Mohon tunggu...
Angel Fransisca
Angel Fransisca Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hai!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Manajemen Risiko Serta Budaya Risiko di Era Pandemic Covid-19

18 September 2021   18:20 Diperbarui: 18 September 2021   18:22 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Maka, kegagalan organisasi sebenarnya disebabkan oleh kejutan yang sebenarnya dapat diprediksi, namun awalnya tidak dianggap penting. Artinya padatahap prodromal, sinyal lemah ini tidak dianggap sebagai ancaman terjadinya krisis. Untuk menghindarinya, pendekatan pengelolaan risiko harus benar - benar menyentuh level strategis, karena dapat secara spesifik mengidentifikasi inflection points dan mendeteksi sinyalnya.

Berkaitan dengan antisipasi krisis, tahapan paling penting dari proses manajemen risiko adalah perumusan konteks. Dalam perumusan konteks ini proses komunikasi dan konsultasi yang intens mengharuskan organisasi mendata semua batasan - batasan strategis yang dimilikinya. 

Penetapan konteks semakin kuat maknanya jika proses komunikasi dan konsultasi melibatkan unsur - unsur yang terlibat dalam organisasi, dan mampu menghantar data dan kejadian di masa lalu yang berdampak terhadap organisasi. Selain itu, langkah kritikal dalam penetapan konteks yang sering diabaikan adalah menghubungkan kejadian - kejadian yang sebenarnya berpengaruh terhadap organisasi tetapi efeknya di masa lalu tidak begitu kelihatan.

Manajemen risiko yang dipicu oleh budaya risiko yang kuat, didukung dengan perencanaan yang menyeluruh dapat mengantisipasi krisis yang tidak terduga, dan juga meminimalisasi dampaknya bila krisis benar - benar terjadi.

Penerapan Budaya Risiko Serta Manajemen Risiko Saat Pandemi COVID-19

Perilaku etis merupakan komponen utama dari budaya risiko agar penerapannya menjadi kuat dan efektif. Kode etik dapat membantu perusahaan secara efektif berkomunikasi dengan karyawan melalui etika dan kepatuhan. Kode etik harus ditetapkan berdasarkan nilai - nilai inti organisasi, standar etika. Hal ini juga dapat memperkenalkan bagaimana manajemen risiko harus dimasukkan ke dalam perilaku dan cara kerja karyawan dalam melaksanakan tugas.

Perusahaan dengan budaya risiko yang kuat memiliki pendekatan yang konsisten dan berulang ketika membuat keputusan bisnis yang penting, termasuk membahas tentang risiko dan mengkaji ulang dari skenario risiko yang dapat membantu manajemen dan mengukur dampak risiko.

Sebuah budaya risiko yang kuat dapat dibangun dari waktu ke waktu, tetapi juga harus menginspirasi untuk seluruh karyawan. Tindakan manajemen yang konsisten dan etika berkomunikasi dalam menerapkan manajemen risiko menjadi langkah awal untuk menanamkan budaya risiko.

Ketika suatu perusahaan menerapkan budaya risiko dengan baik, maka suatu perusahaan sudah siap untuk menghadapi risiko jika nantinya akan terjadi lagi. Perusahaan tersebut tidak akan terkejut karena sudah belajar dari risiko yang terjadi sebelumnya dan mempunyai rencana untuk mengatasinya. 

Pada saat pandemi COVID-19 ini sangat diperlukan budaya risiko di suatu perusahaan agar dapat meminimalisir risiko yang terjadi karena banyaknya kerugian - kerugian yang terjadi akibat pandemi saat ini dari berbagai aspek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun