Mohon tunggu...
Anggi Afriansyah
Anggi Afriansyah Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Masih terus belajar. Silahkan kunjungi blog saya: http://anggiafriansyah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Soal Hidup, Perasaan Puas, dan Kebahagiaan-kebahagiaan Kecil

21 Maret 2019   08:24 Diperbarui: 21 Maret 2019   08:39 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apa yang kamu cita-citakan? Apa yang ingin kau dapat? Sudah dapat apa saja dari pekerjaan yang kamu geluti saat ini?

Kalau itu ditanyakan ke saya, sering saya jawab. Saya sih yang penting hidup cukup, tidak susah, anak saya bisa sekolah yang bagus, keluarga kami bisa menempuh hidup yang baik dan saya bisa bersekolah di kampus yang baik di luar negeri, juga menjadi peneliti yang bisa berkarya. Kalau ditulis lebih panjang, tentu akan banyak yang ingin saya gapai. Banyak sekali. Dan pasti tak ada habisnya.

Tapi hidup seringkali adalah soal merasa puas. Dan merasa puas adalah sangat relatif. Ada yang punya uang banyak tapi tak pernah puas. Ada yang terus merasa kurang atas kelebihan-kelebihan yang diberikan kepadanya. Banyak juga yang bisa bahagia dengan kebahagian-kebahagian receh, kesenangan kecil yang bikin sumringah hati ini. 

Entah bisa tidak terlambat ke kantor, ngobrol ketawa-ketiwi lepas dengan teman-teman baik, atau ketika honor menulis masuk ke rekening. Atau melihat buah hati tertawa lepas setelah kita ajak berkeliling dan beli es krim di indomaret. Kecil, sederhana dan berbunga-bunga adalah jenis kebahagiaan yang bisa awet dikenang.

Hidup di Jakarta dengan segala dinamikanya memang bikin pikiran pusing, terbebani. Kerjaan yang perlu cepat diselesaikan, tagihan-tagihan yang perlu dilunasi-tanpa toleransi, kemacetan yang menjemukan, dan kesuraman-kesuraman lainnya. Tapi toh itu harus dijalani, tak mungkin dilewati.

Tapi, hidup terus perlu dijalani. Dan kebahagiaan kecil harus dicari dan dirawat. Agar di saat gelisah, kita bisa kembali mencari-cari memori bahagia dan kembali tersenyum.Bahwa ada rasa menyenangkan setelah kita melalui beragam kesulitan-kesulitan. Bahwa semuanya toh akan kita lalui. Kita tak perlu menyesal menjalani hidup dan ada banyak cara untuk mengarunginya. Ada orang-orang tercinta di sekeliling kita yang akan terus menguatkan mimpi kita, menguatkan motivasi di saat kita jatuh dan rapuh. Menarik kita agar tetap teguh percaya bahwa kita mampu.

Ada banyak momen, ketika saya begitu merasa lelah dan sepertinya tak sanggup melampaui beban di depan mata. Kok rasanya hidup berat banget. Tapi, ya, setelah dilalui, kok ringan banget, gini-gini aja. 

Ternyata memang ada di perasaan saja. Ketika dilalui pelan-pelan tidak grasa-grusu, tidak marah-marah, tidak sradak-sruduk, ya beban itu bisa selesai juga. Dan setelah itu terlampaui ada perasaan lega, bahagia, kadang haru.

Hidup ini kita yang jalani. Saya percaya jika kita terjebak pada kompetisi, perasaan terancam oleh kehadiran orang lain, gengsi, ketakutan dikalahkan dan disingkirkan, hidup menjadi tak berarti.  Hidup adalah soal kemampuan kita sepenuhnya mengatur apa yang kita mau. Bukan konstruksi yang dibangunkan orang lain untuk kita.

Mimpi, cita-cita adalah kekuatan yang menggerakan hidup. Dititi pelan-pelan, kadang nyasar ke sana ke sini, memutar arah. Ada perasaan tak yakin, gelisah, tak tenang. Tapi toh, ketika itu adalah impian kita, akan coba kita lampaui, kita gapai jika kita yakin tak mudah menyerah. Ini memang tak mudah, hidup memang tak pernah mudah. Tapi kalau kita percaya semua akan lebih mudah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun