Mohon tunggu...
andry natawijaya
andry natawijaya Mohon Tunggu... Konsultan - apa yang kutulis tetap tertulis..

good.morningandry@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Terminal Velocity Kolaborasi Penuh Chemistry

9 November 2020   20:20 Diperbarui: 12 November 2020   13:04 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi via metalheadcommunity.com

Bagi kebanyakan pendengar musik, aliran musik progressive metal merupakan musik yang sulit dinikmati apalagi dimengerti. Progressive metal baru berkembang pesat pada dekade 1980-an, sebelumnya dunia musik terlebih dahulu mengenal karya grup musik progressive rock seperti Pink Floyd, Rush atau Emerson Lake Palmer (ELP), masih banyak lagi.

Progressive metal sendiri mengakar dari musik progressive rock. Grup musik di genre ini banyak berkiblat dari gaya musik progressive rock. Sebut saja Dream Theater (DT), sebagai grup musik yang memiliki banyak penggemar dan cukup berpengaruh dalam mengusung genre progressive metal, DT kerap kali mengakui jika musik dari Rush, ELP dan grup musik progressive rock lainnya sangat mempengaruhi gaya musik mereka.

DT sebagai grup musik besar beranggotakan para pemain musik berkemampuan di atas rata-rata, mulai dari Jame LaBrie (vokal), Jordan Rudess (Keyboard), John Myung (Bass), John Petrucci (Gitar) dan Mike Mangini (Drum). Menarik disimak posisi Mike Mangini sebagai pemain drum pengganti Mike Portnoy yang hengkang dari DT tahun 2010 lalu. Setelah satu dekade, para penggemar DT masih saja memperdebatkan antara Mike Portnoy dan Mike Mangini selaku pengisi departemen drum di DT.

Sejatinya John Petrucci dan Mike Portnoy tidak hanya sekadar rekan bermusik tetapi hubungan mereka sudah sangat dekat selaku sahabat erat, usai berpisah dari DT di tahun 2010, akhir tahun 2017 John Petrucci sempat memperlihatkan keakraban berfoto bersama Mike Portnoy. Apakah itu tanda Mike Portnoy kembali ke DT? 

Nampaknya tidak, kendati Mike Portnoy tidak kembali menjadi anggota DT namun chemistry bermusiknya terlanjur erat bersama John Petrucci, sehingga di tahun 2020 John Petrucci mengajak Mike Portnoy menggarap album solo-nya berjudul Terminal Velocity.

Sekilas Latar Belakang Album Terminal Velocity
Tahun 2020 bisa disebut tahun penuh kebingungan, ketidakpastian, Covid-19 mengacaukan kehidupan sosial manusia, banyak hal berubah. Hal tersebut juga dirasakan John Petrucci, sebagai musisi yang kerap melakukan konser, tentunya pandemi Covid-19 mengharuskan seluruh jadwal pertunjukan di tahun 2020 terpaksa dibatalkan.

Kenyataan ini pastinya mengecewakan para penggemar musik dan juga para musisi, tak terkecuali John Petrucci. Hanya secara tak terduga pandemi Covid-19 yang mengakibatkan lockdown memberikan keleluasaan bagi John Petrucci menyelesaikan album ini lebih awal dari target sebelumnya.

Seluruh materi dan rekaman diselesaikan dalam waktu dua bulan sejak Maret 2020. Dan Terminal Velocity adalah album solo kedua setelah tahun 2005 John Petrucci merilis Suspended Animation.

Ilustrasi: guitarworld.com
Ilustrasi: guitarworld.com
Sebetulnya sebagian materi pada album Terminal Velocity sudah diciptakan sejak lama, dalam beberapa kesempatan di saat konser John Petrucci telah membawakan lagu-lagu dari album ini baik saat konser G3 bersama Steve Vai dan Joe Satriani atau pada kesempatan lainnya. Jadi Terminal Velocity dapat dikatakan sebagai ungkapan hati John Petrucci, karena inspirasi dan idenya berasal dari pengalaman pribadi John Petrucci selama beberapa tahun.

Para personel yang dilibatkan menggarap proyek Terminal Velocity tentunya bukan musisi sembarangan. Instrumen bass dipercayakan kepada Dave LaRue, bassis ini bukan orang baru karena sudah terlibat menyelesaikan album solo pertama John Petrucci yaitu Suspended Animation. 

Sementara urusan mixing dan mastering menjadi bagiannya Andy Sneap, figur berpengalaman berkolaborasi  membantu banyak musisi, salah satu grup musik yang sudah dibantu Andy Sneap adalah Judas Priest, bahkan Andy Sneap turut tampil bersama Judas Priest di Jakarta, mengisi kekosongan posisi gitaris karena Glenn Tipton dalam kondisi sakit.

Kolaborasi John Petrucci dan Mike Portnoy
Selanjutnya yang paling terasa istimewa adalah kehadiran Mike Portnoy sebagai pemain drum. Tidak dapat disangkal kehadiran Mike Portnoy menghadirkan nuansa tersendiri, melalui alunan harmoni antara instrumen gitar dan drum ikatan batin dan kemampuan sosok Mike Portnoy dan John Petrucci sangat terasa, saling mengisi saling melengkapi. Mereka memiliki chemistry yang sangat kuat.

Baik John Petrucci dan Mike Portnoy, masing-masing sudah diakui sebagai musisi hebat, mereka sudah banyak berkolaborasi bersama para musisi lainnya. Hanya saja kolaborasi diantara keduanya ini berbeda, mengapa? Alasannya adalah antar satu sama lain sudah saling mengenal serta memahami karakter secara mendalam. Ini menjadi hal pembeda dibandingkan saat mereka berkolaborasi dengan musisi lainnya.

Ilustrasi: ultimate-guitar.com
Ilustrasi: ultimate-guitar.com
Faktor chemistry sebagai alasan utama, sehingga jika kita mendengarkan album ini luapan gairah emosi melalui suara gitar dan drum akan terasa menyatu menjadi tanpa menutupi instrumen lainnya. 

Singkat cerita, dalam bermusik John Petrucci dan Mike Portnoy sudah mengetahui apa yang ada dalam benaknya masing-masing, sehingga ketika mereka bermain bersama kekompakan akan mengalir begitu saja, hal ini akan berpengaruh terhadap mood dan sudah pasti kualitas album ini tidak perlu diragukan.

Track Listing Terminal Velocity 
Ini adalah sebuah album instrumental, seluruh materinya berupa alunan musik tanpa ada suara vokal dan lirik lagu. Secara keseluruhan dasar dari Terminal Velocity terasa sangat progressive metal. John Petrucci total menyuguhkan kemampuannya mengeksplorasi gitar. Demikian Mike Portnoy, gebukan drum-nya mengimbangi aneka ritme gitar John Petrucci, sebagaimana sudah diuraikan pada bagian sebelumnya.

Terminal Velocity berisi sembilan lagu, membutuhkan waktu 55:05 menit mendengarkan album ini secara utuh, tetapi percayalah para pecinta DT atau progressive metal tidak cukup sekali saja mendengarkan Terminal Velocity. Sejak lagu pertama sampai akhir, album ini begitu memikat, sehingga tidak akan terasa jika album ini didengarkan berkali-kali.

Ilustrasi: johnpetrucci.com
Ilustrasi: johnpetrucci.com
Track pertama berjudul "Terminal Velocity" sesuai judul albumnya. Alunan melodi gitar menjadi pembuka lagu, disusul suara drum selanjutnya telinga kita akan dimanjakan komposisi sempurna antara gitar, bass dan drum. Ritme sedang serta cepat sebagai lagu pembuka adalah hal menyenangkan untuk menyimak sebuah album. Dan hal ini disajikan melalui "Terminal Velocity".

"The Oddfather", lagu nomor dua. Unsur sound gelap atau dark mengawali komposisi dan sangat dominan secara keseluruhan. Jujur nuansa gaya musik Liquid Tension Experiment  sangat kental di lagu ini. Mengingatkan kembali akan kerjasama John Petrucci, Mike Portnoy dan Jordan Rudess pada tahun 1998.

Selanjutnya lagu bernuansa riang, sedikit ringan. Judulnya "Happy Song", sekilas mirip seperti Green Day bermain musik, hanya saja lebih berisi dan elegan. Ternyata "Happy Song" sudah dibawakan John Petrucci ketika sepanggung bersama Joe Satriani. Bukan materi baru, karena terlanjur dikenal lebih dahulu oleh penggemar.

Ilustrasi: ultimate-guitar.com
Ilustrasi: ultimate-guitar.com
Terkadang saat soundcheck atau sesi guitar clinic, musisi membawakan lagu yang belum terkenal namun layak dirilis secara umum. Nyatanya "Gemini" termasuk lagu kategori tersebut. Percayalah lagu ini sangat menyenangkan dan layak disimak. Tarik ulur ritme mengekspresikan "Gemini" sebagai lagu penuh mood.

Blues! Ya, musik blues tak akan pernah luput dimainkan dan didengarkan. Demikian pula, John Petrucci memainkan musik blues tulen, "Out of the Blue" menjadi bukti kemampuan para musisi yang terlibat di album ini. Suara permainan bass Dave LaRue semakin memberikan kesan cool lagu ini.

Sama seperti "Happy Song", materi lama yang disempurnakan lebih lanjut untuk album ini adalah "Glassy-Eyed Zombie". John Petrruci juga sudah pernah memainkan komposisi ini saat tur G3. Jadi tidak asing lagi.

Memadukan warna musik genre glam metal, terutama suara intro dan gitar di awal lagu "The Way Things Fall", bisa disebut  easy listening juga menyenangkan didengar. Tetapi memasuki pertengahan lagu gaya permainan gitar dan drum terkesan sedikit rumit, walaupun tetap enak disimak.

Intro drum dan tepuk tangan, track "Snake in My Boot" lebih berat dibandingkan track sebelumnya. Komposisi lagu didominasi nada rendah sedikit mengarah kepada gaya musik blues.  "Snake in My Boot" adalah lagu paling singkat di album ini, durasinya sekitar 4:04 menit.

"Temple of Circadia" didaulat menutup album Terminal Velocity. Jika disimak lebih seksama, lagu ini sangat erat dengan gaya musik DT. Bahkan sangat cocok seandainya "Temple of Circadia" dimainkan DT, alasannya lagu ini memang bercorak progressive metal.

***
Di tengah suasana membosankan akibat ulah virus Corona, seolah kehadiran Terminal Velocity memberikan hiburan terutama bagi para penggemar musik progressive metal. Berita televisi maupun media lainnya senantiasa dijejali informasi pandemi atau konflik bernuansa kekerasan, belum dunia politik, rasanya memuakan.

Musik hadir sebagai penawar kejenuhan dan kekesalan karena banyak hal tidak menyenangkan terjadi di sekitar kita. Setidaknya, John Petrucci mewakili luapan emosi umat manusia dalam album solo-nya ini. Sekali lagi, Terminal Velocity sangat pantas didengarkan. Album ini dirilis secara digital pada 28 Agustus 2020, dan versi fisiknya pada 30 Oktober 2020.

Hanya saja rilisan album fisik format Compact Disc dari musisi luar negeri semakin sulit ditemui di Indonesia, akibat dari label rekaman di Indonesia enggan memasarkan CD album musisi mancanegara. Entah apalagi alasannya, hanya saja terasa sangat menyebalkan, namun jika Anda berminat album ini tetap bisa diakses secara streaming dan bisa format CD-nya bisa dibeli secara online, tentu saja harganya lebih mahal karena impor.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun