TikTok, aplikasi berbasis video pendek yang fenomenal, telah melampaui sekadar platform hiburan dan menjadi bagian penting dari kehidupan digital bagi penggunanya di seluruh dunia. Di Indonesia, terutama di kalangan anak muda, TikTok telah menjadi tempat bagi mereka untuk berekspresi, berkreasi, bahkan mendapatkan penghasilan. Salah satu fitur yang sangat populer adalah TikTok Live, yang memungkinkan pengguna untuk melakukan siaran langsung, berinteraksi dengan audiens secara real-time, serta memperoleh hadiah atau gift yang dapat ditukarkan dengan uang. Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena TikTok Live telah merambah ke berbagai wilayah di Indonesia, termasuk daerah pedesaan seperti Dusun Anggrunggondok, sebuah dusun kecil yang terletak di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Fenomena TikTok Live ini tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial masyarakat di Dusun Anggrunggondok, tetapi juga menciptakan ketergantungan terhadap akses internet, khususnya Wi-Fi. Semakin banyak warga, terutama anak muda, yang mulai menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar ponsel mereka, melakukan siaran langsung di TikTok. Keinginan untuk mendapatkan perhatian lebih dari audiens, memperoleh gift, dan meningkatkan jumlah pengikut mendorong mereka untuk lebih terlibat dengan platform ini, meskipun terkadang dengan mengorbankan interaksi sosial langsung dan kesehatan mereka.
Dahulu, kehidupan masyarakat di Dusun Anggrunggondok sederhana dan sangat bergantung pada aktivitas fisik di luar rumah. Penduduk yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani atau pekerja serabutan lebih banyak berinteraksi secara langsung dengan sesama warga di desa. Kehidupan mereka sangat terbatas oleh keterbatasan akses terhadap teknologi, termasuk internet. Namun, dengan semakin mudahnya akses Wi-Fi yang hadir di desa ini, pola hidup masyarakat mulai berubah. Mereka kini mulai terhubung dengan dunia luar, bahkan dengan berbagai tren yang berkembang di media sosial. TikTok, sebagai platform yang menawarkan pengalaman hiburan serta peluang ekonomi, semakin menarik perhatian masyarakat, terutama di kalangan anak muda.
TikTok Live, yang memberikan kesempatan kepada pengguna untuk melakukan siaran langsung, membawa dampak besar. Banyak orang di Dusun Anggrunggondok mulai menggunakan fitur ini untuk berinteraksi dengan pengikut mereka, berbagi kehidupan sehari-hari, atau menunjukkan bakat mereka dalam bernyanyi, menari, atau melakukan hal-hal lain yang menarik perhatian audiens. Salah satu contoh yang mencolok adalah akun TikTok @ekafdy_, seorang pemuda asli Dusun Anggrunggondok yang aktif melakukan siaran langsung setiap hari. Dalam setiap sesi siaran langsungnya, ia menyanyikan lagu-lagu yang populer di daerah mereka, berinteraksi dengan audiens yang mengikuti siarannya, dan berharap mendapatkan gift sebagai bentuk apresiasi dari audiens.
Keinginan untuk memperoleh lebih banyak perhatian dan gift dari audiens ini semakin mendorong masyarakat untuk terlibat lebih jauh dengan platform ini. Fenomena ini tidak hanya terbatas pada individu-individu tertentu saja, tetapi mulai meluas. Masyarakat Dusun Anggrunggondok mulai berkompetisi untuk mendapatkan lebih banyak pengikut dan perhatian melalui TikTok Live. TikTok menjadi saluran baru bagi banyak orang untuk mengekspresikan diri mereka, mendapatkan penghasilan, dan merasakan popularitas, meskipun sebelumnya mereka hidup jauh dari sorotan digital.
Salah satu dampak yang paling nyata dari fenomena ini adalah peningkatan ketergantungan terhadap Wi-Fi. Sebelum munculnya TikTok Live, masyarakat Dusun Anggrunggondok hanya mengandalkan paket data ponsel untuk kebutuhan dasar seperti browsing internet, komunikasi, atau mencari informasi. Namun, TikTok Live membutuhkan koneksi internet yang lebih stabil dan cepat agar siaran langsung bisa berjalan dengan lancar tanpa gangguan buffering yang mengganggu pengalaman audiens. Untuk memenuhi kebutuhan ini, banyak warga mulai beralih menggunakan Wi-Fi, baik di rumah mereka sendiri maupun Wi-Fi publik yang tersedia di beberapa warung kopi atau tempat umum lainnya.
Penyedia layanan Wi-Fi lokal mulai mengalami lonjakan permintaan dari masyarakat yang ingin mengakses TikTok Live. Untuk mendukung kegiatan siaran langsung mereka, banyak orang di Dusun Anggrunggondok rela mengeluarkan uang lebih untuk membeli paket data yang lebih besar atau berlangganan Wi-Fi di rumah. Para pemuda yang sangat aktif di TikTok Live merasa bahwa koneksi Wi-Fi yang stabil menjadi kunci untuk menjaga kualitas siaran mereka dan menarik perhatian audiens sebanyak-banyaknya. Ini menciptakan semacam ketergantungan baru terhadap akses Wi-Fi yang terus meningkat.
Meskipun demikian, tidak semua rumah di Dusun Anggrunggondok memiliki Wi-Fi pribadi, sehingga beberapa orang terpaksa mengandalkan Wi-Fi publik yang ada di warung kopi atau tempat umum lainnya. Hal ini, tentu saja, menambah tekanan pada infrastruktur Wi-Fi di desa yang mungkin belum sepenuhnya siap untuk memenuhi permintaan data yang terus meningkat. Jaringan Wi-Fi yang terbatas dan kurang stabil kadang-kadang menyebabkan gangguan saat siaran langsung, yang menghambat pengalaman bagi para pengguna dan audiens.
Selain ketergantungan terhadap Wi-Fi, fenomena TikTok Live ini juga menciptakan beban finansial baru bagi keluarga-keluarga di Dusun Anggrunggondok. Sebelum adanya TikTok Live, banyak warga yang tidak terbiasa mengeluarkan uang untuk akses internet dalam jumlah besar. Kebanyakan dari mereka hanya membeli paket data ponsel secara sporadis dan tidak banyak menghabiskan kuota untuk kegiatan online. Namun, dengan maraknya penggunaan TikTok Live, kebutuhan terhadap kuota internet yang lebih besar semakin meningkat. Mereka yang aktif melakukan siaran langsung, terutama yang ingin menjaga kualitas siaran dan mendapatkan lebih banyak audiens, seringkali membeli paket data besar atau berlangganan Wi-Fi untuk rumah mereka.
Bagi keluarga dengan ekonomi terbatas, pengeluaran untuk Wi-Fi atau kuota data yang terus meningkat menjadi beban tambahan. Terkadang, keluarga-keluarga yang lebih tua atau yang tidak terlibat langsung dalam dunia digital merasa bingung mengapa anak-anak mereka menghabiskan begitu banyak uang untuk kebutuhan internet. Ini menambah beban ekonomi bagi banyak keluarga di desa, yang sebelumnya tidak terbiasa dengan pengeluaran sebesar ini.