Mohon tunggu...
anggauin
anggauin Mohon Tunggu... Dosen - Angga Teguh Prastyo adalah dosen pada UIN Maulana Malik Ibrahim Malang konsentrasi studi pada penelitian skripsi mahasiswa serta pengembangan Manajemen Pendidikan Islam. Akun Youtube: anggauin

Angga Teguh Prastyo adalah dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sehari-hari mengajar pada program studi Manajemen Pendidikan Islam. Peminatan tulisan pada bidang Manajemen Pendidikan Islam serta isu-isu terkait dengan pendidikan agama Islam. Sehari-hari membuat konten mengenai penelitian dan skripsi mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stop Keterbatasan Diri dan Pengucilan dari Pergaulan Sebagai Problem Kehidupan

7 Mei 2022   10:20 Diperbarui: 7 Mei 2022   10:28 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keterbatasan diri kita seperti (1) ketidakmampuan mengikuti pelajaran/perkuliahan dengan baik, (2) minder dengan kemampuan diri, (3) tidak bisa berbahasa asing, (4) tidak mudah bergaul dengan seseorang atau (5) merasa diri lebih bodoh dibandingkan dengan teman yang lain, seringkali memuat diri kita semakin khawatir dan galau tentang masa depan yang akan dijalani Hal-hal seperti itulah yang menjadikan hari-hari yang kita lalui seakan menjadi neraka yang semakin lama semakin berat dijalani dan tidak bisa menikmatinya dengan gembira.

Dalam pandangan Dosen MPI (Manajemen Pendidikan Islam) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Angga Teguh Prastyo, M.Pd, hal itu sering terjadi sebagai konsekuensi dari dinamika kelompok maupun cara diri mempertahankan nilai-nilai yang diyakini. “Memang resikonya. hati kita semakin menciut dan tak jarang akan diasingkan secara perlahan-lahan oleh kelompoknya,” jelas dosen yang memiliki akun youtube anggauin.

Naasnya lagi, ketika memilih berorganisasi/berteman, masih sering kita melakukan kesalahan, ketololan atau bahkan kebodohan yang tanpa disadari. Selalu ingin menangis di dalam hati namun apa daya hal itu tidak akan mengubah keadaan. Atas kesalahan itu, ada sanksi sosial yang menimpa kita yaitu pengucilan dari pergaulan. Diri kita menjadi terisolasi yang berakibat hati seakan tidak berhenti untuk menyesali dan tidak memiliki kegiatan aktualisasi diri.

Wake up guys!

Jangan jadikan keterbatasan diri dan pengucilan dari luar sebagai problem kehidupan. Ada berbagai macam lensa kehidupan yang bisa diteropong dan dinikmati pertualangannya. “Meskipun kita berjalan pada titik yang terendah sekalipun atau mungkin tidak lagi dianggap sebagai satu bagian dari kelompok atau organisasi, hal yang terpenting adalah selalu membangun aura positif dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain,” jelas dosen anggota academic writing pada FITK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Penulis pun pernah mengalami hal itu. Selama ini terus mengembangkan diri, berkreasi dengan kemampuan yang serba terbatas sehingga bisa melepaskan diri dari jebakan-jebakan penyakit hati yang seperti ini. Dengan cara seperti itulah, (1) hidup kita akan disibukkan dengan membantu diri sendiri dan orang lain dengan cara yang lebih bermartabat. (2) Membangun karakter diri yang lebih baik daripada sebelumnya. (3) Melepaskan diri dari kesalahan kesalahan masa lalu memang berat namun sedikit demi sedikit merangkak dengan prestasi, merangkak dengan karya, itu akan membangkitkan diri kita dari keterpurukan ini. (4) Semangat untuk mencoba dan memperbaiki diri, pasti orang-orang lain akan memahami dan menerima kita kembali kepada komunitas kita. Semangat Lebaran 2022 !!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun