Mohon tunggu...
Andry Wibowo
Andry Wibowo Mohon Tunggu... Polisi - Salus populi suprema lex esto

Bergotong Royong Membangun Negeri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Post Normal dan Perkembangan Ilmu Sosial

12 Juli 2020   12:52 Diperbarui: 12 Juli 2020   13:07 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam melakukan prediksi terhadap sejarah, pertanyaannya bukan terletak pada apakah sejarah ini bisa diprediksi atau tidak. Kesulitannya adalah ketidaktahuan kita tentang apa yang bisa diprediksi. Menentukan apa yang memiliki relevansi yang kuat pada saat itu, itulah yang membuat sejarah menjadi sangat sulit untuk diprediksi. 

Sampai saat ini sains belum bisa memberikan jawaban dalam sebuah konteks, apa yang relevan pada sebuah konteks itu. Ini merupakan pertanyaan harian, tetapi jika dilihat secara saintifik akan sangat sulit, apalagi misalnya kita memakai cara pandang universalitas. Kita menggunakan hukum universal, teori universal, karena relevansi ini kontekstual, spesifik, dan ini akan berganti-ganti dan berbeda-beda.

Kesulitan demi kesulitan saintifik tersebut akan mendorong kita pada sebuah pertanyaan, apakah sains akan bersifat kontekstual dan tidak universal? 

Inilah pertanyaan yang menarik untuk didiskusikan ketika konteks, relevansi memiliki derajat kepentingan yang sangat tinggi dalan melakukan analisis ilmu pengetahuan itu yang berujung pada prediksi. Karena dalam memprediksi sejarah kesulitannya adalah mengetahui apa yang relevan. Karena relevansi baru diketahui setelah peristiwa terjadi. Manusia mengalami keterbatasan imajinasi dalam menentukan relevansi untuk melakukan kalkulasi.

Pandemi Covid 19 ini bukan merupakan krisis besar, melainkan campuran dari berbagai krisis, mulai dari kesehatan, sosial, ekonomi, politik, hukum, demografi, psikologis, infodemik, yang terjadi di berbagai negara pada waktu yang beda-beda. 

Krisis ini terjadi diakibatkan sifat dari penyakitnya yang memiliki masa inkubasi yang panjang dan bervariasi. Sehingga ada jeda panjang antara tindakan (sebab) dan konsekuensi (akibat). Dengan kondisi demikian, mustahil ditemukan definisi yang sama tentang apa yang sedang terjadi. Apalagi bersepakat tentang apa yang harus dilakukan.

Menggunakan model statistik untuk melakukan prediksi dari penyebaran penyakit ini jelas berguna, tapi prediksi tersebut menjadi lemah saat data-data yang diperlukan kurang, dan kondisi yang selalu berubah. Cara lain untuk memprediksi penyakit ini adalah dengan melakukan agregasi prediksi dari banyak pakar. Disinilah paradigma ilmu modern mengalami kebuntuan dalam menghadapi fenomena yang terjadi di dunia hari ini.

Ilmu pengetahuan bekerja melalui tiga tahap. Secara sederhana, ilmu memulai pertanyaannya tentang apa, bagaimana dan untuk apa (ontologi - epistimologi, dan aksiologi). Materi disusun secara sistematis, ditelusuri sebab akibatnya, hingga ditemukan kemanfaatannya. 

Ilmu barulah sah dikatakan sebagai ilmu jika telah melewati proses pembuktian secara konsisten. Ilmu tidak memiliki sifat keabadian, bahkan membuka ruang lebar untuk sebuah bantahan hingga ditemukannya sebuah thesis baru. Dialektika "keraguan" ilmu pengetahuan dapat menjelaskan persoalan ini.

Jika sains modern digunakan untuk mencari dan menemukan hubungan kausalitas dari pandemi Covid 19 yang terjadi dunia, umat manusia sangat berpotensi mengalami kehilangan segalanya. Bukan hanya pekerjaan, manusia akan kehilangan waktu, kebahagiaan, cita-cita, hingga mati dalam kesunyian. 

Dibutuhkan terobosan, bukan untuk menabrak ilmu pengetahuan yang sedang bekerja keras untuk memberi penjelasan tentang apa yang sedang terjadi, melainkan sebuah upaya untuk menuntaskan akibat yang ditimbulkan dari sesuatu sebab yang belum diketahui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun