Terlepas dari itu semua, dari insiden mengerikan ini patutnya kita bisa belajar untuk tidak melakukan tidakan berlebihan. Entah siapa yang salah, polisi atau suporter.
Dari sisi suporter, alangkah lebih baik jika lebih diturunkan egonya, tentu kita tau bahwa para suporter sangat menjunjung tinggi tim kesayangannya, tidak ingin tim yang didukung bermain buruk dan kalah, namun untuk menyampaikan kekecewaan mungkin tidak perlu seperti di Stadion Kanjuruhan Malang kemarin dengan melompati pagar, berhamburan mencari pemain dan manajemen klub.
Setiap permainan tentu ada pihak yang menang dan kalah, kita sebagai pendukung harus siap menerima keduanya, jangan sampai amarah sesaat ditukar dengan kehilangan nyawa.
Polisi sebagai pasukan pengaman pun alangkah lebih baik tidak melakukan perlawanan dengan cara bertengkar dengan suporter, hal tersebut jelas memancing kemarahan suporter lain, dan juga perihal penggunaan gas air mata, dimana FIFA sudah melarang penggunaan gas air mata ini dalam mengamankan suatu acara atau pagelaran. Tentu hal ini masih dipertanyakan dan harus diusut tuntas.
Semoga para korban dan keluarga yang ditinggalkan di beri kesabaran dan ketabahan oleh Tuhan yang Ma