Mohon tunggu...
andri muhammad
andri muhammad Mohon Tunggu... serikat pekerja seluruh indonesia -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

terserah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Fitnah dan Sabar, Batu Uji Spiritualitas Jokowi

14 Desember 2018   21:26 Diperbarui: 14 Desember 2018   21:44 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: breakingnews.co.id

Pada September 2017 lalu, Saiful Mujani Research Consultant (SMRC) menggelar survei terkait isu kebangkitan PKI. Hasilnya sekitar 5,1% masyarakat Indonesia yang percaya Jokowi PKI.

Jumlah tersebut memang terkesan kecil bila dibandingkan masyarakat yang tidak percaya, dimana jumlahnya mencapai 75,1%. Namun prosentase 5,1% itu tak bisa dibilang remeh bila dibandingkan dengan total masyarakat Indonesia berjumlah 262 juta jiwa pada 2017. Artinya terdapat 13 juta orang yang percaya Jokowi PKI.

Kemudian, survei Indikator Politik Indonesia pada September 2017 juga menunjukkan bahwa sekitar 6% masyarakat percaya Joko Widodo anti-Islam, meski mayoritas sebesar 67% menyebut Jokowi membela Islam dan 27% menyebutkan tidak mengetahuinya.

Ketika ada pertanyaan tentang apakah Jokowi dianggap memusuhi ulama, ada 5% yang menyatakan setuju, 66% tidak setuju, sementara 9% sangat tidak setuju. Dari survei tersebut bisa disimpulkan terdapat 15 juta orang yang percaya Jokowi anti-Islam, dan 13 juta orang yang percaya Jokowi memusuhi ulama.

Jutaan orang yang percaya Jokowi PKI, anti-Islam, dan memusuhi ulama seperti di atas bukan datang dengan sendirinya. Kepercayaan itu muncul karena adanya informasi hoaks yang bertendensi fitnah disebarkan terus menerus.

Awal mulanya adalah melalui operasi tabloid 'Obor Rakyat' pada masa Pemilu 2014 lalu, dan berlanjut ke media sosial hingga sekarang. Terkait klaim bahwa fitnah itu hasil mobilisasi kekuatan politik tertentu, juga pernah diuraikan oleh hasil riset SMRC pada riset yang sama.

Belakangan, La Nyalla Mattalitti sebagai salah satu orang yang berkontribusi pada penyebaran fitnah terhadap Jokowi juga sudah mengakui. Ia pun insyaf dan meminta maaf ke Presiden Jokowi atas perbuatannya di masa lalu.  

Uniknya, meskki diterpa fitnah yang bertubi-tubi seperti itu, Jokowi diam. Dia tak bergeming dengan tetap bekerja seperti biasanya saja. Jokowi juga tak menunjukkan 'gesture' akan membalas dengan lebih kejam kepada para penyebaar fitnah tersebut.

Namun apakah sebagai pribadi Jokowi tak kesal? Tentu saja, sebagai manusia biasa dia pasti menyimpan rasa kecewa mendalam. Dirinya yang sejak kecil lahir Islam ternyata difitnah anti-Islam, bahkan memusuhi ulama. Siapa yang tak kesal, bukan?

Lantas, mengapa Jokowi masih tetap bertahan hingga saat ini? Mungkin jawabannya karena soal spiritualitas. Ya, spiritualitas.

Sikap sabar Jokowi bukan karena dirinya kuat secara fisik. Melainkan karena dada yang lapang dan kepribadian yang matang. Ia terlihat mengalihkan kekecewaannya itu pada ranah kerja, sehingga dia tak lagi sibuk membalasi fitnah-fitnah yang datang kepadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun