Dalam keseharian masyarakat Jepang, menjaga keharmonisan sosial adalah sesuatu yang sangat dijunjung tinggi. Salah satu konsep kunci yang mendukung terciptanya keharmonisan ini adalah tatemae. Secara sederhana, tatemae adalah sikap atau perilaku yang ditampilkan seseorang di depan umum, yang bisa jadi berbeda dari perasaan atau pendapat pribadinya yang sesungguhnya, yang dalam bahasa Jepang disebut honne.
Konsep ini bukan berarti kepura-puraan, melainkan bentuk adaptasi sosial yang bertujuan untuk menjaga hubungan tetap baik, menghindari konflik, dan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi semua pihak. Tatemae sudah menjadi bagian dari budaya komunikasi orang Jepang, baik dalam lingkungan sosial, profesional, maupun dalam hubungan pribadi.
Namun, seiring berjalannya waktu, terutama di era modern yang serba terbuka seperti sekarang, banyak yang bertanya: apakah tatemae masih relevan? Apakah konsep ini membantu atau justru membebani? Mari kita telusuri lebih dalam.
Apa Itu Tatemae?
Tatemae (建前) secara harfiah berarti “fasad” atau “wajah depan”. Dalam kehidupan sehari-hari, tatemae adalah ekspresi luar yang ditunjukkan seseorang dalam interaksi sosial. Hal ini mencerminkan keinginan untuk bertindak sesuai harapan masyarakat, menghargai orang lain, dan menjaga sopan santun.
Sebaliknya, terdapat istilah honne (本音) yang berarti “suara hati” atau “perasaan sebenarnya”. Ini adalah apa yang benar-benar dirasakan atau dipikirkan seseorang, yang biasanya hanya diungkapkan kepada orang-orang terdekat atau dalam situasi yang sangat pribadi.
Tatemae dan honne bukan berarti seseorang bersikap tidak jujur. Ini adalah dua sisi dari satu koin yang mencerminkan bagaimana orang Jepang berusaha menjaga hubungan antarindividu agar tetap harmonis dan tidak menyinggung perasaan orang lain.
Tatemae dalam Kehidupan Sehari-hari di Jepang
Kita dapat metemukan Tatamae di berbagai situasi dalam kehidupan masyarakat Jepang. Berikut adalah beberapa contohnya:
1. Komunikasi Sosial
Masyarakat Jepang sangat menghindari konfrontasi langsung, kita dapat melihatnya dalam percakapan sehari-hari,. Sebagai contoh, saat seseorang tidak setuju dengan pendapat orang lain, mereka cenderung merespons dengan kata-kata seperti “itu menarik” atau “itu bisa jadi pilihan yang baik”, walaupun dalam hati mereka tidak sepenuhnya setuju. Ini adalah bentuk tatemae yang berfungsi untuk menjaga suasana tetap sopan dan tidak canggung.
2. Budaya Kerja