daripada hidup sebagai pengecut tanpa kehormatan.”
Kalimat ini bukan sekadar hiasan sastra atau retorika kosong. Bagi para prajurit Sparta, puisi-puisi Tyrtaeus dijadikan kode etik yang menyatukan nilai kolektif mereka. Puisi ia gunakan sebagai medium untuk menanamkan gagasan bahwa pengorbanan dan keberanian adalah puncak dari keutamaan (arete).
Efek Langsung di Medan Tempur
* Motivasi kolektif: Puisinya dibacakan sebelum pertempuran untuk memupuk semangat juang bersama.
* Penguatan moral: Menanamkan prinsip bahwa mati untuk tanah air merupakan kehormatan tertinggi.
* Disiplin barisan: Ritme puisi yang sejalan dengan langkah para hoplite membantu menjaga formasi dan kesatuan.
Dengan cara ini, puisi yang ditulis Tyrtaeus tidak hanya menyentuh emosi, tetapi juga mentransformasi perilaku nyata para prajurit di medan perang.
Paradoks Sparta: Menghormati Penyair di Negeri Prajurit
Sparta dikenal dalam sejarah sebagai negara yang keras, ketat, dan sangat fokus pada militerisme. Seni dan filsafat dianggap sebagai hal yang sekunder, bahkan kadang-kadang dipandang remeh.
Namun, justru di tengah kondisi seperti itu Tyrtaeus dipuja dan dihormati. Puisinya tidak sekadar dibaca, tetapi juga diajarkan kepada generasi muda dalam sistem pendidikan militer yang disebut agoge.
Mengapa Tyrtaeus Diterima?
* Fungsi praktis: Puisinya tidak dibuat untuk hiburan atau keindahan semata. Puisi tersebut digunakan untuk memperkuat semangat nasional dan kesiapan mental.