Lautan adalah ruang misteri yang luas, penuh kehidupan, dan menyimpan cerita yang belum sepenuhnya terungkap. Di balik gelombang yang kita lihat di permukaan, terdapat dunia yang dalam, sunyi, dan sulit dijangkau manusia. Tidak heran jika lautan sering disebut sebagai “planet tersembunyi” di Bumi.
Dari sekian banyak misteri yang tercipta dari kedalaman laut, salah satu yang paling terkenal adalah The Bloop, sebuah suara aneh dan sangat kuat yang pertama kali terekam pada tahun 1997 oleh para ilmuwan NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration).
Suara ini terdengar berbeda dari kebisingan lainnya di laut. Dengan frekuensi rendah, jangkauan luar biasa, dan pola akustik yang menyerupai makhluk hidup, The Bloop langsung menarik perhatian publik.
Dari ilmuwan hingga pecinta mitos, semua berlomba memberikan tafsir. Ada yang menduga ini adalah suara retakan gunung es, ada pula yang percaya itu adalah panggilan dari makhluk laut raksasa yang belum kita temukan.
Hingga kini, The Bloop bukan hanya sekadar fenomena ilmiah, tapi juga bagian dari budaya populer. Ia menjadi contoh menarik bagaimana satu peristiwa kecil bisa memicu diskusi luas tentang batas pengetahuan manusia dan keajaiban samudra yang belum terjamah.
Karakteristik Unik The Bloop
1. Kekuatan dan Jangkauan Suara
The Bloop bukan sekadar gelombang suara yang samar dari dasar laut. Ia begitu kuat hingga terekam oleh sensor hidrofon yang berjarak lebih dari 5.000 kilometer satu sama lain. Untuk membayangkan betapa kerasnya suara ini, bayangkan suara paus biru, makhluk terbesar di Bumi yang mampu menghasilkan suara hingga 188 desibel. Suara The Bloop bahkan lebih kuat dari itu.
Durasi rekamannya sekitar satu menit dengan frekuensi sangat rendah, berada di bawah ambang pendengaran manusia. Artinya, telinga kita tidak bisa mendengar langsung suara ini tanpa bantuan alat. Fakta ini saja sudah cukup membuatnya terasa “tidak wajar”, karena tidak ada makhluk laut yang dikenal mampu menghasilkan suara sebesar itu.
2. Pola Akustik yang Mirip Makhluk Hidup
The Bloop semakin menarik bagi para peneliti karena pola akustiknya. Jika dibandingkan dengan rekaman suara paus atau makhluk laut lainnya, grafik gelombangnya tampak serupa. Namun, ada perbedaan mendasar: skalanya jauh lebih besar.