Syair ini mengingatkan kita: jangan tunggu pemuda sempurna baru kita percaya. Percayalah sekarang, karena dari merekalah masa depan itu dirajut.
Embun perubahan memang masih bening, rapuh, dan mudah hilang dihempas panas matahari. Tetapi jangan remehkan tetesan kecil itu, sebab dari situlah tunas tumbuh, bunga mekar, dan pohon-pohon besar mendapat kehidupan.
Di sebuah rumah sederhana, seorang ayah pernah berujar kepada anaknya yang baru pulang dari aksi:Â "Nak, aku khawatir kau kelelahan di jalan. Tapi aku lebih bangga karena kau berani menjaga masa depanmu sendiri." Kalimat itu tidak disiarkan televisi, tidak viral di media sosial, namun menyimpan kebenaran yang dalam: bangsa ini hanya akan hidup bila anak mudanya berani peduli.
Gen Z, dengan segala keterbatasan dan kelebihannya, telah menunjukkan bahwa mereka peduli. Dari layar gawai hingga jalan raya, dari meme hingga mimbar aksi, dari unggahan digital hingga orasi di depan DPR semua itu adalah tanda cinta, tanda bahwa bangsa ini tidak dibiarkan berjalan sendiri.
Maka, mari kita sambut embun itu dengan syukur, bukan dengan curiga. Sebab di mata Gen Z, kita menemukan secercah harapan bahwa bangsa ini masih punya masa depan yang layak diperjuangkan.
Referensi
Indikator Politik Indonesia. (2025). Survei Nasional Persepsi Anak Muda terhadap Isu Demokrasi dan Korupsi.
CNN Indonesia. (2025). Demo Mahasiswa di Gedung DPR: Suara Gen Z Menolak RUU Kontroversial.
Hamka. (1982). Lembaga Budi. Jakarta: Bulan Bintang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI