Mohon tunggu...
SITUMORANG YOSUA
SITUMORANG YOSUA Mohon Tunggu... To celebrate life, to do something good for others

Writing is living in eternity. Your body dead, your mind isn't.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Naik Hanya Akan Menurunkan Toleransi Beragama

3 Juli 2025   13:23 Diperbarui: 3 Juli 2025   13:23 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nawabineka.com/perusakan-rumah-dan-pembubaran-retret-di-sukabumi-polisi-tetapkan-tujuh-tersangka/

             Pendakwah Zakir Naik akan datang dan melakukan safari dakwah ke beberapa kota di Indonesia. Ada beberapa kota yang rencananya akan dikunjungi oleh sosok kontroversial asal India ini. Diantaranya Surakarta, Malang, Bandung, dan ditutup di Jakarta. Ini bukanlah kunjungan pertamanya ke Indonesia. Pada tahun 2017, ia pernah datang ke Indonesia dan melakukan dakwah di beberapa kota.  

           MUI Indonesia juga telah merestui kedatangan Zakir Naik. Mengutip dari CNN, Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah MUI M. Cholil Nafis menyampaikan bahwa kedatangan Zakir Naik adalah hal yang baik, dan bertujuan mengajak jemaat kepada hal yang baik. "Ya, selamat datang di Indonesia. Mudah-mudahan jadi kebaikan. Beliau itu ke Indonesia mau berdakwah dan berarti mengajak kebaikan."

          M. Cholil Nafis juga menyampaikan bahwa ,"seluruh pihak harus bisa menangkap pesan konstruktif dalam membangun toleransi dan perdamaian dari dakwah tersebut nantinya." Sebuah harapan yang berbanding terbalik jika kita melihat rekam jejak seorang Zakir Naik. Dalam banyak sumber yang bisa kita temui di dunia maya, kita bisa melihat bahwa apa yang beliau sampaikan cenderung mempertajam perbedaan, karena sering menyenggol agama lain, secara khusus Kristen. Meningkatkan toleransi dengan mengizinkan Zakir Naik berdakwah seperti peribahasa "bagai menegakkan benang basah".

          Rekam jejak kontroversial pribadi ini dapat dengan mudah kita temukan dari sumber-sumber yang kredibel. India, sebagai negara asalnya sudah meminta Zakir Naik untuk diekstradisi dari Malaysia atas tuduhan pencucian uang dan penyebaran kebencian antar umat beragama. Mengutip dari CNN, Pemerintah India juga mengaitkan dirinya sebagai orang yang menginspirasi radikalisasi terhadap serangan teror di Dhaka, Bangladesh, pada tahun 2016 silam. Tuduhan yang ia jawab dengan melarikan diri ke luar negeri, seolah menjadi jawaban atas tuduhan itu sendiri. Lantas, kenapa Pemerintah Indonesia malah memberinya karpet merah? Apa negara ini kekurangan pendakwah yang dapat berdakwah dengan santun dan sejuk?

          Kasus perusakan rumah seorang pemeluk agama Kristen di Sukabumi merupakan salah satu kasus terbaru yang paling hangat dibicarakan saat ini terkait intoleransi. Dan banyak kasus lain yang mungkin tidak terdokumentasi. Bahkan, beredar di dunia maya seorang ibu yang menegur perempuan lain hanya karena tidak berhijab, padahal mereka berada di sebuah tempat umum. Padahal, pilihan menggunakan hijab sendiri masih menjadi perdebatan di kalangan muslim sendiri.

           Kondisi toleransi di Indonesia tidak pernah benar-benar baik. Perselisihan antar umat beragama di akar rumput seperti api dalam sekam yang bisa terbakar sewaktu-waktu. Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar, plural, terdiri atas latar belakangan suku, agama, ras, kepercayaan yang beragam, tentu kita harus bijak dalam menyikapi perbedaan ini. Perlu sikap kehati-hatian yang sungguh, agar perbedaan tidak semakin tajam dan malah mengganggu negara ini untuk melesat.

          Kerinduan kita sama, Indonesia menjadi negara maju. Tapi bagaimana mau maju, kalau masalah intoleransi saja tidak selesai selesai dan terus menjadi momok? Harusnya kita malu dengan negara lain yang sudah mengembangkan industri kecerdasan buatan dan peralatan militer canggih. Malu dengan J-20 Chengdu buatan RRT, sedangkan kita untuk buat sepeda listrik saja masih canggung. Sumber daya, tenaga dan fokus mereka diarahkan untuk sesuatu yang produktif, bukan sesuatu yang tidak akan pernah berujung, seperti masalah dunia akhirat ini.

          Pemerintah pusat harus mengambil sikap tegas terkait Zakir Naik. Seharusnya, berdasarkan pertimbangan logis dan mempertimbangkan keamanan serta keutuhan negara, Pemerintah Indonesia harus melarang kedatangan Zakir Naik. Seperti Singapura, yang dengan tegas melarang Ustad Abdul Somad (UAS) untuk masuk ke negaranya. Dengan tegas disampaikan bahwa Pemerintah Singapura khawatir bahwa ceramah dan dakwah yang dibawakan oleh UAS bisa mengganggu keharmonisan diantara warga negara Singapura yang juga multi kultur, multi budaya, dan multi agama.

          Setiap usaha untuk "menghitamkan" atau "memutihkan" "warna-warni" di negara ini pasti akan membawa kita kepada konflik yang merugikan. Bukannya rukun dan harmonis, yang ada malah kita sesama anak bangsa akan bertikai dan saling menyakiti satu sama lain. Tidak ada kemajuan didalam pertikaian, dan perselisihan yang terus menerus hanya akan menghambat negara ini untuk tumbuh. Pemerintah harus tegas dan rasional untuk menjaga negara ini dari setiap orang atau kelompok yang ingin memecah belah. Horas!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun