Mohon tunggu...
anggauin
anggauin Mohon Tunggu... Dosen - Angga Teguh Prastyo adalah dosen pada UIN Maulana Malik Ibrahim Malang konsentrasi studi pada penelitian skripsi mahasiswa serta pengembangan Manajemen Pendidikan Islam. Akun Youtube: anggauin

Angga Teguh Prastyo adalah dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sehari-hari mengajar pada program studi Manajemen Pendidikan Islam. Peminatan tulisan pada bidang Manajemen Pendidikan Islam serta isu-isu terkait dengan pendidikan agama Islam. Sehari-hari membuat konten mengenai penelitian dan skripsi mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Kayungyung, Warung Sederhana Namun Selalu Miliki Pelanggan Setia? Analisis Manajemen Pelayanan

3 Agustus 2022   15:50 Diperbarui: 3 Agustus 2022   15:53 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang belum mengenal warung Kayungyung? Warung yang rumornya berasal dari daerah Kuningan Jawa Barat. Warung yang hanya menyediakan mie instan, bubur kacang ijo, gorengan aneka kopi sachet, tak jarang juga ada nasi goreng (specific) di beberapa tempat. Namun seakan tidak pernah redup dan selalu ada saja pelanggan setia yang mengunjunginya terutama mahasiswa (costumer return)? Kenapa warung ini selalu memiliki pelanggan setia (loyal) yang selalu ada dan memiliki kenangan khusus dengan warung yang identik dengan warna hijau di gang-gang sempit dan dekat dengan kos-kosan mahasiswa tersebut?

Warung kayungyung merupakan representasi wisata kuliner yang sangat khusus membidik mahasiswa perguruan tinggi. Meskipun pendapat ini subjektif namun secara realitas (faktual) dapat dilihat bahwa warung kayungyung secara kuantitatif sangat banyak bertebaran di sekitar kampus khususnya di kota Malang. Di samping mahasiswa, para pelanggannya juga para pengemudi ojek online (fokus). Alasan utama kenapa warung ini memiliki pelanggan setia adalah  harga yang murah dan proses pelayanannya yang cepat sehingga tidak mengganggu aktivitas mahasiswa di saat jam setan (waktu mepet di pagi hari untuk masuk kuliah).

Saya sendiri pun sebagai warga Kota Malang juga sering untuk mampir di warung Kayuyung ini. Saya memilih warung ini untuk memenuhi kebutuhan perut karena membutuhkan waktu yang cepat untuk melahap seporsi sarapan. Biasanya saya pilih adalah nasi goreng dan ditemani oleh bubur kacang ijo. 

Satu hal yang unik adalah kenapa di setiap warung kayuyung memang selalu terdapat pelayan yang berbahasa atau berdialek Kuningan Jawa Barat? Apakah warung kayungyung ini semacam komunitas migran perantauan warga Kuningan berbasis ekonomis? Kayaknya perlu ada riset lebih lanjut.

Saya kagum warung ini tidak latah menamai menunya dengan berbagai nama yang bombastis seperti nama-nama hantu (setan, hot, genderuwo dan sebagainya/segmented). Dengan nama menu yang tidak bombastis tapi biasa saja (diferensiasi), kita bisa merasakan mie instan di kayungyung yang sepintas terlihat sama dengan mie instan di tempat yang lain namun memang ada sedikit taste yang berbeda.

Ini juga menjadi salah satu fenomena yang membuat salah satu teman saya yang ahli masak penasaran untuk mengobservasi teknik memasak mie instan dikayungyung untuk mengulik rahasianya namun sampai sekarang nampaknya belum menemukan findings (temuan) yang valid dan terukur tentang teknik tersebut. Anyway, hebatnya lagi, warung kayungyung ini juga salah satu bisnis kuliner yang masih bisa bertahan dalam masa pandemi Covid-19. Untuk persoalan manajemen survivalitas di era covid-19, warung Kayungyung memiliki keunggulan kompetitif yang sulit dicapai usaha kuliner lainnya.

Penulis: Angga Teguh Prastyo, M.Pd Dosen MPI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun