Sikap kita adalah berdiri kokoh dalam posisi kebenaran Firman Tuhan dan siap untuk mempertanggungjawabkannya. Sikap diam  adalah dosa karena Firman Tuhan mengajarkan bahwa setiap orang kristen harus selalu siap sedia mempertanggungjawabkan imannya (band.  1 Petrus 3:15).Â
Lalu bagaimana dengan kebanyakan sikap orang kristen masa kini yang alergi dengan debat?
Jawabannya ada berbagai kemungkinan.Â
Kemungkinan pertama, karena mereka memiliki pemahaman yang negatif mengenai debat. Mereka tidak bisa membedakan antara debat sehat dan debat kusir.Â
Kemungkinan kedua, mereka mungkin memiliki pemahaman yang keliru mengenai "Iman Kristen". Mereka menganggap iman itu suatu hal yang tidak rasional. Menurut mereka iman itu hanya urusan perasaan bukan pengetahuan. Biasanya orang-orang ini juga menolak Doktrin Gereja. Mereka lebih senang hal-hal praktis dan pengalaman spiritual pribadi, tapi mereka lupa bahwa menolak doktrin atau pengajaran juga merupakan suatu posisi Doktrin/ajaran tertentu yaitu misalnya doktrin pragmatisme atau New Age Movement sehingga dalam hal ini mereka tidak konsisten.Â
Kalau mereka adalah orang-orang berintelektual maka kemungkinan lain mereka adalah penganut Filsafat Eksistensialisme yang hanya menekankan keberadaan/pengalaman subyektif Yesus secara pribadi daripada pengajaran Alkitab. Tapi bagaimana mereka mengetahui mengenai Yesus secara pribadi kalau mereka tidak membaca Alkitab dan mendapatkan pengajaran doktrin darinya? Seperti dikatakan oleh seorang Teolog Calvinis, Ronald Nash, bahwa perjumpaan pribadi dengan Yesus tidak pernah dalam kevakuman kognitif.Â
Rasul Paulus dalam 2 Timotius 1:12 menyatakan bahwa dia mengetahui kepada siapa dia percaya. Bandingkan 2 Timotius 1:13, "Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan."Â
Artinya berdasarkan 2 Timotius 1:12, kita diajarkan bahwa iman itu bukan hal yang non kognitif atau irasional. Pengetahuan dan pengenalan mengenai Tuhan merupakan prakondisi dari Iman. Kita mengetahui dan mengenal siapa itu Yesus baru kita mempercayaiNya maka pengajaran mengenaiNya adalah penting.Â
Pertanggungjawaban mengenai kebenaranNya adalah sama penting dengan pengetahuan tentangNya. Kita mengetahui dan kita mempertanggungjawabkan secara intelektual agar orang lain yang belum mengetahui bisa mengetahuiNya dan agar orang kristen lain yang lemah pemahamannya tidak mudah diombang- ambingkan oleh pengajaran yang menyimpang dari Alkitab. Mungkin pengajaran itu berlabel krsten tapi isinya jauh dari Alkitab.Â
Mempertanggungjawabkan Iman adalah tanggungjawab kenabian, dan tanggungjawab seluruh orang Kristen menurut talenta dan kemampuan kita masing-masing. Yang bisa berapologetika, bisa melalui cara berdebat. Sedangkan yang hanya bisa berkhotbah dan mengajar bisa melalui khotbah dan pengajaran.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI