Artikel ini ditulis sebagai bagian dari tugas Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Perubahan Sosial yang diampu oleh Bapak Mohtazul Farid, S. Sos., M. Sosio. Dalam tulisan ini, saya Muhammad Anfa'ul Ilmy (175) ingin mengangkat kisah tentang bagaimana ibu rumah tangga, kamera, dan uang menjadi tiga elemen penting yang merepresentasikan perubahan sosial di era digital. Melalui kombinasi yang tampak sederhana ini, muncul dinamika baru dalam struktur masyarakat yang layak untuk dikaji lebih dalam secara sosiologi.
Ibu rumah tangga kini tidak lagi sekadar mengaduk sayur di dapur, ibu rumah tangga hari ini juga mengatur kamera, mengedit video, dan menghitung hasil dari kontennya. Perubahan sosial tidak selalu besar, kadang cukup dimulai dari satu video sederhana yang dibagikan dari rumah.
Dunia Sudah Berubah, Dapur pun Tak Lagi Sunyi
Perubahan tidak selalu datang dari revolusi besar. Kadang, perubahan dimulai dari tempat yang paling sederhana, seperti sudut dapur di rumah-rumah kecil. Di sanalah, banyak ibu rumah tangga hari ini mulai memainkan peran baru. Bukan hanya sebagai pengurus rumah tangga, melainkan juga sebagai kreator, influencer, dan pencari nafkah alternatif. Mereka tidak meninggalkan peran lamanya, melainkan menambahkan satu per satu peran baru dalam keseharian yang akrab dengan aroma masakan dan tumpukan cucian.
Kita menyaksikan pergeseran cara berpikir dan bertindak yang cukup drastis dalam beberapa tahun terakhir. Jika dulu pekerjaan domestik dianggap tidak menghasilkan apa-apa secara ekonomi, kini justru menjadi modal konten digital yang ditonton oleh jutaan orang. Aktivitas yang tampak sederhana seperti menata dapur, memasak makanan harian, hingga berbagi pengalaman membesarkan anak justru menjadi ladang kreativitas yang luar biasa luas.
Fenomena ini merupakan bagian dari apa yang disebut Haralambos dan Holborn (2017) sebagai perubahan sosial, yakni pergeseran signifikan dalam struktur, nilai, dan norma masyarakat yang berlangsung dalam jangka panjang. Perubahan ini tak hanya menyoal teknologi, melainkan juga perubahan cara pandang masyarakat terhadap peran perempuan, utamanya ibu rumah tangga yang selama ini seringkali diposisikan dalam ruang-ruang sunyi.
Kamera Ponsel Menjadi Senjata Baru di Tangan Ibu-Ibu Kreatif
Siapa sangka, kamera ponsel yang dulunya hanya digunakan untuk mengambil foto keluarga kini menjadi jendela ekonomi baru. Banyak ibu rumah tangga memulai aktivitas digitalnya hanya dengan ponsel seadanya, tripod dari botol bekas, dan cahaya alami dari jendela dapur. Dari alat sederhana itu, mereka mulai membangun kanal YouTube, akun Instagram, hingga TikTok yang berisi video memasak, tips berumah tangga, hingga cerita kehidupan sehari-hari yang justru terasa dekat dan inspiratif bagi banyak orang.
Kamera tidak lagi sekadar alat dokumentasi, melainkan menjadi media ekspresi dan produksi makna. Melalui kamera, ibu rumah tangga bisa menunjukkan bahwa aktivitas domestik bukan pekerjaan rendahan, melainkan seni yang bisa dihargai oleh publik. Video mereka tidak hanya berisi gerakan tangan mencampur adonan, tetapi juga nilai-nilai kehidupan, solidaritas perempuan, dan kearifan lokal yang tak jarang terlupakan.
Hal ini sesuai dengan konsep budaya partisipatif yang dijelaskan Jenkins (2016). Dalam budaya digital masa kini, setiap individu bisa menjadi produsen konten, bukan hanya konsumen. Para ibu rumah tangga berhasil memanfaatkan peluang ini untuk membagikan pengetahuan, pengalaman, bahkan kelucuan yang terjadi sehari-hari di dalam rumah. Mereka bukan hanya hadir sebagai tokoh dalam konten, tetapi juga sebagai sutradara, editor, dan produser dari kisah mereka sendiri.
Dari Hemat Belanja Jadi Mesin Uang, Kini Konten pun Bisa Menghidupi
Motif ekonomi menjadi alasan yang tidak bisa dipisahkan dari fenomena ini. Banyak ibu rumah tangga tergerak bukan hanya karena hobi, tetapi juga karena kebutuhan. Harga kebutuhan pokok yang terus naik, keinginan untuk menyekolahkan anak hingga ke jenjang tinggi, atau sekadar ingin memiliki penghasilan sendiri agar tidak serba tergantung menjadi pemicu mengapa kamera mulai menyala di dapur-dapur sederhana.
Yang mengejutkan, video sederhana seperti memasak sayur bening atau membuat camilan rumahan ternyata bisa menghasilkan uang yang cukup besar. Sistem monetisasi dari platform YouTube, kerjasama endorsement, hingga sistem afiliasi produk membuat ibu rumah tangga masuk ke dalam ekosistem ekonomi digital tanpa harus keluar rumah. Mereka tetap bisa mengasuh anak, memasak, sekaligus berpenghasilan.