Kapal kemudian menyeberangi Fehmarn Belt, jalur laut sempit yang memisahkan Jerman dengan Denmark, lalu kereta melanjutkan perjalanan dari pelabuhan Rodby menuju Copenhagen.
Pengalaman ini menghadirkan sensasi berbeda: penumpang tidak hanya duduk di dalam kereta, tetapi juga bisa naik ke dek kapal, menikmati angin laut, dan merasakan kombinasi perjalanan darat serta laut. Bagi banyak orang, Bird Flight Line lebih dari sekadar jalur transportasi, ia adalah pengalaman perjalanan yang tak terlupakan.
Evolusi Menuju Masa Depan: Fehmarnbelt Fixed Link
Proyek Terowongan Bawah Laut
Namun, seiring meningkatnya kebutuhan efisiensi, sistem ferry dianggap memakan waktu terlalu lama. Setelah 2019, layanan ferry dihentikan dan jalur kereta dialihkan melalui Jutland dan Funen. Meski tetap berfungsi, rute ini menambah waktu tempuh hingga 4,5 jam.
Sebagai solusi, muncullah proyek ambisius bernama Fehmarnbelt Fixed Link. Proyek ini akan membangun terowongan bawah laut sepanjang 18 kilometer, menghubungkan langsung Puttgarden di Jerman dengan Rødby di Denmark. Ketika selesai, terowongan ini akan memangkas waktu perjalanan menjadi hanya sekitar 2,5 jam.
Target Operasional
Fehmarnbelt Fixed Link ditargetkan beroperasi pada tahun 2028. Selain menjadi terowongan kereta, proyek ini juga akan dilengkapi jalur kendaraan roda empat. Dengan panjangnya, Fehmarnbelt akan menjadi salah satu terowongan bawah laut terpanjang di dunia, dan menjadi tonggak penting dalam sejarah transportasi Eropa.
Teknologi di Balik Bird Flight Line Train
Immersed Tube Tunnel
Berbeda dengan Channel Tunnel yang menghubungkan Inggris dan Prancis menggunakan metode bor, Fehmarnbelt dibangun dengan sistem immersed tube tunnel. Dalam metode ini, segmen beton raksasa dibuat di darat, lalu ditarik ke laut, ditenggelamkan, dan disambungkan di dasar laut dengan presisi tinggi.
Metode ini dipilih karena kondisi Fehmarnbelt yang relatif dangkal, sekitar 30 meter, sehingga lebih efisien daripada membangun terowongan bor panjang.
Digital Twin dan 5D BIM