseri. Senyum ramah selalu menghiasi suasana rumah saat mereka bersama. Di balik senyuman mereka, tersimpan cerita yang tak tersampaikan kepada sang ayah. Banyak hal yang mereka ingin bagi dengan sang ayah tentang pengalaman tentang kehidupan.

Namun, Tuan Besar terlampau sibuk dengan pekerjaannya. Tuan Besar sesungguhnya sangat ingin merangkul anaknya. Saat di rumah, Tuan Besar mencoba mengganti waktu ketiadaannya dengan menuruti semua keinginan yang mereka utarakan.  Pemuda Gagah dan Putri Bungsu sangat girang jika keinginan mereka dituruti, tetapi jauh di dalam lubuk hati, mereka merasakan kehampaan.

Bik Tari sering mendapati Putri merajuk pada Tuan Besar menjelang hari pembagian rapor atau pertemuan wali murid. Putri meminta Tuan Besar menyempatkan menampakkan batang hidungnya di sekolah saat hari-hari tersebut. Namun, Putri Bungsi seakan berteman dengan harapan kosong, menyertainya tanpa mau meninggalkan sejengkal pun.

Saat seperti itu, biasanya Bik Tari akan turun tangan menghadiri ke sekolah Putri sebagai permintaan dari Tuan Besar.  Tuan Besar berharap dengan itu dapat mengatasi kekosongan di hati anak bungsunya.

Hari berganti hari hingga tak terasa sudah memasuki masa liburan kenaikan kelas. Putri membuka pintu rumahnya dan mendapati udara hari itu terasa begitu segar. Deru laju kendaraan bermotor belum banyak terdengar.

Suara cicit burung sayup-sayup terdengar saling bercengkerama satu sama lain. Matahari pun belum menampakkan seluruh pesonanya. Bik Tari yang melihat Putri segera berlari membawa sarapan Putri ke halaman depan.

"Bik Tari, pernah bilang kalau ada makanan yang mirip kayak cireng di daerah asal Bik Tari, Putri jadi pengen nyoba" Ujar Putri ketika mendapati Bik Tari membawakan sarapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun