Penemuan arkeologi sering kali mengubah pemahaman kita tentang sejarah manusia. Salah satu temuan terbaru yang menarik perhatian adalah penemuan alat batu berusia sekitar 40.000 tahun di Filipina oleh tim peneliti dari Universitas Ateneo de Manila.Â
Penemuan ini memberikan bukti nyata bahwa masyarakat prasejarah di Asia Tenggara memiliki keterampilan maritim yang sangat maju. Mereka menunjukkan kemampuan navigasi, pembuatan perahu, serta pemanfaatan sumber daya alam secara efektif.
Penelitian ini tidak hanya mengungkap kecanggihan teknologi masyarakat kuno, tetapi juga memberikan wawasan baru mengenai bagaimana manusia prasejarah beradaptasi dengan lingkungan mereka.Â
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi penemuan ini lebih dalam, implikasinya terhadap ilmu pengetahuan, dan bagaimana teknologi tersebut digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat prasejarah di Asia Tenggara.
Penemuan Alat Batu Berusia 40.000 Tahun
Tim arkeolog dari Universitas Ateneo de Manila, yang dipimpin oleh Riczar Fuentes dan Alfred Pawlik, menemukan alat-alat batu ini di beberapa situs arkeologi di Filipina, terutama di Pulau Mindanao. Pulau ini merupakan salah satu pulau terbesar di Filipina dan memiliki sejarah panjang dalam perkembangan budaya prasejarah.
Alat-alat batu yang ditemukan menunjukkan tanda-tanda penggunaan untuk memproses tumbuhan guna membuat tali, jaring, dan pengikat. Hal ini sangat penting dalam teknologi maritim karena memungkinkan mereka untuk mengembangkan sistem perikanan dan navigasi yang lebih efektif.Â
Selain itu, penelitian ini mengungkap bahwa masyarakat prasejarah sudah memiliki metode pengolahan sumber daya alam yang lebih maju dibandingkan dengan yang diperkirakan sebelumnya.
Bukti Kecanggihan Teknologi
Analisis mikroskopis terhadap alat-alat batu tersebut menunjukkan adanya jejak pemrosesan serat tumbuhan. Ini menandakan bahwa mereka telah mengembangkan teknik yang canggih untuk membuat tali dan jaring yang digunakan dalam menangkap ikan di laut terbuka.
Penemuan sisa-sisa ikan laut dalam seperti tuna dan hiu di situs arkeologi memberikan indikasi kuat bahwa masyarakat prasejarah di wilayah ini telah mampu menangkap ikan di perairan dalam.Â