Merdeka, seringkali dikaitkan dengan keadaan bebas, tidak lagi tertindas atau terbeban akan sesuatu. Merdeka juga merupakan suatu kondisi yang baik yang diinginkan oleh semua orang. Begitu pentingnya kemerdekaan ini sehingga di Amerika Serikat didirikan patung untuk merayakan kemerdekaan itu. Dari antara semua kemerdekaan yang seharusnya dimiliki umat manusia, kemerdekaan dari dosa adalah hal yang paling penting. Kenapa? Karena ini menyangkut sesuatu yang sifatnya pasti dan abadi.
Paskah, merupakan peristiwa paling penting dalam ajaran Kristen, dimana Yesus, yang dipercaya sebagai Tuhan menjadi Mesias atau Juru Selamat, menyerahkan diri-Nya agar manusia yang percaya kepada-Nya terbebas dari dosa dan kelak hidup kekal bersama-sama dengan Dia. Penyaliban Yesus terjadi setelah Ia melakukan perjamuan terakhir dengan murid-murid-Nya. Yesus memecah roti dan anggur serta membagi-bagikannya sebagai simbol dan pengingat tentang Dia. Sebuah tradisi yang terus dilakukan oleh gereja sampai dengan saat ini, 2000 tahun setelah peristiwa itu pertama kali terjadi.
Menurut Pendeta Sandy Nugroho, anggur yang diumpamakan sebagai darah, mengandung makna teologis, bukan fisiologis. Hal ini sering dimaknai secara keliru oleh banyak penganut ajaran Kristen, menganggap bahwa ada daya "magis" didalam anggur perjamuan kudus. Perjamuan terakhir, yang pada zaman sekarang dikenal sebagai Perjamuan Kudus menjadi cara Yesus menunjukkan otoritas-Nya sebagai Sang Khalik, Tuhan itu sendiri. Ketika roti dan anggur, dimakan dan diminum oleh kita murid-murid-Nya, maka hal itu merupakan simbol atas penyatuan misi Allah, yaitu menyelamatkan manusia dari kematian kekal.
Kebangkitan Yesus, yang terjadi tiga hari setelah Ia dibunuh dengan cara disalibkan dicatat didalam empat Injil dalam perjanjian baru. Keempat Injil itu mencatat bahwa yang pertama kali datang ke makam Yesus adalah para perempuan yang ingin meminyaki tubuh Yesus dengan rempah-rempah (Markus 16:1). Tindakan yang terkesan biasa ini sebenarnya mengandung resiko yang tidak biasa. Pendeta Ezra Rinaldi dalam khotbahnya menyampaikan bahwa perjalanan ke makam yang dilakukan oleh para perempuan itu bisa berakibat fatal, karena makam Yesus saat itu dikawal oleh penjaga-penjaga (plural, lebih dari satu) (Matius 28:4). Sebagai pemerintah resmi pada saat itu, patut kita duga bahwa penjaga-penjaga tersebut adalah para prajurit Romawi.
Meski kunjungan ke makam itu bisa berbahaya, dan entah akan berakhir seperti apa, para perempuan itu tetap berangkat ke makam Yesus. Dan Yesus tidak tinggal diam. Ia memberi jalan, dengan mengirimkan malaikat-Nya, sehingga para penjaga itu lari ketakutan, dan batu besar yang menutup makam Yesus bisa disingkirkan. Secara logika, tentu mustahil bagi para perempuan tersebut untuk mengalahkan para penjaga yang berada di sekitar makam, dan menggulingkan batu besar yang menutup makam tersebut. Tapi kerinduan mereka untuk bertemu dengan Yesus, membuat mereka tetap melangkah menuju makam tersebut, dan menyerahkan apa yang tidak bisa mereka lakukan kepada Tuhan.
Tindakan Yesus, yang mengirimkan malaikat-Nya dan mengizinkan murid-murid-Nya untuk masuk dan melihat dengan mata kepala mereka sendiri bahwa Yesus sudah bangkit, bertujuan agar mereka akan semakin diteguhkan dan iman mereka semakin bertumbuh kuat, tidak lagi memiliki keraguan akan siapa Yesus, karena Ia dapat mengalahkan kematian. Perlu dicatat, bahwa kebangkitan Yesus dari kematian tidak sama dengan orang-orang yang pernah hidup kembali setelah dinyatakan meninggal. Yesus mengalami siksaan berat, bahkan dipaku dan ditusuk lambungnya oleh pasukan Romawi yang ingin memastikan bahwa Ia benar-benar mati (Yoh 19:34).
Kematian Yesus menjadi peristiwa paling penting bagi umat manusia, karena kematian-Nya membawa mereka yang percaya bahwa Ia adalah Tuhan dan Juru Selamat, serta datang untuk menebus dosa manusia memastikan manusia yang pasti akan mengalami kematian tubuh tidak binasa rohnya. Dosa yang dilakukan manusia semasa hidup tentu harus dihukum. Dan jumlahnya tentu sangat banyak, berasal tidak hanya dari tindakan yang jahat, tetapi juga dari pikiran bahkan niat buruk yang muncul dari dalam hati. Untuk bebas dari hukuman atas dosa ini, manusia tidak akan mampu melakukannya sendiri.
Menutup Paskah tahun ini, ada sebuah cerita menarik dari negeri yang jauh. Pada suatu masa, ada seorang Raja yang terpaksa melarikan diri beserta keluarga dan beberapa orang pengikutnya. Mereka bersembunyi disebuah gua. Dan untuk memastikan tidak ada yang kelaparan, dengan jumlah makanan yang terbatas, makanan yang akan diterima setiap orang sudah dijatah, tanpa terkecuali. Bagi yang melanggar, akan diberikan hukuman yang berat, dicambuk 100 kali dibagian punggung.
Suatu ketika, didapati bahwa makanan yang mereka miliki berkurang jumlahnya, dan setelah diusut, pelakunya adalah anak Raja itu sendiri. Disatu sisi, hukum harus ditegakkan, karena kalau tidak, maka semua orang akan berbuat semaunya. Tapi disisi yang lain, sebagai ayah tentu ia tidak akan sanggup menyaksikan anaknya sendiri menanggung hukuman yang berat. Setelah melalui pergumulan yang panjang, diputuskan bahwa hukuman akan tetap dilaksanakan, tetapi sang Raja yang akan menggantikan anaknya menerima hukuman tersebut.
Horas!