Mohon tunggu...
Angga Putra Mahardika
Angga Putra Mahardika Mohon Tunggu... Mahasiswa KPI UIN SSC

Saya adalah seorang penulis yang hanya ingin healing dengan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Dampak Kapitalisme

16 September 2025   13:28 Diperbarui: 16 September 2025   13:28 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Masyarakat modern hari ini, semuanya masyarakat kapitalisme," ucap dosen filsafat komunikasi penulis di kelas. Bagi orang yang pernah mencicipi rasanya berkuliah, pasti pernah mendengar kata "Kapitalisme". Kapitalisme pertama kali diajarkan biasanya dari sejarah peradaban manusia. Awalnya kapitalisme lahir dari etos kerja Protestan. Golongan yang merasa keberhasilan duniawi koheren dengan akhirat. Keajaiban Tuhan sudah ada dari awal, untuk menjemput dan merasa mendapatkan keajaiban-Nya, golongan Protestan, khususnya Calvinis memiliki 3 tanda; kerja keras, disiplin, dan hidup hemat.

John Calvin, seorang reformator Protestan percaya bahwa kerja keras memiliki nilai yang sama dengan ibadah. Hidup hemat sama dengan menjauhi kemewahan. Disiplin dan saleh memiliki nilai yang seragam. Itu nilai-nilai yang mereka percaya dan membangun suatu kebiasaan produktif, hemat, dan tertib. Orang-orang Protestan tidak suka menghamburkan uang. Mereka menyimpan uang mereka untuk diinvestasikan, maka terjadilah akumulasi modal. Siapa yang memiliki modal, ia punya kuasa: itu efek samping kapitalisme dari sisi ekonomi dan sosial.

Modal, dalam bahasa inggris adalah Capital. Mengapa modal sangat penting? Karena dengan modal (uang) kita bisa mempekerjakan orang untuk membuat roti. Kita bisa membeli bahan dan alat pembuat roti. Jumlah modal mempengaruhi hasil produksi roti. Jika roti diproduksi dan mencukupi kebutuhan masyarakat setempat dalam waktu yang lama; bisa dipastikan roti akan menjadi makanan pokok. Makanan yang selalu dibeli. Ketika roti hanya diproduksi oleh 1 orang; orang tersebut berhak memonopoli harga roti sesukanya; sebab tidak ada saingan. Sang pemilik roti bebas menaikan harga seenaknya demi mendapatkan untung sebesar-besarnya.

Salah satu keuntungan mengatur nilai produk dengan bebas adalah keuntungan. Dan, tujuan utama kapitalisme itu mencari profit (keuntungan); tidak ada yang lain. Modal digunakan untuk menghasilkan uang, yang nantinya bisa kembali menjadi modal. Semakin besar modal, semakin banyak uang yang bisa didapatkan. Itu kurang lebih pemahaman awal mengenai kapitalisme.

Selain modal, kata kunci dari kapitalisme adalah kepemilikan pribadi. dalam suatu desa jaman dulu, pasti hanya segelintir orang yang memiliki modal besar: Biasanya bangsawan. Karena bangsawan memiliki uang yang banyak, maka keberhasilan ekonomi suatu desa, tergantung pada keputusan ekonomis bangsawan tersebut. Uang tersebut dipergunakan untuk membeli alat produksi dan pendukungnya. Yang berjaya secara finansial hanya si bangsawan tersebut. Selama ia memiliki modal, maka hidupnya ada di batas aman.

Penyebab mengapa dunia berubah begitu cepat dari tahun 1800-2000 adalah karena kapitalisme. Penulis menyarankan kita untuk berterimakasih pada sistem kapitalisme. Lalu untuk apa esai ini dibuat jika kita hanya fokus pada tone-positif kapitalisme. Pada umumnya semua hal punya sisi baik dan buruk, esai ini akan fokus pada dampak kapitalisme yang bisa dibilang cukup destruktif, mencengangkan, dan membuat kita ingin mengganti atau menghapus sistem ekonomi ini.

Kapitalisme dalam konsepnya, memiliki 10 kata kunci. Diantaranya sudah disebut di atas: modal, akumulasi modal, keuntungan dan kepemilikan pribadi. Masih ada 6 lagi, yaitu: pasar bebas, persaingan, upah buruh, inovasi-efisiensi, konsumerisme, dan ketimpangan ekonomi.

Sedikit menambahkan wawasan filsafat sosial: paradigma-paradigma yang diciptakan dan beredar di dunia, secara garis besar memiliki dua ciri; melonggarkan sistem sosial, dan menguatkannya. Kapitalisme adalah salah satu paradigma ekonomi yang memiliki ciri pertama. Mengapa? Karena kapitalisme bisa hidup lebih lama bila tanpa campur tangan pemerintah, dalam harga barang atau jasa. Apabila harga dipengaruhi oleh pemerintah, hasil yang sudah diupayakan oleh para pengusaha ini, mengalami hambatan. Semisal harga roti 20.000, rakyat tidak mampu membeli, akhirnya pemerintah turun tangan dengan mempengaruhi keputusan-keputusan bisnis dari balik layar guna menurunkan nilai harga roti.

Jelas pengusaha tidak senang, mereka sudah mengkalkulasi biaya produksi, sewa, transportasi, namun tidak dapat mengontrol harga barang sesuka hati. Jelas menyulitkan pengusaha. Tetapi, disisi lain, pengusaha sama sekali tidak memikirkan apakah rakyat mampu membeli roti itu; mereka hanya berpikir "Bagaimana roti saya terjual, saya tetap untung". menarik kembali ke intermezzo, bahwa nilai kapitalisme bukan sosial, melainkan individual. Paradigma (pemikiran) ini sesungguhnya tidak salah; juga tidak benar kalau semua orang mengadopsinya.

Kalau landasan berpikir manusia adalah "individu" lalu siapa yang berpikir untuk orang lain (sosial). Itu dampak kapitalisme dari pasar bebas. Dampak ini akan bergulir ke persaingan. Pengusaha sadar, mereka tidak bisa selamanya ada di bawah bayang-bayang pemerintah. Mereka harus berdikari: berdiri di kaki sendiri. Apa yang mereka lakukan? Biasanya hal yang mereka lakukan adalah berpartisipasi mendukung calon pejabat di masa pemilu dan pilkada. Asumsinya "Kalau saya membantu paslon ini berhasil naik ke jabatannya, maka saya akan dibantu lewat kebijakan yang menguntungkan saya". Praktik ini bukan sekali dua kali dalam sejarah, sudah dilakukan berulang kali.

Pengusaha sudah menang dari segi kebijakan. Bagaimana kita bisa mengimbangi mereka dalam skema kapitalisme? Melakukan persaingan. Karena sudah ada kebijakan yang menguntungkan satu sektor, kita bisa masuk ke sana, menyelinap dan mengais-ngais sisa keuntungan. Pertanyaannya adalah "Bagaimana nasib orang yang tidak bisa bersaing" jawaban realistisnya mereka berpeluang menjadi roda para pengusaha untuk memperbanyak untung dan modal.

Apakah mereka masih bisa bertahan hidup? Masih bisa, dengan menjadi buruh. Mereka bekerja di pabrik tempat barang-barang milik pengusaha itu diproduksi. Sedikit kilas masa lalu di abad 18-19: Para buruh sepatu, tidak bisa membeli sepatu yang mereka buat sendiri. Lalu bagaimana upah buruh hari ini?

Badan Pusat Statistik mengatakan rata-rata upah buruh dari Februari 2024 ke Februari 2025 tumbuh 1,78 persen dari Rp3,04 juta menjadi Rp3,09 juta. Menurut jenis kelaminnya, rata-rata upah buruh laki-laki sebesar Rp3,37 juta, sedangkan rata-rata upah buruh perempuan sebesar Rp2,61 juta. apakah gaji tersebut cukup untuk mengembangkan ekonomi keluarga?

Goodstasts.id melakukan penelitian dan berhasil menemukan kesimpulan pada Juli 2024 bahwa penghasilan Rp1--3 juta masih tergolong rendah dan sering tidak mencukupi untuk kebutuhan primer sehari-hari. Upah ini biasanya dialokasikan sepenuhnya untuk kebutuhan hidup, membuat tabungan atau investasi hampir tidak mungkin dilakukan tanpa tambahan sumber pendapatan. Anda sudah bisa mencerna masing-masing teks di atas, dan itu baru dampak tiga keyword konsep kapitalisme: pasar bebas, persaingan, dan upah buruh. Masih ada konsumerisme, ketimpangan ekonomi dan masalah inovasi serta efisiensi yang harus kita tahu dan siap menghadapinya.

Kesimpulan dari apa yang sudah ditulis adalah hal yang berawal dari sebuah tujuan baik, tidak selamanya berakhir baik. Etos kerja Protestan sangat mengandung unsur religius yang tinggi. sayangnya suatu paham (isme) memang harus dijaga setiap waktu supaya tidak berubah jalur. Kapitalisme hadir dari akumulasi modal orang beriman yang tidak direncanakan. Kapitalisme mendorong pertumbuhan ekonomi yang dapat memajukan suatu negara atau benua itu sendiri. Namun, kembali lagi, suatu yang berevolusi terlalu cepat, memang tidak baik. Apalagi tujuan utamanya hanya keuntungan, bukan kesejahteraan kemanusiaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun