Mohon tunggu...
Anggita Putri
Anggita Putri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keberanian Khawarij dalam Pemikirannya

2 Oktober 2018   02:02 Diperbarui: 2 Oktober 2018   02:36 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Khawarij adalah berasal dari bahasa Arab Kharaja yang berarti keluar, muncul, naik, atau memberontak. Dengan adanya pengertian ini, Syahrastani imam yang telah sah sebagai Khawarij. Berdasarkan pengertian ini pula, Khawarij ialah salah satu muslim yang memiliki sikap laten dan ingin keluar dari satuan islamnya ini terdapat pengertian khawarij secara Etimologi.

 Sedangkan Khawarij dalam pengertian terminologi ilmu kalam ialah suatu firqoh/kumpulan/aliran pengikut Ali bin Abi Thalib yang telah keluar dan meninggalkan barisannya dikarenakan ketidaksepakatan terhadap Ali yang meneriman menjadi hakim dalam peperangan siffin yang terjadi pada tahun 37 H 648 M bersamaan dengan kelompok bughat (Pemberontakan), Mu'awiyah bin Abi Sufyan adalah yang memnyebabkan suatu kejadian pemberontakaan dengan Khalifah. Pada mulanya kelompok Khawarij ini telah memandang Ali dan pasukannya yang berada pada pihak yang benar dikarenakan Ali merupakan salah satu Khalifah yang telah Sah dan telah disumpah atau diba'at oleh deretan mayoritas umat islam. Sementara Mu'awiyah ini juga berada dipihak yang benar dikarenakan Ali diangkat sebagai Khalifah sah dipihak yang salah karena terjadinya suatu pemberontakan kepada Khalifah yang sah juga. Dalam penilaian Khawarij pihak Ali ini hamper saja memenangkan peperangan tersebut, dengan sabarnya sang Khalifah Ali ini iya tetap menerima kebohongan yang sangat licik dengan ajakan damai kelompok Mu'awiyah ini, karena kemenangan yang hampir iya dapatkan itu akan hilang dan lenyap.

Sebelumnya Ali sudah mengetahui dan telah mencium suatu kelicikan dibalik semua ajakan damai kelompok Mua'awiyah dan, Akhirnya Ali menolak dan tidak mau akan permintaan damai tersebut. Dikarenakan sebagian pengikutnya merasakan suatu desakan yang telah terjadi diantaranya ahli qurra', seperti Al-Asy'ats bin Qais, Mas'ud bin fukadi At-tamami, dan Zaid bin husein Ath-Tha'i, dengan adanya suatu keterpaksaan Ali memerintahkan Al-Asytar (komandan pasukan Ali) untuk menghentikan peperangan yang sudah terjadi.

Setelah menerima ajakan damai tersebut, Ali ingin dan bermaksud mengirimkan Abdullah bin Abbas sebagai orang yang ditunjuk oleh Ali untuk berdamai akan tetapi ada orang-orang Khawarij menolaknya dikarenakan Abdullah bin Abbas ialah orang yang berasal dari kelompok Ali. lalu mereka-mereka mengusulkan agar Ali mengirim Abu Musa Al-Asy'ari dengan harapan iya dapat memutuskan berdasarkan kitab-kitab Allah. Dalam keputusan hakim yaitu Ali diturukan dari jabatannya sebagai Khalifah dan oleh utusannya. Sementara Mu'awiyah dilibatkan menjadi Khalifah dan juga iya ditentukan sebagai pengganti Ali, dan Akhirnya akan mengakibatkan kekecewan yang dirasakan oleh orang-orang Khawarij.

(Ilmu kalam edisi revisi, Prof. Dr. H. Abdul Rozak, M,Ag dan Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M,Ag. Hal 63-65, Abdu Al-qahir bin their bin Muhammad Al-bagdadi, Hal 75, Abi Al-fath Muhammad Abd Al-Karim bin Abi Baskar Ahmad Asy-Syahrastani, Hal 114)

Adapun hal-hal dalam kuasa kelahiran pemikiran Khawarij adalah salah satu kelompok-kelompok yang memang pada awalnya iya marupakan salah satu pendukung setia Sayyidina Ali bin Abu Thalib yang mana iya menyatakan telah keluar dari barisan Ali. ketika ada suatu kekonflikan senjata atau bisa disebut dengan arbitase (pembelian dan penjualan) yang ditawarkan oleh pihak-pihak Mu'awiyah saat perang Siffin. 

Akan tetapi mereka beranggapan peperangan tersebut merupakan permainan politik Muawiyah untuk menghindari kekalahan dalam peperangan itu. Penerimaan Ali terhadap arbitase (pembelian dan penjualan) hanyalah sebuah kebodohan yang batil. Tak lama kemudain Khawarij berkumpul di sebuah daerah yang bernama Haura' yang man iya telah jauh dari Kufah. Disinilah mereka memulai pelantikan itu yang akan melantik seorang Abdullah bin Wahab ar-Rasibi. Selain itu juga Ibadiyah juga bisa disebut sebagai kelompok agama Al-muhakkimah, dikarenakan iya pertama kali mengatakan

La Hukma Illa Lillah (tidak ada peraturan selain peraturan Allah).

Dan kemudian hari kaum Khawarij ini terpecah menjadi dua puluh kelompok. Dalam hal itu yang telah terjadi menyamakan adanya kesenjangan dalam tubuh Khawarij sendiri walaupun sebenarnya disisi lain iya mendapatkan titik semu antara kelompok dengan kelompok lainnya. 

Khawarij ini dikenal dengan keekstremannya (hal yang keterlaluan) akan tetapi tidak semua kelompok-kelompok yang telah dinisbatkan pada Khawarij itu dapat dikatakan ekstrim, dan buktinya mazhab Ibadiyah yang juga merupakan sempalan (organisasi) dari Khawarij, akhirnya iya sangat terkesan lebih cenderung daripada kelompok-kelompok lainnya dikarenakan mereka lebih mendekati Ahlu Sunnah dalam beberapa permasalahan, seperti qadla'-qadar dan juga penafsirannya tentang status Al-qur'an yang telah kita baca sekarang, dan lain-lainnya. kelompok Ibadiyah lahir dari rahim Khawarij pada abad ke-1  H di Basrah. 

Akan tetapi penamaan dalam Ibadiyah pada kelompok ini baru muncul pada akhir abad ke-3 H, dan Sebelumnya mereka telah mengatasnamakan dirinya sebagai Jamaah Muslimin, Ahlu Dakwah dan Ahlul Haqiqi Wal Istiqamah. Abdullah bin Ibad at-Tamimi hidup sezaman dengan Muawiyah dan iya telah wafat pada tahun 86 H, iya termasuk kesayangan Ibnu Abbas dan juga pernah meriwayatkan hadis dari Sayyidah Aisyah, dan iya mendapatkan dari beberapa sahabat- sahabat yang mengalami ikut perang badar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun