Sagan saat itu masih mahasiswa pascasarjana. Ia diminta menghitung seberapa besar ledakan nuklir di Bulan akan tampak dari Bumi, dan bagaimana debu serta cahaya dari hasil ledakan itu akan berinteraksi dengan sinar matahari.Â
Menurut laporan, Sagan tidak pernah menentang proyek tersebut secara terbuka pada masa itu, tetapi di kemudian hari, pemikirannya yang humanis dan etis justru menjadi antitesis dari ide destruktif seperti A119.
Reiffel sendiri mengakui bahwa banyak ilmuwan di timnya memiliki perasaan campur aduk. Di satu sisi, mereka ingin menunjukkan kemampuan sains Amerika. Namun di sisi lain, ada kesadaran bahwa tindakan ini bisa merusak citra manusia di luar angkasa—bahkan sebelum manusia benar-benar menginjakkan kaki di sana.
Tujuan Proyek: Antara Sains dan Simbolisme
Secara resmi, proyek A119 disebut sebagai penelitian untuk memahami efek ledakan nuklir dalam kondisi tanpa atmosfer dan gravitasi rendah. Ada dua tujuan utama yang dikemukakan:
1. Tujuan Strategis dan Propaganda
* Menunjukkan kepada dunia bahwa Amerika memiliki kendali penuh atas teknologi nuklir, bahkan di luar Bumi.
* Menampilkan ledakan di Bulan sebagai simbol visual supremasi dan keberanian.
2. Tujuan Ilmiah
* Menganalisis bagaimana gelombang kejut dan radiasi bekerja di lingkungan tanpa udara.
* Mengamati bagaimana partikel debu bulan bereaksi terhadap energi nuklir.
Namun, hampir semua sejarawan sepakat bahwa motivasi sejatinya lebih bersifat politik dan psikologis ketimbang ilmiah. Tujuannya bukan untuk memperluas pengetahuan manusia, melainkan untuk mengesankan dunia dan menakut-nakuti musuh.