Mohon tunggu...
Angelus Li Dato
Angelus Li Dato Mohon Tunggu... Guru, Sekolah Ciputra Surabaya

Pengajar aktif, hobi menulis, olahraga, membuat konten yang menarik yakni pendidikan, filsafat, ekonomi, sosial, politik dan konten kreator.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Benefit dan Tantangan Pembelajaran Bermakna

6 Juli 2025   15:00 Diperbarui: 6 Juli 2025   14:36 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa sedang melakukan kegiatan pembelajaran bermakna di luar sekolah 

Dalam era disrupsi dan dominasi AI, secara sadar atau tidak sadar "pembelajaran bermakna" akan mendapatkan sentuhan masif dari teknologi. Peran sentral teknologi memengaruhi strategi pembelajaran di kelas. Aktivitas pembelajaran pun tidak sekadar akumulasi fakta, melainkan pada pembentukan individu yang mampu berpikir kritis, memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan dinamika perubahan. Dalam konteks tersebut, "pembelajaran bermakna" (meaningful learning) menjadi fondasi krusial untuk menciptakan pengalaman belajar yang efektif, mendalam, dan relevan bagi peserta didik. 

Konsep yang dipopulerkan oleh psikolog pendidikan David P. Ausubel (Ausubel, 1968) ini menekankan bahwa pembelajaran paling optimal terjadi ketika informasi baru secara substansial dapat dihubungkan dengan struktur pengetahuan yang sudah ada dalam benak siswa. "Pembelajaran bermakna" melampaui proses hafalan semata; sembari membangun jaringan pemahaman yang koheren, terintegrasi, dan aplikatif.  Pengaplikasian meaningful learning atau pembelajaran bermakna di kelas adalah kunci untuk menciptakan pengalaman belajar yang efektif, mendalam, dan relevan bagi siswa. Berbeda dengan pembelajaran hafalan yang seringkali cepat dilupakan, meaningful learning menekankan pada pemahaman konsep, koneksi antar ide, dan aplikasi pengetahuan dalam konteks nyata. 

Urgensi Pembelajaran Bermakna di Kelas

Pendidikan terkini telah melampaui batas  sebagai transfer informasi semata. Pembelajaran sejatinya ditujukan untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan beradaptasi dengan perubahan. Salah satu argumen terkuat untuk meaningful learning adalah kemampuannya untuk menumbuhkan pemahaman yang mendalam. Ketika siswa menemukan makna dan relevansi dalam materi yang dipelajari, pengetahuan tersebut tidak hanya tersimpan dalam memori jangka pendek, melainkan terintegrasi secara permanen ke dalam kerangka kognitif mereka. Pembelajaran paling efektif terjadi ketika siswa mampu mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak  sekadar menghafal fakta, melainkan membangun jaringan pemahaman yang koheren dan relevan.

Peningkatan Keterlibatan dan Motivasi Peserta Didik

Ketika menerapkan pembelajaran bermakna yang relevan dan memiliki makna, siswa cenderung lebih termotivasi untuk belajar. Mayoritas siswa dapat terlibat langsung dalam aktivitas pembelajaran tersebut. Karena pendekatan tersebut dapat mengaktifkan rasa ingin tahu alami siswa dan membuat mereka merasa bahwa apa yang mereka pelajari memiliki tujuan. Kemampuan inkuiri terus tumbuh dan berkembang, seiring dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sedari awal. Peserta didik tidak bosan di kelas tersebut, tetapi mendapatkan kepuasan akademik, yakni kehendak dan ekspektasi terpenuhi. 

Peserta didik mampu meningkatkan partisipasi aktif di kelas, memicu pertanyaan, diskusi, dan eksplorasi lebih lanjut. Sebaliknya, pembelajaran yang hanya berfokus pada hafalan dapat terasa membosankan dan kurang menarik, mengurangi minat siswa secara signifikan.

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Berkembang 

Meaningful learning secara inheren mendorong pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, evaluasi, dan pemecahan masalah. Ketika siswa harus menghubungkan ide-ide, mengaplikasikan konsep dalam situasi baru, atau mengevaluasi informasi, mereka secara aktif melatih otak mereka untuk berpikir secara kompleks. Hal ini jauh berbeda dengan pembelajaran hafalan semata; karena peserta didik hanya membutuhkan keterampilan mengingat (memorizing). Kendatipun untuk beberapa mata pelajaran tertentu kebutuhan untuk hafalan tetap mendapat prioritas dalam aktivitas pembelajaran.

Patut dipahami bahwa keterampilan tingkat tinggi menjadi modal dasar bagi peserta didik untuk mencapai kesuksesan jenjang pendidikan selanjutnya dan di dunia kerja. Tuntunan tersebut memotivasi peserta didik untuk membangun impian-impiannya; berbasiskan pemahaman dan aplikasi dari keterampilan tingkat tinggi. Di sinilah peranan guru atau pendidik menjadi sangat sentral sebagai fasilitator bagi siswa untuk fokus mempersiapkan masa depan dengan antusiasme yang tinggi.

Mempersiapkan Siswa untuk Kehidupan Nyata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun