Kami meninggalkan Tokyo Station dengan Shinkansen sekitar pukul 13.00 untuk menuju Nagoya Station, cepat memang kereta ini, kurang dari 2 jam kami sudah tiba di Nagoya. Kereta ini mirip dengan Woosh di kita, cepat namun agak lebih tua, maklum Woosh masih baru.
Suasana yang nyaman, tak ada goncangan berarti, dinginnya AC dan pemandangan luar yang tampak kurang ternikmati saking cepatnya, memang ciri khas Shinkansen dan Woosh. Jadi? Tak ada sesuatu hal baru kami rasakan, sampai akhirnya tiba di Stasiun Nagoya. Di Nagoya kami ganti kereta, dengan Limited Express HIDA (Ltd Exp-HIDA).
Namanya Express, tapi ya tidak secepat Shinkansen. Tempat duduknyapun 2 dikiri dan 2 di kanan alias dua-dua, beda dengan Shinkansen yang lebih lebar 5 Â seat dalam satu baris, dengan komposisi dua-tiga. Ltd Exp-HIDA dikenal juga dengan sebutan kereta wide view, sebutan yang tepat karena jendelanya sangat lebar sehingga puas melihat pemandangan luar seolah tanpa batas.
Di dalam gerbong terdapat kursi-kursi dengan jarak yang sangat lega, tersusun rapi dan bagus, apa mungkin karena masih baru ya? Duduk di samping kami sepasang suami isteri bule, kelelahan mungkin karena sang suami terlihat nyaman tertidur di perjalanan. Padahal kereta ini agak sedikit brisik dibandingkan Shinkansen, suara jedat jedut dan kriuk lenggang lenggoknya di belokan lebih terasa.
Di ujung gerbong pintu terbuka, petugas datang. Saya katakan ke isteri siapkan tiket, barangkali ada pemeriksaan. Sang petugas lalu menghampiri pasangan bule, kirain mau periksa tiket, rupanya mereka salah tempat duduk. Tiket kami simpan kembali sambil nyengir, untung bukan gue. Saya ingat peristiwa zaman baheula naik KRL, ketika petugas datang buru-buru katakan: "abu" setelah itu senyam senyum.
Ltd Exp-HIDA kadang dikenal juga dengan sebutan Wide View HIDA, wide itu penekanan dari lebarnya jendela yang ada, sehingga semua view tercapture dengan baik. Puas? Ya iyalah. Nagoya ke Takayama kan terkenal dengan pemandangannya yang indah-indah, rugi dong mata ini jika jendelanya tidak lebar. Banyak sekali view yang menarik, mari kita sedikit berselancar.
Sebentar saja kita sudah meninggalkan view perkotaan Nagoya, kiri-kanan suasana kota berubah jadi hijau. Pepohonan, gunung-gunung, sungai-sungai yang jernih, jembatan-jembatan yang melintasi sungai, perkampungan penduduk dengan rumah-rumah khas Jepang. Meskipun di pedesaan sepertinya di setiap rumah mereka selalu ada mobil, keren.
Mungkin karena di pedesaan ya, rumah-rumah di pegunungan itu terlihat sepi, ada sih jalan raya tapi juga sepi tak terlihat mobil lalu lalang. Apakah mobil-mobil yang selalu ada di setiap rumah itu buat diparkir aja? Entahlah hehehe. Yang jelas harus siap kamera, untung kereta isinya juga agak sepi, jadi kami bisa pindah ke sisi jendela kiri atau kanan untuk sekedar mengambil video.
Tiba di Stasiun Gero ternyata kereta berhenti untuk menaikan penumpang, alhasil tak ada lagi acara pindah-pindah untuk mengambil video dari jendela ke jendela, kemerdekaan telah usai dengan datangnya penumpang baru. Tak lama hujan mulai turun, menerpa jendela-jendela kaca yang bening. Suhu bertambah dingin, di luar sana kabut mulai menyelimuti pemandangan, acara pengambilan gambarpun terhenti. Puaskah? Waw sangat puas. Terbawa suasana dingin, isteri saya mulai istirahat dan tertidur.
Herannya di tengah penumpang yang bertambah, suasana di dalam kereta terasa kian sunyi, mungkin terbawa suasana hujan. Tak lama kami sampai di Takayama, kota kecil yang bersahaja menyambut dengan hujan rintik, tidak sederas seperti di atas kereta sebelumnya. Gemerlap lampu-lampu kota menghiasi malam, seolah mengucapkan selamat datang sembari menyambut kami dengan senyum. Terimakasih atas sambutanmu Takayama, kota yang indah, izinkan kami bermalam di sini untuk lelap dalam mimpi indah kotamu.