Dalam bentangan sejarah panjang peradaban manusia, mitologi sering menjadi cermin dari rasa takut, harapan, serta cara masyarakat kuno memahami dunia di sekeliling mereka.Â
Di Mesopotamia, tanah yang dianggap sebagai salah satu pusat lahirnya peradaban, kita menemukan banyak tokoh mitologis dengan sifat beragam, dari dewa pencipta hingga makhluk jahat pembawa bencana.Â
Di antara mereka, ada satu sosok yang menonjol karena reputasinya sebagai ancaman sekaligus simbol kekuatan ilahi: Lamashtu.
Berbeda dengan iblis atau makhluk jahat lainnya, Lamashtu dianggap sebagai dewi jahat yang memiliki otonomi sendiri. Ia tidak sekadar menjalankan perintah dewa lain, melainkan bertindak sesuai kehendaknya.Â
Ketakutan masyarakat terhadap Lamashtu begitu dalam, terutama karena ia diyakini menjadi penyebab kematian bayi, penyakit ibu menyusui, serta berbagai gangguan dalam kehidupan sehari-hari.Â
Namun menariknya, meskipun ditakuti, ia juga dihormati dan bahkan diberi persembahan dalam ritual-ritual tertentu. Inilah yang membuat Lamashtu menjadi tokoh yang kompleks dan penting dalam mitologi Mesopotamia.
Siapa Lamashtu?
Lamashtu berasal dari tradisi Akkadia dan Sumeria, dua peradaban besar yang hidup di wilayah Mesopotamia kuno. Ia disebut sebagai anak dari Anu, dewa langit tertinggi.Â
Status ini menempatkannya pada posisi unik: ia bukan sekadar makhluk jahat, tetapi juga bagian dari jajaran ilahi. Namun berbeda dengan dewa-dewa lain yang menjaga keseimbangan kosmos, Lamashtu justru hadir sebagai perusak tatanan tersebut.
Keistimewaan lain dari Lamashtu adalah sifatnya yang otonom. Jika kebanyakan iblis atau makhluk jahat dalam mitologi Mesopotamia bekerja di bawah perintah dewa, Lamashtu bebas bertindak sesuai keinginannya. Inilah alasan mengapa masyarakat begitu takut kepadanya: ia tidak bisa dikendalikan, bahkan oleh para dewa.
Penampilan Simbolik