Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Permaisuri Ashina: Permaisuri Surgawi yang Mengubah Sejarah Kekaisaran Tiongkok

4 Oktober 2025   07:00 Diperbarui: 4 Oktober 2025   05:53 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Khan's Den ArtStation - Female Göktürk Warrior of the 6th Century (khansden.artstation.com)

Menjadi perempuan asing di jantung kekaisaran tentu bukan hal mudah. Ashina menghadapi prasangka etnis dan budaya. Sebagian kalangan mungkin melihatnya sebagai “orang luar” yang tidak pantas menempati posisi sentral dalam istana. Namun, ia mampu bertahan dan justru mengubah identitas ganda itu menjadi kekuatan simbolik.

Beban Simbolik

Menyandang gelar “Permaisuri Surgawi” bukan hanya kebanggaan, tetapi juga beban. Ashina menjadi simbol diplomasi dan legitimasi politik. Jika hubungan antara Gokturk dan Dinasti Zhou memburuk, posisinya pun ikut terancam. Dengan kata lain, nasib politiknya sangat bergantung pada stabilitas aliansi antarbangsa.

Ketegangan Diplomatik

Aliansi Tiongkok–Gokturk tidak selalu berjalan mulus. Ada masa-masa ketegangan, bahkan peperangan. Dalam kondisi seperti ini, Ashina berada di posisi yang sulit ia harus menjadi penengah di antara dua dunia yang berbeda, sekaligus menghadapi intrik dalam istana sendiri.

Kontribusi Sejarah dan Budaya

Diplomasi Lintas Budaya

Ashina adalah contoh nyata bagaimana pernikahan politik dapat menjadi instrumen diplomasi yang efektif. Melalui dirinya, dua kekuatan besar terhubung tidak hanya secara politik, tetapi juga secara budaya. Perhiasan, tekstil, dan struktur makamnya adalah bukti adanya pertukaran budaya yang memperkaya kedua belah pihak.

Legitimasi Kosmologis

Gelar Tianyuan menjadikan Ashina lebih dari sekadar permaisuri. Ia adalah simbol kosmologis, representasi kekuasaan yang melampaui batas geografis dan etnis. Ia memperlihatkan bahwa legitimasi politik di Tiongkok tidak hanya didasarkan pada administrasi atau militer, tetapi juga pada simbolisme spiritual.

Arketipe Kepemimpinan Perempuan

Ashina menunjukkan bahwa perempuan dapat memainkan peran penting dalam kekuasaan, meski tidak selalu melalui jalur militer atau politik langsung. Melalui simbolisme, diplomasi, dan ketahanan, ia menjadi mediator kosmologis sekaligus pemimpin transkultural.

Relevansi Modern: Apa yang Bisa Dipelajari?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun