Mohon tunggu...
Mohamad Iqbal Konili
Mohamad Iqbal Konili Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kamu adalah orang yang selalu lapar akan pengalaman baru dan tak pernah ragu untuk menjelajahi hal-hal yang belum pernah dicoba sebelumnya. Passionmu dalam mengeksplorasi segala hal membuatmu begitu menarik dan penuh semangat dalam menyambut setiap peluang yang datang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Konseling Keluarga dalam Mewujudkan Hubungan Keluarga yang Sehat

23 Mei 2024   08:52 Diperbarui: 23 Mei 2024   08:58 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Murhimah Kau, Firawati Ibrahim, Siti Rahmatiya Hakim, Dimas Virgiawan

Keluarga pada dasarnya adalah sebuah kelompok yang berupaya menciptakan keintiman melalui berbagai bentuk perilaku, sehingga timbul rasa memiliki (identitas) berupa ikatan emosional, pengalaman bersama, atau cita-cita yang serupa. Pengertian ini menegaskan bahwa keluarga harus mampu menjalankan fungsinya dengan baik untuk mencegah berbagai masalah yang sering muncul dalam keluarga (Ulfiah, 2016).

Keluarga inti biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak, serta bisa mencakup saudara yang tinggal dalam satu rumah, membentuk struktur inti dan batih. Semua unsur dalam keluarga tersebut memiliki fungsi yang saling mendukung keberadaan dan kebahagiaan satu sama lain. Hubungan suami-istri yang sehat dan harmonis dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan fisik seluruh anggota keluarga, terutama ibu rumah tangga yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan keluarga.

Pasangan yang memiliki hubungan yang baik cenderung lebih mampu memberikan dukungan sosial dan emosional satu sama lain, serta lebih mampu menangani stres dan konflik dalam hubungan mereka dengan cara yang sehat dan konstruktif. Ketika hubungan suami-istri mengalami masalah, seperti konflik dan ketidaksepahaman, hal ini dapat menyebabkan stres dan ketegangan dalam lingkungan keluarga. Pasangan yang menghadapi masalah dalam hubungan mereka mungkin tidak mampu memberikan dukungan emosional dan sosial satu sama lain, serta dapat terjebak dalam pola perilaku yang tidak sehat, seperti penghindaran dan penolakan (Demir & Yildirim, 2018). Hal ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental dan fisik anggota keluarga, terutama ibu rumah tangga yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan keluarga. Ibu rumah tangga yang hidup dalam lingkungan keluarga yang tidak harmonis dan stabil cenderung lebih mudah mengalami stres, kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan fisik lainnya.

Pada dasarnya, konseling keluarga menekankan pada individu sebagai bagian dari sistem keluarga. Ini berarti bahwa klien dalam konseling keluarga adalah setiap anggota keluarga dan keluarga secara keseluruhan sebagai satu sistem. Pendekatan yang digunakan dalam konseling keluarga mencakup pendekatan individual, di mana masalah keluarga dipahami dan dipersepsikan dari sudut pandang individu, serta pendekatan sistem, di mana masalah keluarga dipandang sebagai masalah yang berkaitan dengan sistem keluarga secara keseluruhan.

Konseling keluarga bertujuan untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah dan konflik yang terjadi dalam keluarga, seperti masalah komunikasi, kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, dan sebagainya. Konseling keluarga juga membantu anggota keluarga untuk mengembangkan hubungan yang sehat dan saling mendukung, sehingga meningkatkan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan. Dalam konseling keluarga, konselor berperan sebagai fasilitator yang membantu klien melihat diri mereka dan tindakan mereka dengan lebih jelas dan objektif. Dengan demikian, konseling keluarga dapat membantu anggota keluarga meningkatkan kemampuan mereka dalam menyelesaikan konflik dan meningkatkan kepedulian di antara anggota keluarga.


Konseling keluarga sangat penting untuk dilakukan tidak hanya pada keluarga yang bermasalah, tetapi juga pada keluarga yang tampaknya tanpa masalah. Sebab, keluarga yang tampak harmonis bisa saja menyembunyikan masalah tertentu yang berpotensi meledak suatu waktu. Konseling ini bermanfaat untuk meningkatkan ketahanan keluarga, khususnya dalam situasi di mana terdapat reintegrasi maladaptif dalam keluarga. Kondisi reintegrasi maladaptif ini misalnya bisa ditemukan pada keluarga yang saling terhubung satu sama lain, namun ada anggota keluarga yang bermasalah dengan yang lainnya. Misalnya, salah satu anggota keluarga merasa benar sendiri dan tidak bisa membuka diri terhadap sudut pandang anggota keluarga lainnya.

Konseling keluarga memandang keluarga secara keseluruhan, bahwa anggota keluarga adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan baik dalam melihat permasalahannya maupun penyelesaiannya. Sebagai suatu sistem, permasalahan yang dialami oleh satu anggota keluarga akan lebih efektif diatasi jika melibatkan anggota keluarga yang lain (Latipun, 2011). Selain itu, menurut Willis, konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan sistem komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kecintaan dan kerelaan terhadap keluarga.

Dr. Sayekti mengemukakan tujuan konseling keluarga antara lain: a) Membantu anggota keluarga belajar dan memahami bahwa dinamika kekeluargaan merupakan hasil pengaruh hubungan antar anggota keluarga; b) Membantu keluarga menerima kenyataan bahwa bila salah satu anggota keluarga memiliki permasalahan, mereka dapat memberi pengaruh negatif pada persepsi, harapan, dan interaksi anggota keluarga yang lain; c) Memperjuangkan dengan gigih dalam proses konseling sehingga anggota keluarga dapat tumbuh dan berkembang guna mencapai keseimbangan dan keselarasan; d) Mengembangkan rasa penghargaan diri seluruh anggota keluarga terhadap anggota lain.

Menurut Sunarty dan Mahmud (2016), fungsi konseling keluarga ada beberapa, yaitu: (1) remedial atau rehabilitasi, (2) preventif, dan (3) edukatif atau pengembangan. Secara historis, penekanan utama dalam konseling keluarga adalah fungsi remedial. Dalam konseling keluarga, fungsi konselor adalah sebagai fasilitator, yaitu untuk memudahkan membuka dan mengarahkan jalur-jalur komunikasi apabila pola komunikasi dalam keluarga telah berantakan atau terputus sama sekali. Dalam konseling perkawinan dan keluarga, konselor berperan sebagai fasilitator yang membantu membuka dan mengarahkan jalur komunikasi yang baik di antara anggota keluarga, sehingga komunikasi yang sehat dapat dibentuk kembali.

Daftar pustaka 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun