* Peneguhan tata tertib: Dalam puisinya Eunomia, ia menekankan pentingnya ketaatan terhadap hukum dan loyalitas kepada raja serta dewan.
* Penguatan identitas kolektif: Ia menggeser fokus dari keberanian individu (seperti yang banyak diceritakan dalam epos Homer) menuju keberanian kolektif dalam barisan hoplite.
Inilah yang membuat Tyrtaeus menjadi tokoh paradoksal di Sparta. Ia adalah penyair yang tak merayakan keindahan cinta atau alam, melainkan kemuliaan dalam pengorbanan dan kedisiplinan.
Pendidikan dan Warisan Budaya
Peran Tyrtaeus tidak berhenti di medan perang. Puisinya kemudian menjadi bagian penting dalam pendidikan di Sparta. Anak-anak Sparta, sejak usia muda, diajarkan untuk menghafal dan memahami nilai-nilai yang termuat dalam puisinya. Hal ini menjadikan karya Tyrtaeus sebagai semacam “kitab moral” tak tertulis.
Fungsi Edukatif
* Membentuk karakter: Melalui puisinya, Tyrtaeus menanamkan nilai keberanian, loyalitas, dan pengorbanan kepada generasi muda.
* Menjaga stabilitas sosial: Puisinya memperkuat struktur sosial dan mencegah munculnya pemberontakan dari dalam.
* Tradisi lisan yang kuat: Puisinya disampaikan secara turun-temurun, bahkan kelak ditulis ulang dan dipelajari oleh sarjana-sarjana di Alexandria.
Dengan demikian, warisan Tyrtaeus tidak hanya berupa kata-kata, tetapi juga nilai-nilai yang membentuk jati diri Sparta selama berabad-abad.
Refleksi Modern: Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Tyrtaeus?
Di masa sekarang, puisi Tyrtaeus tampak jauh dari realitas kita. Namun, jika dicermati lebih dalam, gagasan yang ia sampaikan justru sangat relevan dengan dunia modern. Ia mengingatkan kita bahwa kata-kata memiliki kekuatan yang mampu menyatukan, mengarahkan, dan bahkan menyelamatkan suatu bangsa.
Relevansi Kontemporer