Mohon tunggu...
Andriyanto
Andriyanto Mohon Tunggu... Jika kamu tak menemukan buku yang kamu cari di rak, maka tulislah sendiri.

- Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh - Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang kamu miliki, bukan pula berasal dari siapa dirimu, atau apa yang kamu kerjakan. Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran kamu sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Prabu Surawisesa: Pemimpin Sunda yang Bertahan di Tengah Tekanan Zaman

14 Juli 2025   07:00 Diperbarui: 14 Juli 2025   01:13 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sejarah Asal Usul Surawisesa Raja Kedua Pajajaran - (www.kuwaluhan.com)

Dalam perjalanan sejarah Nusantara, tidak sedikit raja dan pemimpin besar yang dikenal karena kejayaan militernya atau karena memperluas wilayah kekuasaan. Namun, hanya segelintir yang dikenang karena keteguhannya mempertahankan nilai-nilai budaya, spiritual, dan identitas bangsanya dalam menghadapi perubahan zaman yang begitu cepat dan penuh tekanan. 

Salah satu sosok yang layak mendapatkan penghormatan ini adalah Prabu Surawisesa, Raja Pajajaran yang memerintah dari tahun 1521 hingga 1535 M.

Surawisesa bukan hanya pemimpin biasa. Ia tampil di masa yang penuh gejolak: ketika agama Islam tengah menyebar pesat di tanah Jawa, dan ketika kekuatan Eropa, dalam hal ini Portugis mulai menjajaki dominasi mereka di jalur perdagangan laut Nusantara. 

Dalam tekanan yang datang dari segala arah, ia tidak lari dari tanggung jawab. Ia memilih untuk bertahan, berjuang, dan menjaga martabat leluhurnya.

Siapa Sebenarnya Prabu Surawisesa?

Prabu Surawisesa merupakan putra dari Sri Baduga Maharaja, lebih dikenal sebagai Prabu Siliwangi, tokoh legendaris dalam sejarah Sunda dan Mayang Sunda, permaisuri keduanya. Sebelum menjadi raja, Surawisesa telah mendapat kepercayaan besar dengan ditugaskan memimpin Sunda Kalapa, pelabuhan utama yang kini dikenal sebagai Jakarta.

Ketika Prabu Siliwangi wafat pada tahun 1521, Surawisesa diangkat menjadi raja Pajajaran. Namun, masa pemerintahannya tidak dimulai dalam suasana damai. Kekuasaan Pajajaran mulai terdesak oleh pengaruh Islam dari arah timur melalui Kesultanan Cirebon dan Demak. 

Di sisi lain, bangsa Portugis yang telah lama mengincar jalur perdagangan rempah-rempah juga mulai menampakkan ambisinya di wilayah pesisir barat Jawa.

Kepemimpinan di Tengah Badai: Perang dan Keteguhan Hati

Sepanjang 14 tahun pemerintahannya, Prabu Surawisesa tercatat melakukan 15 kali pertempuran untuk mempertahankan eksistensi Pajajaran. Catatan ini menunjukkan betapa besar tekanan yang ia hadapi, sekaligus keberanian dan keteguhannya sebagai pemimpin. 

Dalam naskah kuno Carita Parahyangan, ia digambarkan dengan tiga kata kunci: kasuran (berani), kadiran (perkasa), dan kuwanen (pemberani).

Namun, perjuangan Surawisesa tidak hanya melawan kekuatan luar. Di dalam kerajaannya sendiri, mulai terjadi fragmentasi kekuasaan. Beberapa daerah taklukan Pajajaran secara perlahan melepaskan diri dan memilih masuk ke dalam lingkaran pengaruh kerajaan Islam yang tumbuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun