Mohon tunggu...
Eswe Andrisias
Eswe Andrisias Mohon Tunggu... -

Karawang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kepala BNN Imbau Pengusaha Bantu Merehabilitasi Pecandu Narkoba

20 Februari 2013   05:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:01 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13613381031570569827

[caption id="attachment_237525" align="aligncenter" width="600" caption="Kepala BNN Komjen Pol Anang Iskandar bersama Ibu saat berkunjung ke Tambling"][/caption] TAMBLING - Upaya rehabilitasi sekitar 4 juta pecandu narkoba di Indonesia perlu keterlibatan pengusaha nasional.Saat ini, kapasitas lokasi BNN untuk merehabilitasipara pecandu narkobahanya sekitar 2.000 orang.

"Kami mengimbau para orang kaya dengan totalaset Rp 5 trilliun ke atas untuk menyediakan tempat rehabilitasi para korban narkoba,"kata Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol. Anang Iskandar saat meninjauTambling Wildlife Natur Conservation (TWNC), Lampung, Sabtu (16/2) pekan lau.Sudah tiga periode BNN menitipkanpara korban narkobamenjalani pemulihan pasca-rehab di TWNC, masing-masing sekitar 30 orang dengan lama tiga bulan hingga satu tahun.

Kondisi tempat tinggal yang alamidan asri sangat membantu percepatan pemulihan kesehatanpara pecandu narkoba. Anang menuturkan pengalamannya tahun 2010 saat mengunjungi pusat pasca-rehab penderita narkoba di Sancta Vicana, Italia. Di lokasi yang dikelola oleh orang kaya Italia itu, para penderita ketergantungan obat terlarang itu diajari bercocok tanam, mengelola kebun anggur, ternak,restoran, dan sebagainya.Cara itu terbukti sangat efektif dalam mempercepat pemulihan fisik dan mental para penderita narkoba.

Pada Desember 2012,Direktur Eksekutif Badan Narkotika dan Kejahatan Internasional (United Nation on Drug and Crime --UNDC)Yuri Vedetov mengunjungi TWCN dan para korban narkoba yang menjalani latihan pasca-rehab di lokasi konservasi hutan ini.Yuri, kata Anang, menilai Kawasan Konservasi Hutan di Tambling sangat cocok untuk pemulihan kesehatan para pecandu narkoba yang sudah menyelesaikan program rehabilitasi.

Anang dan para petinggi BNN dijadwalkan menghadiri Sidang ke-56 UNDC di Wina, 10 Maret 2013.Pendiri Artha Graha Peduli dan PT Adhiniaga Kreasi Nusa, pengelola TWNC, Tommy Winata juga diundang untuk menjelaskan kondisi Tambling pada sidang tahunan itu. UNDC menyarankan semua negara dengan korban narkotika dalam jumlah besar untuk menyediakan lokasi pemulihan pasca rehab yang alamiah dan asri seperti Tambling.

Keterlibatan para pengusaha kaya yang memiliki kepedulian terhadap masa depan anak bangsa sangat penting untuk memberantas narkoba. Karenaanggaran BNN sangat terbatas. Kapasitas pusat rehabilitasi di Lido, Sukabumi dan Kepulauan Seribu hanya sekitar 2.000 orang. Sedang penderita mencapai 4juta orang lebih.

Setelah menjalani proses rehabilitasi di Lido, demikian Anang, para pecandu membutuhkan perawatan pasca-rehab agar mereka benar-benar bersih dari pengaruh narkoba.Kawasan konservasi hutan yang jauh dari keramaian seperti TWNC sangat ideal bagi penderita.Indonesia kini memiliki banyak kawasan hutan konservasi yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau-pulau laiinnya. Jika ada partisipasi dari para pengusaha untuk mengelola hutan konservasi, perawatan penderita narkoba pasca-rehab tidakmasalah.

Tomy mengatakan, pihaknya bersedia menyerahkan setiap pengusaha yang peduli terhadap pemberantasan narkoba dan peduli lingkungan masing-masing 50 ha.Berbagai survei menunjukkan, proses pemulihan para penderita narkoba pasca-rehab berjalan sangat cepat jika mereka berada di kawasan yang alamiah dan asri seperti di Tambling.

Kegiatan mengelola tanah, bertani, dan berternak mempercepat proses pemulihan. Itu sebabnya, BNN bekerjasama dengan Artha Graha Peduli untuk memulihkan kesehatan para korban narkoba pasca-rehab diTWNC."Semakin banyak pengusaha yang terlibat, semakin baik bagi percepatan pemberantasan narkoba," ujar Anang Iskandar.

Peduli Lingkungan

Kawasan hutan yang dikelola TWNC saat ini seluas 45.000 ha. Ditambah 15.000 ha kawasan pantai, total wilayah konservasi mencapai 60.000 ha. Tomy menjelaskan, pihaknya tergerak untuk mengelola kawasan ini semata-mata karena kepedulian terhadap lingkungan.

"Indonesia dan dunia membutuhkan udara segar dan oksigen untuk mengurangipemanasan global dan perubahan iklim yang ekstrem,"ujar Tomy. Setiap bulan,pihaknya menghabiskan sedikitnya Rp 1,5 miliar untuk menutup semua biaya pengelolaan lokasi konservasi. Terhitung sejak awal beroperasihingga saat ini, total biaya yang sudah dikeluarkan sekitar US$ 25 juta.

Saat ini, kawasan konservasi hutan itu juga menjadi kawasan penyelamatan hewan langka, antara lain harimau Sumatera. Adadelapan harimau yang masih dipelihara di kandang dan sedikitnya 20 ekor yang hidup di alam.Sampai saat ini, makanan harimau masih berlimpah. Rusa,kerbau, dan babi hutan, masing-masing berjumlah ratusan ekor

Hutan yang lebat terbukti mengundang banyak satwa liar.Burung yang menghuni kawasan Tambling, misalnya, sudah mencapai 332 jenis dan menjadi objek studi para ahli dan mahasiswa. Kegiatan konservasi di TWNCdi pantai dan laut meningkatkan jumlah biota laut seperti penyu dan lobster. Terumbu karang yang mati kembali tumbuh.

Dilengkapi bandara dan pelabuhan yang bagus, TWNC sangat ideal bagi tujuanwisata alam. Untuk mendapatkan hutan yang lebat, melihat aneka binatang dan satwa liar,serta menghirup udara bersih, warga Jakarta tak perlu jauh-jauh ke Kalimantan atau Papua, apalagi ke luar negeri. Hanya dengan penerbangan satu setengah jam pesawat carter berpenumpag20 orang dari Bandara Halim Perdana Kusumah, wisatawan bisa menikmati panorama dan keasrian Tambling.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun