Di tengah alam hijau Distrik Jiangning, Kota Nanjing, Tiongkok, berdiri sebuah kawasan yang memadukan keindahan alam, sejarah panjang, serta spiritualitas mendalam.
Tempat itu bernama Niushou Shan, atau “Gunung Tanduk Sapi,” sebuah taman budaya bertema Buddha yang menyimpan salah satu peninggalan paling berharga dalam sejarah umat manusia: relik tulang tengkorak Buddha Shakyamuni yang diyakini sebagai satu-satunya yang lengkap di dunia.
Bagi umat Buddha, relik ini bukan sekadar artefak suci, melainkan simbol kehadiran Sang Buddha di tengah kehidupan manusia. Namun, Niushou Shan tidak hanya penting bagi para penganut agama Buddha, melainkan juga menjadi destinasi wisata budaya dan spiritual yang menawarkan pengalaman mendalam bagi siapa saja yang berkunjung.
Perpaduan antara arsitektur kontemporer, seni tradisional, serta panorama alam menjadikannya salah satu tempat paling unik di Asia Timur.
Sejarah dan Makna Nama Niushou Shan
Nama “Niushou Shan” atau “Gunung Tanduk Sapi,” merujuk pada bentuk dua puncaknya yang menyerupai tanduk. Sejak zaman Dinasti Jin Timur (abad ke-4 M), gunung ini telah dipandang sebagai tempat suci, simbol keseimbangan antara manusia dan alam.
Pada abad ke-5, seorang biksu bernama Pizhi menetap di lereng gunung ini. Ia mengajarkan praktik meditasi yang kemudian dikenal sebagai Zen Niutou, salah satu aliran awal Buddhisme Chan di Tiongkok.
Meski akhirnya aliran ini tidak bertahan lama, ajarannya menjadi fondasi penting bagi perkembangan Buddhisme Zen di Tiongkok, Jepang, dan Korea. Karena itulah, sejak lama Niushou Shan menjadi pusat spiritual dan tempat bagi para pencari pencerahan.
Istana Foding: Jantung Spiritual Niushou Shan
Daya tarik utama kawasan ini adalah Istana Foding (Usnisa Palace), bangunan megah yang sebagian besar dibangun di dalam gunung. Dengan sembilan lantai (enam di bawah tanah dan tiga di atas), istana ini menjadi rumah bagi relik tengkorak Buddha Shakyamuni.