Mohon tunggu...
Andrias Bukaleng Legenda Mualaf
Andrias Bukaleng Legenda Mualaf Mohon Tunggu... -

Aku ini buta-tuli,bodoh-lumpuh-maka selalu mengharap ridhoNya agar Allah al jamal memakaikan pakaian kebesaranNya.dan sentiasa mengambil ilmu dari semua mkhluk Allah di alam manapun.maklum sudah 25 tahun Allah memilih saya sebagai hambahNya alias mualaf ,namun kelanaku di dunia pendidikan khususnya pesantren, makin mengglorakan nafsuku untuk larut dalam kalam-dan ilmunya Allah. diriku berasal dari distrik duma , sebuah tempat yang sangat terisolir dan hampir tiada kehidupan, walaupun distrik ini dekat dengan perusahan PT.Freeport. dengan kondisi itu kadang aku berfikir dan bertanya, apa merdeka itu dan benarkah Indonesia sudah merdeka... kata merdeka nyanyian kesunyian bagi masyarakat distrik dumaFollow me all. https://www.blogger.com/follow-blog.g?blogID=2033693470239664721

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tahapan Manusia Hadir di Alam Insan

20 November 2014   23:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:17 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

1. E. Nafs
Di dalam Al-Qur’an kata Nafs beserta segala
bentuknya diulang sebanyak 313 kali sedangkan
kata nafs yang berdiri sendiri disebutkan
sebanyak 72 kali.
Secara bahasa kata nafs berasal dari kata nafasa
yang berarti bernafas, artinya nafas keluar dari
rongga, namun seiring perkembangan zaman kata
nafs ini sering kali diartikan sebagai melahirkan,
bernafas, jiwa, ruh, darah, manusia, diri dan
hakikat. meskipun memiliki beragam arti namun
tidak menghilangkan makna arti aslinya. Misalnya
ungkapan seseorang digambarkan dengan
ungkapan bahwa Allah menghilangkan kesulitan
dari seseorang digambarkan dengan ungkapan
naffasa Allah kurbatahu , karena kesulitan
seseorang itu hilang bagaikan embusan nafasnya.
Kata an-nafs juga diartikan darah dengan
argumentasi bahwa apabila darah sudah tidak
beredar lagi di badan dengan sendirinya
nafasnnya hilang. Demikian juga ketika nafas
diartikan sebagai jiwa atau ruh, itu dikarenakan
bila jiwa sebagai daya penggerak hilang dengan
sendirinya nafas juga hilang.
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an kata nafs atau anfus
menunjukan bermacam-macam pengertian,
diantaranya:

1. Hati, yaitu salah satu komponen terpenting
di dalam diri manusia sebagai day
penggerak emosi dan rasa, seperti di dalam
Qs. Al-isra: 25 Rubbukum a’lamu bima fi
nufusikum (Tuhanmu lebih mengeahui apa
yang ada di dalam hatimu).

2. Jenis atau species , dalam QS At-Taubah:
128 laqad ja’akum rasulun min anfusikum
(sesungguhnya telah datang kepadamu
seorang rasul dari kalanganmu sendiri).

3. Nafsu,
Secara umum kata nafs jika dikaitkan dengan
pembahasan manusia, ia lebih menunjukan
kepada sisi dalam manusia yang berpotensi baik
dan buruk. Terdapat beberapa perbedaan
pandangan mengenai nafs menurut Al-Qur’an dan
terminologi Sufi.Menurut Al-Qusyairi di dalam
risalahnya menyatakan bahwa nafs dalam
pengertian kaum Sufi adalah sesuatu yang
melahirkann sifat tercela dan prilaku buruk. Selain
hal ini mengenai nafs diperoleh isyarat lain
bahwasannya nafs merupakan wadah, firman
Allah Qs. A-Rad: 11 yang mengatakan bahwa
(Allah tiddak mengubah nasib suatu kaum sampai
mereka mengubah apa yang terdapat di dalam
diri mereka). Maksudnya yaitu apa yang ada di
dalam nafs di dalm konteks ayat ini, adalah ide
dan kemauan yang sangat keras.

1. F. Fu’ad
Kata fu’ad berasal dari kata fa’aa yang berarti
mengenai atau menimpa karena panas yang
membakar. Sering kali kata fu’ad digunakan
untuk menyebut “hati” dari makhluk hidup,
pengertian kata fu’ad yang seperti ini dikaitkan
dengan kata tafa’ud yang berarti ‘menyala’ atau
“bergelora” kenapa demikian, dikarenakan panas
merupakan sumber energi yang dapat
memberikan perasaan segar dan dapat pula
menghanguskan benda-benda lain di sekitarnya.
Begitu pula mengenai hati manusia bisa
membangkitkan semangat dan bisa pula
melemahkannya.
Kata fu’ad di dalam al-Qur’an disebutkan
sebanyak lima kali yakni di dalam Qs. Al-Isra :
37, Qs. Al-Qashash: 10, Qs. An-Najm: 11, Qs. Al-
Furqan: 32, Qs. Al-Hud: 120. Di dalam beberapa
surah seperti Qs. Al-Isra: 36, Qs An-Nahl: 78
penyebutan kata fu’ad sering kali diiringi dengan
penyebutan kata as-sama, al-bashar atau al-
abshar , itu menunjukan begitu erat kaitannya
antara hati manusia dengan pendengaran serta
penglihatan mereka sehingga apa yang didengar
dan dilihat dapat mempengaruhi gelora hatinya.
[8]

1. G. Qalb
Kata qalb bermakna membalik karena qalb itu
berpotensi untuk tidak konsisten, maka sering kali
ia berbolak-balik, sekali senang sekali susah.
Dalam Al-Qur’an juga menggambarkan qalb
sepertin itu, sesuai dengan firman Allah Swt Qs.
Qaf :37:
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat peringatan bagi orang orang yang
mempunyai akal atau yang menggunakan
pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.
Qs. Ali Imran : 151
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang
kafir rasa takut, disebabkan mereka
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang
Allah sendiri tidak menurunkan keterangan
tentang itu.Tempat kembali mereka ialah neraka;
dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-
orang yang zalim.
Berdasarkan ayat-ayat di atas menjelaskan
bahwa kalbu merupakan suatu wadah dari
pengajaran, kasih saying, takut dan keimanan,
sehingga bisa diartikan kalbu itu mampu
menampung hal-hal yang disadari oleh pemilikya.
Perbedaan mengenai kalbu dan nafs yakni kalau
nafs itu menampung apa yang berada di bawah
sadar atau sesuatu yang tidak dinginkan,
sedangkan kalbu ia menampung sesuatu yang
disadari oleh pemiliknya. Dari sini dapat dipahami
mengapa yang dituntut untuk
dipertanggungjawabkan hanya isi kalbu bukan isi
nafs.
Qs. Al-Baqarah: 225
Allah tidak menghukum kamu disebabkan
sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk
bersumpah), tetapi Allah menghukum kamu
disebabkan (sumpahmu) yang disengaja (untuk
bersumpah) oleh hatimu.Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyantun.
Qs. Al-Isra: 25
Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam
hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, maka
sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-
orang yang bertaubat.
Dalam beberapa ayat, kata qalb yang merupakan
wadah itu terkadang difahami sebagai alat seperti
dalam firman-Nya:
Mereka mempunyai kalbu tetapi tidak digunakan
untuk memahami (Qs. AL-A’raf: 179).
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka
Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia,
mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.Mereka
itulah orang-orang yang lalai.

1. H. Aql
Mengenai kata aql yang bersifat individual tidak
ditemukan dalam al-qur’an, yang ada hanya
bentuk kata kerjanya, masa kini dan lampau
saja.Dalam segi bahasa pada mulanya berarti tali
pengikat, penghalang, dalam Al-Qur’an kata aql
digunakan bagi sesuatu yang mengikat atau
menghalangi seseorang terjerumusdalam
kesalahan dan dosa. Yang dimaksud sesuatu itu
Al-Qur’an tidak menjelaskannya seca eksplisit,
namun dari konteks ayat-ayat yang
menggunakan akar kata aql dapat dipahami
sebagai berikut:

1. Daya untuk memahami dan
menggambarkan sesuatu
Qs.Al-Ankabut: 43
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat
untuk manusia; dan tiada yang memahaminya
kecuali orang-orang yang berilmu

1. Dorongan moral
Qs. Al-An’am: 151
Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang
diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu
dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua
orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh
anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami
akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak
di antaranya maupun yang tersembunyi, dan
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar [518] “. Demikian itu yang
diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami
(nya).

1. Daya untuk mengambil pelajaran dan
kesimpulan serta hikmah.
Qs. Al-Mulk: 10
Dan mereka berkata: “Sekiranya kami
mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu)
niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-
penghuni neraka yang menyala-nyala”.

1. I. Konsep Bani Adam ( ﺑﻨﻰ ﺃﺩﻡ )
Manusia sebagai Bani Adam, termaktub di tujuh
tempat dalam al-Qur’an. Dalam konteks ayat-
ayat yang mengandung konsep Bani Adam,
manusia diingatkan agar tidak tergoda oleh
Syaitan sebagai mana dalam (QS.Al-A’raf:
26-27), seperti pencegahan dari berlebih-lebihan
baik itu makan dan minum dan tata cara yang
berpakaian yang pantas saat beribadah (QS.Al-
A’raf: 31), bertaqwa dan mengadakan perbaikan
( QS. Al-A’raf: 35). Bani Adam dalam (QS: Al-
A’raf: 172), menjelaskan tentang kesaksian
manusia terhadap Tuhannya , dan terakhir
peringatan agar manusia tidak terpedaya hingga
menyembah setan, dengan mewanti-wanti
manusia mengenai status setan sebagai musuh
yang nyata yang tertera (QS. Yasin: 60).
Penjelasan ayat-ayat diatas mengisyaratkan
bahwa, manusia selaku Bani Adam dikaitkan
dengan gambaran peran Adam as. aat awal
diciptakan para malaikat seakan menghawatirkan
kehadiran makhluk ini. Mereka memperkirakan
dengan penciptaanya, manusia akan menjadi
biang kerusakan dan pertumpahan darah.
Kemudian terbukti bahwa Adam As. dan istrinya
Siti Hawa karena kekeliruan akhirnya terjebak
oleh hasutan setan hingga oleh Allah, Keduanya
dikeluarkan dari surge dsebagi hukuman atas
kelalaian yang mereka perbuat. sebagaimana
dikisahkan dalam (QS. Al-Baqarah: 35-36).
Tampaknya manusia selaku Bani Adam memang
termasuk makhluk bermasalah. memiliki peluang
untuk digoda setan.
Dalam penjelasan Al-Gharib al-ishfahany, bani
berarti keturunan (dari darah daging ) yang
dilahirkan ( Al-Ishfahani.tt 20-21). Menurut
penafsir RI mengartikannya segagai “Umat
manusia”(panitia penafsir, 1971: 224,) catatan
kaki No 530).
Jadi “Khalifah” untuk itu selalu diperingatkan oleh
Allah agar manusia selalu waspada dan sebagai
preventif (peringatan dini) bagi dirinya. Selain Itu
Bani Adam, dalam bentuk menyeluruh mengacuh
kepada penghormatan kepada nilai-nilai
kemanusiaan. meskipun dari berbagai latar
belakang sosio-kultural, agama, bangsa dan
bahasanya harus dihargai dan dimuliakan.Dan
pada hakekatnya kita adalah bersaudara dari
nenek moyang sama. Yaitu Nabi Adam as.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun