Mohon tunggu...
Andri
Andri Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia biasa

orang ngawur yang tak kunjung benar | laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menghadap Kiblat

20 November 2015   13:45 Diperbarui: 20 November 2015   13:45 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Urusan kiblat memang urusan yang penting. Apalagi, bagi umat islam khususnya. Dalam melakukan ibadah, kiblatnya harus menghadap ka’bah. Tidak boleh menghadap ke istana, apalagi monas.

            Tetapi, jika mau dipikir-pikir lagi, rasanya tidak ada orang yang salat menghadap kiblat—kecuali yang ada di Masjidil Haram. Umpanya jika kita salat di masjid, tentu yang ada di depan imam adalah tembok. Dan yang ada di depan makmum adalah imam, atau orang lain yang juga jadi makmum. Yang penting, menghadap ke arah barat. Sekadar urusan administratif. Karena kiblat yang sesungguhnya ada di hati masing-masing.

            Bahkan saking pentingnya urusan kiblat ini, tak sedikit yang menghabiskan waktu untuk berdebat hanya karena perkara benar atau tidak menghadap kiblat. Seperti yang sudah dikatakan tadi, apakah ada orang yang benar-benar menghadap kiblat?

            Entah karena tingkat kepedulian sosial kita yang tinggi, sehingga kita kerap sekali menegangkan hal-hal yang tak seharusnya tegang. Dan terlihat santai pada hal-hal yang mesti ditegangkan.

            Kita mudah sekali tegang pada urusan-urusan kiblat, bagaimana gerak telunjuk saat duduk tahiyat, boleh atau tidak melakukan tahlil, bahkan tak sedikit pula yang memperdebatkan doa sampai atau tidak.

            Entah karena tingkat kepekaan yang tinggi umat islam terhadap syari’at, atau memang tak punya pengetahuan lain untuk diperdebatkan. Sejak dulu hingga sekarang, rasanya waktu kita habis untuk mengurusi hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dibawa “tegang-tegang amat”.

            Mungkin, itu juga karena kita sudah sama-sama tahu bahwa urusan kiblat, salat, ibadah muamalah, hingga urusan doa, itu sudah sangat jelas urusannya adalah urusan agama. Tetapi, agama islam adalah agama yang mencakup segala hal bukan?

            Jika urusannya sudah syari’at, kita mudah sekali ngotot. Tetapi, kalau urusan pembangunan kita sama sekali terkesan acuh. Seperti ada mindset, “Jika salat, kiblat ya harus ke ka’bah. Tapi kalau urusan pembangunan, boleh ke Amerika, Cina, Rusia, Saudi Arabia, Australia, hingga tetangga Malaysia”.

            Padahal, maksud dari kiblat adalah tubuh kita menghadap porosnya bumi. Jiwa kita menghadap Sang Ilahi. Dan jika pembangunan tidak untuk menuju Tuhan, ya jadinya seperti yang sekarang Indonesia alami ini.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun