Antara Rasa Terimakasih Masyarakat dan Keberhasilan Program Pemerintah, Alasan di balik Pemeberian Gelar Adat Riau ke Presiden Jokowi
Presiden Joko Widodo mendapat penghargaan gelar adat Datuk Seri Setia Amanah Negara dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Sabtu (15/12/2018). Gelar itu tak lepas dari sejumlah capaian pemerintahan Jokowi selama empat tahun ini.
Adapun gelar yang diterima Jokowi itu berarti seorang pimpinan puncak yang bercahaya cemerlang, taat setia secara penuh dalam menunaikan amanah negara yang dibebankan kepadanya. Bak pohon besar melindungi dan mengayomi, yang bak padi dan kapas menyejahterakan.
Lantas, apa saja yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi hingga berdampak secara langsung terhadap masyarakat Riau?
Terdapat beberapa alasan gelar tersebut diberikan kepada Jokowi. Pertama, keberhasilan pemerintah dalam mengatasi asap di kawasan Riau, yang tiga tahun terakhir tidak muncul lagi.
Seperti diketahui, luas area kebakaran hutan dan lahan serta jumlah titik panas (hotspot) di Indonesia mengalami penurunan drastis dalam kurun waktu 2015-2018. Jumlah hotspot mengalami penurunan sekitar 88,5% dari 70.971 titik pada 2015 menjadi 8.163 titik pada 2018.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat pada 2015 total area yang mengalami kebakaran hutan dan lahan mencapai lebih dari 2,611 juta hektare (ha). Angka tersebut menurun sebesar 92,5% menjadi 194,757 ha pada 2018.
Riau, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara termasuk provinsi-provinsi prioritas di Pulau Sumatera untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan.
Dengan menurunnya angka kebakaran hutan dan titik panas tersebut, masyarakat kini tak lagi menghirup asap dan merasakan mata perih akibat kebakaran hutan. Ini yang disyukuri oleh masyarakat di Riau.
Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, ada 4 hal yang berperan penting dalam upaya penurunan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Salah satunya adalah pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam upaya mencegah terjadinya atau melebarkan kebakaran. Fokus penanganan sekarang terletak pada pencegahan, dibandingkan pada pemadaman.
Selain itu, ada sejumlah instrumen seperti perbaikan konsep, pemanfaatan teknologi, dan kepemimpinan. Adapun instrumen terakhir adalah penegakan hukum.