Mohon tunggu...
Angga Bagus Wicaksono
Angga Bagus Wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya suka dengan dunia otomotif dan musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Punokawan dalam Syariat Islam

12 November 2022   11:09 Diperbarui: 12 November 2022   11:17 2039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Punokawan | Wayang Indonesiawayang.wordpress.com

Punokawan dalam Syariat Islam


Penulis : Angga Bagus Wicaksono (222006) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Wayang merupakan salah satu budaya indonesia yang paling menonjol. Oleh karena itu, wayang juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan dan juga sebagai hiburan bagi orang-orang. Dalam kesenian pewayangan ada banyak sekali kisah-kisah yang disampaikan. Para penikmat pertunjukan wayang pasti tidak asing lagi dengan kisah-kisah yang disampaikan. Bukan hanya itu, setiap pagelaran wayang  juga ada pesan dari dalang yang dapat kita ambil dari apa yang disampaikan. Begitu juga dengan kehadiran semar, gareng, petruk dan bagong yang dinamai punokawan.

Punokawan mungkin sudah tidak asing lagi bagi semua orang. Dalam pertunjukan wayang kehadiran punokawan sangat berpengaruh dalam prespektif keislaman. Dalam pertunjukan wayang punokawan selalu di munculkan setelah goro-goro berakhir, para punokawan muncul dengan ekspresi yang bahagia. Hal ini merupakan urutan setelah terjadinya peperangan dalam pertunjukan tersebut dan dimunculkan lah punokawan. Maka dari itu, punokawan merupakan sebuah wayang yang menggambarkan peran penasihat, penghibur bahkan sumber kebijakan dan kebenaran.

Istilah punokawan tersebut juga mempunyai arti tersendiri yang diambil dari kata pana  yang artinya susah dan kawan yang artinya teman. Jadi bisa dikatakan bahwa punakawan berarti teman disaat susah. Maksudnya para punokawan tidak hanya sekedar abdi  atau pengikut biasa tapi mereka berperan untuk mencairkan suasana dan penebar humor saat jalanya cerita. Dan adapun nama-nama tokoh dalam punokawan tersebut berasal dari bahasa arab yang kebanyakan orang belum tau.

Dari keempat tokoh punokawan tersebut yang sebenarnya, semar itu diambil dari kata sammir yang artinya siap sedia , dan ada juga yang menyebutnya dengan kata ismar yang berarti paku. Jadi tak heran jika semar dalam pertunjukannya merupakan tokoh yang berperan sebagai penasihat. Lalu ada juga yang mengatakan gareng juga berasal dari bahasa arab yang di ambil dari kata naala qoriin dan orang jawa mengatakannya dengan nala gareng, kata ini mengartikan untuk memperoleh banyak teman. Hal ini sesuai dengan dakwah para ulama-ulam untuk memperoleh umat sebanyak-banyaknya agar bisa kembali ke jalan yang benar dan kembali dengan harapan yang baik. Serta arti dari nama petruk di ambil dari bahasa arab yaitu fatruk yang artinya meninggalkan, dan ada pula yang mengartikan fatruk sebagai sebuah wejangan (petua). Fat-ruk kulla maa siwallahi (tinggalkan semua apapun yang selain allah) wejangan itu merupakan watak para aulia dan mubalig pada waktu itu.dan petruk juga disebut khatong bolong yang artinya kantong yang berlubang yang artinya setiap manusia harus membersihkan diri dengan mezakatkan hartanya dan menyerahkan jiwa raganya kepada Allah Swt secara ikhlas. Sedangkan yang terakhir ada bagong yang diambil dari kata bagho yang artinya suka menentang dan tidak mudah percaya pada nasihat orang. Dan ada juga yang mengatakan bagong berasal dari kata baghaa yang artinya berontak. Berontak disini merupakan berontak yang disebabkan oleh kebatilan dan keangkamurkaan.

Dalam sebuah pagelaran wayang keempat tokoh tersebut itu sering dimunculkan secara bersamaan. Tapi biasanya tokoh semar itu dimunculkan pertama kali lalu di ikuti dengan gareng, petruk, dan diakhiri bagong.secara tidak langsung urutan tersebut menggambarkan dakwah para wali jaman dahulu agar meninggalkan kepercayaan animisme, dinamisme dan kepercayaan yang lainnya menuju ke ajaran-ajaran islam. Jika punokawan ini disusun secara berurutan berarti secara harfiah bermakna menuju kebaikan dan meninggalkan suatu kejelekan.

Maka dari itu, dulu para wali Allah yaitu sunan kalijaga menggunakan alat untuk menyebarkan agama islam di indonesia dengan cara menggunakan kesenian wayang tersebut. Karena pada saat pertunjukan wayang bisa digunakan untuk berdakwah. Tidak hanya itu, ada juga istilah-istilah yang digunakan didalamnya seperti kata jimat kalimasada yang yang artinya yaitu kalimat syahadat dan masih banyak lainya.

Dengan penjabaran punakawan dengan makna masing-masing memiliki makna tersendiri yang saling berkaitan. Jika keseluruhannya digabung maka akan bermakna melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Jadi kita bisa mengambil makna tersebut dengan menerapkan di kehidupan sehari-hari dengan melakukan kebaikan kepada semua orang yang ada didekat kita dan meninggalkan keburukan. Jadi apakah anda sudah memulainya dilingkungan sekitar anda ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun