Mohon tunggu...
Angela Mau
Angela Mau Mohon Tunggu... Mahasiswa

"Hobi adalah jendela ke dalam jiwa, tempat kita menemukan kegembiraan yang tak terduga dan memperluas horison kehidupan kita." Di antara kesibukan dan berjalan, Hobi ku menjelma, tiada kian lara. Menyanyi, menulis, hingga membaca , Hobi ku raih, senyum pun bersemi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gereja Katolik Kayu Tangan Menjadi Saksi Perayaan Idul Fitri Bersama Biarawan dan Biarawati

31 Maret 2025   16:29 Diperbarui: 31 Maret 2025   13:46 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berpose bersama uma muslim,Malang 31 Maret 2025

Di sebuah sudut kota yang damai, tersembunyi sebuah gereja yang dikenal dengan sebutan Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Kayu Tangan. Gereja ini bukan hanya tempat ibadah bagi umat Kristiani, tetapi juga simbol perdamaian, kerukunan, dan toleransi antar umat beragama. Pada tahun ini, gereja ini kembali menjadi saksi perayaan Idul Fitri yang penuh berkah, ketika biarawan dan biarawati,(ALMA,KARMEL,CP,PIJ,PROJO,MahasiswaUM)mempersiapkan tempat untuk menyambut umat Muslim merayakan hari kemenangan mereka.(Malang,31 Maret 2025)

Perayaan Idul Fitri yang sering dianggap sebagai momen yang sangat sakral dan penuh kebahagiaan bagi umat Muslim, kini dirayakan dengan cara yang berbeda. Dalam tradisi yang kian berkembang, gereja ini membuka pintunya lebar-lebar, memberikan ruang untuk umat Muslim merayakan hari kemenangan mereka bersama biarawan dan biarawati yang dengan tulus menyambut mereka. Sebuah pemandangan yang sangat mengesankan, di mana dua komunitas agama yang berbeda bersatu dalam semangat perdamaian.

Sejak pagi hari, gereja yang terletak di kawasan yang tenang ini mulai dipersiapkan oleh para biarawan dan biarawati. Mereka dengan hati penuh sukacita menghias halaman gereja, menyiapkan tempat duduk, dan memastikan semua fasilitas siap untuk menyambut umat Muslim. Semangat kebersamaan terlihat jelas, meskipun mereka berasal dari latar belakang agama yang berbeda, mereka bekerja bersama untuk mewujudkan kebahagiaan bersama.

Biarawan dan biarawati ini tahu betul bahwa toleransi antar umat beragama bukan hanya sebuah ajaran, melainkan juga sebuah tindakan nyata yang harus diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, mereka berusaha semaksimal mungkin untuk menyediakan tempat yang nyaman dan aman bagi umat Muslim yang akan melaksanakan ibadah shalat Idul Fitri di halaman Gereja Kayu Tangan.

Saat persiapan sudah hampir selesai, biarawan dan biarawati saling berdiskusi, berbagi pengalaman, dan merenung sejenak tentang betapa indahnya melihat umat Muslim merayakan Idul Fitri di tempat yang biasanya digunakan untuk beribadah oleh umat Kristiani. Mereka pun menyadari bahwa sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan adalah bagian dari kasih yang diajarkan oleh Yesus Kristus.

Begitu waktu shalat Idul Fitri tiba, suasana di Gereja Kayu Tangan mulai berubah menjadi lebih hidup.Umat Muslim yang mengenakan pakaian baru berwarna cerah, dengan senyum lebar, mulai berdatangan. Mereka merasa sangat diterima dan dihargai, meskipun berada di lingkungan yang bukan milik mereka. Biarawan dan biarawati dengan penuh perhatian menyambut mereka, membimbing mereka ke tempat yang telah dipersiapkan untuk beribadah.

Suasana kehangatan dan kebersamaan terasa sangat kental. Biarawan dan biarawati turut berdoa dalam hati, berdoa agar perayaan Idul Fitri ini membawa kedamaian, bukan hanya untuk umat Muslim, tetapi juga bagi seluruh umat manusia, tanpa memandang perbedaan agama. Mereka berharap perayaan ini dapat semakin mempererat hubungan antar umat beragama.

Seiring dengan khusyuknya shalat Idul Fitri yang dipimpin oleh seorang imam, biarawan dan biarawati berdiri di samping, dengan penuh rasa hormat. Mereka menyaksikan umat Muslim berdoa, menyerahkan diri kepada Allah, dan memohon ampunan-Nya setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa. Beberapa biarawan bahkan terlihat mengusap airmata mereka, tersentuh oleh kesederhanaan dan ketulusan doa umat Muslim.

Setelah shalat, umat Muslim duduk bersama untuk saling bersalam-salaman dan berbagi kebahagiaan. Biarawan dan biarawati yang hadir juga ikut dalam kebersamaan ini, memberikan ucapan selamat kepada umat Muslim. Teriakan "Selamat Hari Raya Idul Fitri" mengisi udara, disertai dengan senyuman yang tulus. Semua merasa seolah-olah berada dalam sebuah keluarga besar yang saling mendukung dan menguatkan.

Tak hanya itu, sebagai bentuk penghormatan dan persaudaraan, biarawan dan biarawati juga menyiapkan hidangan khas Lebaran yang lezat, seperti ketupat, opor ayam, dan kue-kue kering. Mereka dengan senang hati membagikan hidangan-hidangan tersebut kepada umat Muslim yang hadir, sebagai simbol persaudaraan yang tulus dan ikhlas. Makanan yang disiapkan dengan cinta ini semakin menambah kehangatan suasana.

Di tengah kebahagiaan yang dirasakan oleh umat Muslim, mereka tak lupa mengucapkan rasa terima kasih kepada biarawan dan biarawati yang telah memberikan tempat bagi mereka untuk merayakan Idul Fitri. "Kami merasa sangat dihargai dan diterima di sini," ujar salah seorang jamaah, dengan mata yang berbinar-binar. "Semoga Allah memberkahi kalian semua."

Sebagai balasan atas kemurahan hati biarawan dan biarawati, beberapa umat Muslim kemudian mengundang mereka untuk ikut merayakan perayaan Lebaran di rumah mereka. Tawaran ini disambut dengan senang hati oleh biarawan dan biarawati, meskipun mereka tahu bahwa mereka tidak dapat turut serta dalam semua aspek perayaan tersebut. Namun, niat mereka untuk menunjukkan kasih dan persaudaraan tak pernah pudar.

Setelah acara selesai, biarawan dan biarawati duduk bersama untuk merefleksikan pengalaman hari itu. Mereka merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari momen yang luar biasa ini. Perayaan Idul Fitri tahun ini bukan hanya tentang memberikan tempat fisik, tetapi juga tentang membuka hati, memperluas pemahaman, dan menciptakan ruang untuk cinta yang lebih besar.

Para biarawan dan biarawati menyadari bahwa perayaan Idul Fitri ini merupakan pengingat bahwa kasih itu tak mengenal batas, tak peduli agama atau latar belakang. Mereka merasa terberkati dapat membantu menciptakan sebuah lingkungan yang harmonis di mana dua agama yang berbeda dapat berbagi kebahagiaan bersama.

Setelah berakhirnya perayaan, banyak dari umat Muslim yang merasa lebih dekat dengan sesama, lebih menghargai perbedaan, dan lebih percaya bahwa perdamaian bisa diwujudkan melalui tindakan nyata. Biarawan dan biarawati pun merasa bahwa misi mereka untuk membawa kedamaian semakin berhasil tercapai, meskipun jalan itu penuh dengan tantangan.

Seiring berjalannya waktu, Gereja Kayu Tangan semakin dikenal sebagai simbol toleransi. Banyak umat dari berbagai agama yang datang untuk melihat dan merasakan langsung bagaimana perayaan Idul Fitri bisa berlangsung di tempat yang biasanya menjadi tempat ibadah bagi umat Kristiani. Gereja ini menjadi contoh nyata bahwa perdamaian tidak hanya bisa diucapkan, tetapi harus diwujudkan dengan tindakan.

Biarawan dan biarawati semakin memperdalam komitmen mereka untuk melayani umat, tanpa memandang agama atau latar belakang. Mereka menyadari bahwa dalam dunia yang penuh dengan perbedaan, kasih dan persaudaraan adalah dua hal yang harus terus diperjuangkan. Gereja Kayu Tangan menjadi ruang di mana perbedaan bukan lagi menjadi hambatan, melainkan kesempatan untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.

Selama perayaan Idul Fitri, banyak juga yang menyatakan bahwa mereka merasa lebih damai dan tenang. Umat Muslim merasa diterima dengan penuh cinta, dan biarawan serta biarawati merasa mendapatkan pelajaran berharga tentang makna kasih yang sesungguhnya. Perayaan ini membuka hati semua orang untuk melihat bahwa ada banyak cara untuk menunjukkan kasih sayang dan toleransi.

Pentingnya kebersamaan dalam perayaan Idul Fitri tahun ini semakin mengukuhkan keyakinan bahwa agama bukanlah penghalang untuk menciptakan perdamaian. Justru, agama adalah sarana untuk mengajarkan kita hidup berdampingan dalam cinta kasih dan saling menghargai. Ini adalah nilai-nilai yang terus diperjuangkan oleh biarawan dan biarawati di Gereja Kayu Tangan.

Sementara itu, umat Muslim yang merayakan Idul Fitri di Gereja Kayu Tangan juga merasa terberkati dengan kesempatan untuk beribadah bersama dalam suasana yang penuh kehangatan. Mereka menyadari bahwa perayaan ini lebih dari sekadar shalat atau makanan lezat yang disantap. Ini adalah tentang berbagi kebahagiaan dan menciptakan hubungan yang penuh rasa saling menghormati.

Gereja Kayu Tangan kini menjadi simbol dari persatuan yang harmonis. Bukan hanya bagi umat Kristen, tetapi juga bagi umat Muslim yang merayakan Idul Fitri di sana. Perayaan yang terjadi bukan hanya perayaan agama, tetapi juga perayaan kehidupan bersama, perayaan cinta, dan perayaan damai."Setiap tahun kami berharap untuk melihat lebih banyak orang datang dan merasakan kebersamaan ini," kata salah satu biarawati. "Kami percaya bahwa kebersamaan ini adalah cara terbaik untuk mengajarkan nilai-nilai toleransi dan kasih sayang yang diajarkan oleh Tuhan."

Tidak ada yang lebih indah dari sebuah komunitas yang saling menghargai, dan perayaan Idul Fitri di Gereja Kayu Tangan adalah bukti nyata dari hal itu. Di dunia yang penuh dengan ketegangan dan perpecahan, gereja ini memberikan harapan bahwa persaudaraan antar umat beragama adalah sesuatu yang mungkin untuk diwujudkan. Menjelang siang hari,tepatnya pukul 08.45 umat Muslim pun meninggalkan gereja dengan hati yang penuh kebahagiaan. Mereka berterima kasih kepada biarawan dan biarawati, dan berjanji untuk terus menjaga hubungan baik ini, tidak hanya pada Idul Fitri, tetapi juga sepanjang tahun.

Gereja Kayu Tangan tetap berdiri kokoh sebagai simbol perdamaian dan harapan. Biarawan dan biarawati yang melayani dengan penuh cinta terus menjadi inspirasi bagi banyak orang. Perayaan Idul Fitri yang mereka buat bukan hanya tentang makanan atau tempat, tetapi tentang cinta kasih yang tak terhingga, yang akhirnya menjadikan dunia ini lebih indah. Pada sesi akhirnya seluruh biarawan/biarawati berpose dengan seluruh umat muslim dan endingnya adalah memomentumkan acara ini dengan video clip singkat sebagai simbol ucapan selamat sekaligus pengikat tali persaudaraan bahwa kita satu untuk Indonesi maju. Tuhan Memberkati selalu

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun